Selasa, 17 November 2009

Tren Awet Muda vs Radikal Bebas

TREN AWET MUDA

Tren gaya hidup sehat dengan pola makan sehat semakin membudaya dalam masyarakat kita. Kesehatan sangatlah penting dalam kehidupan manusia sehingga munculah istilah ”lebih baik mencegah daripada mengobati”. Terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia, salah satunya adalah adanya keseimbangan antara kandungan antioksidan dan radikal bebas di dalam tubuh. Namun, menurut Journal of the American Medical Association(JAMA), sebuah penerbitan kedokteran yang paling berpengaruh di Amerika Serikat, sebagian besar manusia tidak mendapatkan asupan antioksidan yang cukup dari makanan yang dikonsumsi setiap harinya.

Akhir-akhir ini penggunaan senyawa antioksidan berkembang sangat pesat, baik sebagai suplemen makanan maupun sebagai obat. Penggunaan sebagai obat makin berkembang seiring dengan makin bertambahnya pengetahuan tentang aktifitas radikal bebas terhadap beberapa penyakit degeneratif seperti penyakit jantung dan kanker.

Antioksidan diketahui dapat menghambat kerja radikal bebas. Radikal bebas adalah molekul-molekul yang menimbulkan penyakit pada manusia. Dijelaskan lagi, antioksidan memberikan perlindungan kepada tubuh dari ancaman radikal bebas dan berfungsi untuk menetralisasi atau melawan radikal bebas. Antioksidan juga dapat memperlambat proses penuaan seseorang.

Antioksidan tersebut menetralkan radikal-radikal bebas atau aktivitasnya. Radikal bebas telah diimplikasikan sebagai faktor penyebab/pemicu kemungkinan lebih dari 100 penyakit. Penyakit-penyakit ini termasuk penyakit kardiovaskuler, penyakit syaraf, diabetes, berbagai bentuk kanker, hepatitis, luka jaringan, dan penyakit kekebalan. Oleh karena itu, senyawa-senyawa yang berpotensi memiliki aktivitas antioksidan dapat membantu mencegah/mengobati penyakit-penyakit tersebut.

RADIKAL BEBAS

Radikal bebas adalah suatu molekul yang pada orbit terluarnya memiliki elektron tidak berpasangan. Karena kehilangan pasangannya itu molekul lalu menjadi tidak stabil, liar, dan radikal. Oleh karena itu, radikal bebas selalu mencari pasangan elektron, tetapi dengan cara yang radikal yaitu dengan cara merebut molekul lain. Perbuatan radikal merebut molekul lain ini bersifat destruktif bagi molekul sel lain yang elektronnya dirampas dan menimbulkan reaksi berantai sehingga radikal bebas akan semakin banyak. Akhirnya sel menjadi rusak dan mati sehingga dapat merupakan salah satu penyebab terjadinya berbagai penyakit.

Konsep yang berkembang saat ini adalah teori radikal bebas. Dalam teori ini, yang berperan jahat adalah oksigen. Agar menjadi stabil, molekul oksigen harus memilki 2 elektron di kulit terluarnya. Jika ia hanya memiliki 1 elektron, maka oksigen akan mati-matian mencari pasangan elektronnya. Sedangkan jika memiliki 3 elektron, ia akan gila-gilaan mencari tempat untuk membuang satu kelebihan itu. Dalam hal ini, berarti molekul oksigen yang tidak stabil sangat reaktif dan dapat berkombinasi dengan molekul yang stabil. Akibatnya molekul yang awalnya stabil menjadi tidak stabil atau rusak. Dan hasilnya adalah kerusakan sel tubuh yang pada akhirnya menyebabkan apa yang disebut dengan penuaan.

Dalam tubuh semua manusia terdapat radikal bebas, sebagai hasil sampingan dari proses pembentukan energi. Energi itu sendiri didapat lewat proses metabolisme dengan membakar (mengoksidasi) zat-zat makanan seperti protein, lemak, dan karbohidrat. Zat-zat tersebut kemudian diubah atau dikonversikan menjadi senyawa pengikat energi (Adenosin Triphospat atau ATP) dengan bantuan oksigen. Pada proses oksidasi inilah, radikal bebas atau reactive oxygen species (ROS) jenis anion superoksida dan hidroksil radikal ikut terproduksi.

Radikal bebas dibutuhkan tubuh dalam jumlah tertentu. Radikal bebas dibutuhkan sebagai bagian dari pertahanan tubuh yang dapat membantu sel darah putih sel darah putih (leukosit) untuk menghancurkan atau memakan kuman yang masuk ke dalam tubuh. Namun, pada kenyataannya radikal bebas sering tercipta melebihi kebutuhan tubuh. Selain tercipta karena proses metabolisme, radikal bebas terbentuk akibat lingkungan dan gaya hidup seperti polusi kendaraan bermotor, asap rokok, paparan sinar ultraviolet terus-menerus, dan sebagainya.

Ketika radikal bebas di dalam tubuh terlalu banyak, fungsinya berubah menjadi destruktif (perusak). Radikal bebas menjadi liar dengan merebut elektron dari molekul lainnya, seperti protein, karbohidrat, lemak dan DNA (deoxyribo nucleic acid). Akibatnya, molekul lain yang dirampas elektronnya menjadi rusak dan bisa mengalami mutasi. Inilah yang menjadi penyebab berbagai penyakit degenerati (penyakit penuaan) atau kanker.

EFEK BERBAHAYA RADIKAL BEBAS

Saat ini ditemukan bahwa ternyata radikal bebas berperan dalam terjadinya berbagai penyakit. Hal ini dikarenakan radikal bebas adalah spesi kimia yang memiliki pasangan elektron bebas di kulit terluar sehingga sangat reaktif dan mampu bereaksi dengan protein, lipid, karbohidrat, atau DNA. Reaksi antara radikal bebas dan molekul itu berujung pada timbulnya suatu penyakit.

Efek oksidatif radikal bebas dapat menyebabkan peradangan dan penuaan dini. Lipid yang seharusnya menjaga kulit agar tetap segar berubah menjadi lipid peroksida karena bereaksi dengan radikal bebas sehingga mempercepat penuaan. Kanker pun disebabkan oleh oksigen reaktif yang intinya memacu zat karsinogenik, sebagai faktor utama kanker. Selain itu, oksigen reaktif dapat meningkatkan kadar LDL (low density lipoprotein) yang kemudian menjadi penyebab penimbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah. Akibatnya timbullah atherosklerosis atau lebih dikenal dengan penyakit jantung koroner. Di samping itu penurunan suplai darah atau ischemic karena penyumbatan pembuluh darah serta Parkinson yang diderita Muhammad Ali menurut patologi juga dikarenakan radikal bebas.

Tipe radikal bebas turunan oksigen reaktif sangat signifikan dalam tubuh. Oksigen reaktif ini mencakup superoksida (O`2), hidroksil (`OH), peroksil (ROO`), hidrogen peroksida (H2O2), singlet oksigen (O2), oksida nitrit (NO`), peroksinitrit (ONOO`) dan asam hipoklorit (HOCl).

Efek oksidatif radikal bebas dapat menyebabkan peradangan dan penuaan dini. Pada sel kulit misalnya, radikal bebas akan merusak senyawa lipid pada membran sel, sehingga kulit kehilangan ketegangannya dan muncullah keriput. Lipid yang seharusnya menjaga kulit agar tetap segar berubah menjadi lipid peroksida karena bereaksi dengan radikal bebas, sehingga mempercepat penuaan. Kanker pun disebabkan oleh oksigen reaktif yang intinya memacu zat karsinogenik, yang merupakan faktor utama kanker. Selain itu, oksigen reaktif dapat meningkatkan kadar LDL (Low Density Lipoprotein) yang kemudian menjadi penyebab penimbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah. Akibatnya timbullah atherosklerosis atau lebih dikenal dengan penyakit jantung koroner. Di samping itu, penurunan suplai darah karena penyumbatan pembuluh darah serta penyakit Parkinson menurut patologi juga dikarenakan radikal bebas.

SUMBER RADIKAL BEBAS

Sumber radikal bebas, baik dari dalam maupun dari luar (pengaruh lingkungan) terjadi melalui sederetan mekanisme reaksi. Radikal bebas muncul sebagai konsekuensi dari adanya kehidupan itu sendiri. Setiap makhluk hidup perlu energi untuk bertahan hidup. Makhluk hidup, termasuk manusia, akan selalu memproduksi radikal bebas sebagai produk samping dari proses pembentukan energi. Energi itu diperoleh dari proses metabolisme dengan mengoksidasi (membakar) zat-zat makanan, seperti karbohidrat, lemak, dan protein. Zat-zat itu akan dikonversi menjadi senyawa pengikat energi atau Adenosin Triphospat (ATP) melalui proses metabolisme dengan bantuan oksigen. Dalam proses oksidasi itulah radikal bebas (ROS), yaitu anion superoksida dan hidroksil radikal turut terproduksi. Selain lahir dari proses metabolisme, radikal bebas juga berasal dari luar. Penjelasan mengenai sumber radikal bebas dari luar ini sangat bervariasi seperti berasal dari sinar ultra ungu matahari, polusi udara seperti asap kendaraan bermotor, asap rokok, dan bahan-bahan beracun lainnya. Jenis makanan tertentu seperti makanan cepat saji dan makanan kemasan atau kaleng juga berpotensi meninggalkan racun dalam tubuh karena makanan ini berlimpah lemak dan mengandung pengawet. Padahal untuk zaman sekarang, kebiasaan makan makanan berlemak tinggi menjadi sesuatu yang sulit dihindari karena perubahan pola hidup masyarakat di perkotaan, sehingga memperbesar kemungkinan para konsumen terpapar radikal bebas.

Para ahli pangan, gizi dan kesehatan menyebutkan polusi udara dan makanan berlemak dapat menjadi sumber radikal bebas dalam tubuh. Radikal bebas ini berbahaya karena amat reaktif mencari pasangan elektronnya. Jika radikal bebas sudah terbentuk dalam tubuh maka akan terjadi reaksi berantai dan menghasilkan radikal bebas baru yang akhirnya jumlahnya terus bertambah. Selanjutnya radikal bebas akan menyerang sel-sel tubuh kita sehingga terjadilah kerusakan jaringan yang akan mempercepat proses penuaan.

Semua sel dalam tubuh, mempunyai enzim yang dapat menangkal serangan radikal bebas. Enzim SOD (Superoxide dismutase) dan glutation proksidase dapat menjadi contoh. SOD akan menjinakkan senyawa oksigen reaktif seperti superoksida anion (O-2) radikal menjadi hidrogen peroksida (H2O2), selanjutnya glutation peroksidase mengubahnya menjadi air. Namun dengan meningkatnya usia terjadilah penurunan jumlah kedua enzim ini dalam tubuh, sehingga radikal bebas tidak dapat sepenuhnya dimusnahkan. Belum lagi radikal bebas dari luar yang menyusup masuk ke dalam tubuh, sehingga makin mempersulit tubuh untuk mengatasi gempuran radikal bebas.

Sumber Radikal Bebas:

* Metabolisme tubuh kita sendiri
* Pencemaran udara
* Bahan kimia dari makanan dan air
* Alkohol
* Rokok
* Radiasi ultra violet
* Obat-obatan
* Stress

Salam
Nendyo Adhi
Mahasiswa Pascasarjana UGM, Yogyakarta