Kamis, 11 Maret 2010

Hilangkanlah Kesedihan dengan Mengenali-NYA

Allah yang Maha Pemurah dan Mahamulia telah memberi­kan kepada hamba-Nya melebihi apa yang diangan-angankan hamba itu, bahkan sebelum meminta. Allah membalas amal yang sedikit dengan berlipat ganda, mengampuni berbagai kesalahan dan menghapuskannya.

Semua makhluk yang di langit dan di bumi meminta kepada-Nya. Dan, Allah tidak pernah dipusingkan oleh suara demi suara yang meminta, tidak bosan dengan orang-orang yang merengek, dan bahkan senang dengan rengekan dalam doa. Dia suka, jika diminta dan akan murka jika tidak diminta. Dia malu kepada hamba, tetapi sebaliknya, hamba itu tidak malu kepada-Nya. Dia menutupi hamba-Nya walaupun ia tidak menutupi dirinya. Dia mengasihi hamba yang tidak mengasihi dirinya. Tidak ada yang dapat menghilangkan kejelekan kecuali Dia. Dia mengampuni segala kesalahan, menutupi aurat, membungkus kesombongan, dan lain-lain.

Allah Mahaluas pemberianya. Allah Mahakasih. Allah Maha Pemurah. Allah Mahakuat. Allah Maha Mencukupi. Maha­sayang kepada hamba melibihi seorang ibu kepada anaknya. Allah sangat bahagia dengan tobat seorang hamba melebihi keba­hagiaan orang yang kehilangan barang yaxig sangat dibutuhkan­nya kemudian menemukannya kembali.

Sahabat, Hendaklah keputusanmu untuk berusaha mencapai kebahagiaan, menjadi percobaan yang membahagiakan.

Tinggalkan Perasaan yang Mengekangmu

Rasakan dan nikmatilah yang ada, karena apapun akan berakhir seperti halnya juqa bermula.

Sikap hidup seperti itu baik sekali, yang membantu mengusir kegelisahan dan dapat membantu meraih keberhasilan dalam hidup secara umum. Sikap seperti itu juga dapat melanggengkan hubungan persahabatan dan kebahagiaan dengan keluarga. Mereka yang berwawasan Was akan dapat memahami kebiasaan manusia, dapat menduga perubahan, dapat memposisikan dirinya di dalam berbagai kondisi, dan dapat memperkirakan keadaan yang samar atau yang jelas.

Tentang kegelisahan, maka orang yang berwawasan Was akan dapat memahami berbagai permasalahan, dan menyadarinya ketika sebelumnya ia ditimpa kegelisahan yang sama, atau ketika gagal mendapatkan keinginannya. la menyadari bahwa inilah hukum kehidupan, dan apa pun yang terjadi dalam kehidupan ini, hadapilah dengan rileks.
Ya, memang sekali waktu orang tidak suka terhadap sesuatu yang sebenarnya memberikan kebaikan untuknya; terkadang ia menyukai sesuatu yang sebenarnya justru akan menyengsarakannya. Ingatlah bahwa kebaikan itu adalah apa yang dipilihkan Allah.

Seseorang yang berwawasan akan sadar bahwa dirinya adalah bagian dari alam yang sangat luas. Ia juga sadar bahwa dirinya juga akan mendapatkan "jatah" penyakit, musibah, kesedihan dan juga kegembiraan. Maka, dia tidak akan kaget dan tidak akan gelisah. Yang jelas, orang yang berwawasan tidak akan merasa terbelenggu oleh belenggu yang dirasakan oleh mereka yang berwawasan sempit, yang merasa bahwa problem dan keburukan hanya menimpa dirinya saja, yang merasa dirinya ditekan dan nasibnya selalu sial. Seorang yang berwawasan luas tidak. akan mc-rasakan seperti itu. Ia sangat paham dengan hukum kehidupan dan menyadari bahwa dirinya adalah bagian dari kehidupan. Ia rela dengan apa pun yang terjadi setelah ia berusaha sekuat tenaga untuk mewujudkan angan dan cita-citanya yang lebih baik.

Sahabat, Berbahagialah sekarang, dan jangan menundanya besok!

Kebahagiaan itu ada...

Kukatakan kepada hatiku,
jika kegelisahan meloncat keluar, maka bergembiralah Ketakutan itu akan segera sirna.


Seseorang tidak mungkin mendapatkan kebahagiaan kecuali dari dirinya sendiri. Hendaknya ia membawa dirinya ke jalan keutamaan untuk mendapatkan kebahagiaan. Intinya adalah bahwa seseorang harus menjadi pemberani, mencintai pekerjaan dan manusia yang ada di sekelilingnya. Hendaknya ia bekerja sama dengan mereka, tidak mementingkan diri sendiri dan selalu menghidupkan nurani di setiap geraknya.

Kebahagiaan bukanlah mimpi, ia adalah fenomena nyata dan banyak orang yang merasakannya.

Kita bisa merasakannya lewat pengalaman kita. Jika kita menghayati kehidupan dunia, maka kita mampu menemukan banyak hal dalam diri kita. Kita bisa selamat dari berbagai penyakit yang menyerang kesehatan atau kejiwaan kita dengan pengetahuan, kemauan dan kesabaran. Selanjutnya kita menikmati kehidupan yang dianu¬gerahkan oleh Allah tanpa pengingkaran, kedurhakaan serta penyakit.

Sahabat, Tidak ada musuh yang paling ditakuti oleh seorang wanita selain kegelisahan menghadapi masa tua.

"Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, lalu (hati) kamu menjadi puas."

Memaksimalkan Waktu

Lakukanlah yang terbaik.

Janganlah lagi menyisakan tenaga untuk hal-hal yang tidak berguna.

Jika masih ada kualitas pribadi yang tidak Anda gunakan bagi pembaikan kehidupan, untuk apakah sisa kualitas yang tidak Anda gunakan sekarang itu?

Bertenagalah dengan seutuh-utuhnya tenaga Anda.

Karena,
Saat Anda mengambil alih tanggung-jawab kepemimpinan hidup Anda dengan sepenuhnya, adalah saat Anda membuat terobosan kehidupan yang sebenarnya.

Kita harus melakukan pekerjaan yang memberhasilkan diri kita sendiri. Kita tidak boleh menggantungkan harapan kebaikan hidup kita pada yang dikerjakan oleh orang lain.

Kita harus memberhasilkan diri kita sendiri.
Kenalilah apa yang TIDAK bisa Anda lakukan, kemudian buktikan bahwa Anda betul-betul TIDAK DAPAT melakukannya.
Dalam proses itu Anda akan dikagumkan dengan semua hal yang TERNYATA berada dalam kemampuan Anda untuk melakukan.

Dan dalam proses itulah mudah-mudahan Anda dan keluarga terkasih dimuliakan dengan hadiah-hadiah kehidupan yang indah; yang memperkaya Anda, yang membahagiakan Anda, dan yang mencemerlangkan kehidupan Anda bersama keluarga dan semua jiwa yang Anda layani.

Apakah tadi saya mendengar Anda mengatakan ’Amien’?

Sahabat saya yang mulia hatinya,

Janganlah melihat diri sendiri sebagai korban pembatasan.
Anda hanya dibatasi oleh yang Anda anggap sebagai batasan.

Jika Anda berkeras bahwa Anda dibatasi oleh kelemahan-kelemahan Anda, Anda menjadi betul-betul dibatasi dan dilemahkan oleh kekuatan Anda dalam membantah.

Anda hanya dibatasi oleh yang menurut Anda tidak mungkin, karena dengannya Anda akan menelantarkan bahkan yang mungkin bagi Anda.

Tetapi, mudah-mudahan itu semua sudah menjadi sejarah masa lalu Anda.

Semua yang indah, menjadi indah karena kebebasan yang mekar di dalam batasan-batasan yang ada.

Tuhan mencintai setiap jiwa,
dan mudah kita mengerti bahwa,
yang lebih dicintai oleh Tuhan bukanlah hanya yang paling mampu di antara kita,
tetapi jiwa sederhana yang karena ketaqwaannya
mengabaikan semua keraguan tentang kecilnya kemungkinan,
dan mengikhlaskan diri untuk mengupayakan kemampuan.

Dalam upaya memperbaiki kualitas hidup, sedikit sekali hal yang lebih mengharukan daripada;

Kesungguhan dari jiwa yang bersahaja untuk mengupayakan kemampuan yang memuliakan kehidupan.

Marilah kita ikhlas memampukan diri untuk melakukan hal-hal yang selama ini kita takuti, lalu perhatikan apa yang terjadi.

Sahabat saya yang perhatian Tuhan sedang dikhususkan kepadanya,

Saya anjurkan Anda membaca ulang tulisan sederhana ini, dan menemukan ketidak-sederhanaan yang tersimpan rapih di dalam pribadi Anda, yang sedang menanti penggunaan yang tulus untuk menghebatkan Anda dan kehidupan yang Anda layani.

Marilah kita terlibat dalam pekerjaan-pekerjaan yang mengentaskan saudara-saudara kita dari kungkungan pendapat yang melemahkan, dari kelemahan ekonomi yang melumpuhkan, dan dari kesalah-pengertian yang menyesatkan.

Kita hanya bisa menjadi mulia dengan membantu orang lain mencapai kemuliaan mereka.

Tidak ada orang yang membantu orang lain menjadi sejahtera, tanpa dirinya sendiri menjadi disejahterakan.

Mudah-mudahan dalam pengertian ini, Tuhan Yang Maha Kaya tidak berlama-lama lagi untuk memperkaya kehidupan kita dengan kesehatan, kedamaian, kebebasan finansial, dan kewenangan untuk memimpin kehidupan yang cemerlang.

Mudah-mudahan Tuhan menghadiahkan kesejahteraan dan kebahagiaan bagi Anda dan keluarga tercinta, dan memuliakan Anda sebagai jiwa yang dikasihi-Nya.

Mario Teguh

Jadilah Jiwa yang bersinar

Pandanglah hidup dengan pandangan cinta yang optimis. Kehidupan adalah anugerah dari Allah untuk manusia. Terimalah hadiah dari yang Maha Esa. Ambillah dengan senang dan bangga. Sambutlah waktu pagi yang cerah dan senyum yang indah. Sambutlah malam yang tenang dan sunyi. Sambutlah siang yang bercahaya dan bersinar. Minumlah air yang jernih sambil memuji dan bersyukur. Hiruplah udara dengan gembira dan hati senang. Hisaplah harum bunga dengan bertasbih. Dan renungkanlah alam raya sambil mengambil pelajaran yang berharga darinya.

Carilah anugerah di bumi, di bunga, di mawar, di panasnya matahari dan lain-lain. Jadikan anugerah itu sebagai modal penolong untuk taat, bersyukur dan memuji Allah. Berhati-hatilah, janganlah sampai engkau diliputi oleh kedukaan, kebingungan dan keadaan yang tidak menentu karena nikmat¬nikmat ini, sehingga engkau menjadi orang yang keras kepala clan congkak. Ketahuilah, bahwa Allah tidak menciptakan nikmat-nikmat ini kecuali dijadikan sebagai sarana untuk menyembah-Nya.

Pencerahan:
Kemuliaan yang paling baik dan paling tulus berasal dari mereka yang tak punya apa-apa, tapi memahami nilai ucapan dan senyuman. Karena banyak orang memberi, namun tangannya menampar.

Pandanglah Awan Jangan Melihat Tanah

Jadilah engkau seorang yang mempunyai cita-cita yang tinggi. Aku mengharap engkau selalu meningkat (untuk menjadi yang terbaik), selalu dan selalu. Berhati-hatilah dan jangan sampai turun dan terjatuh.

Ketahuilah bahwa kehidupan hanya beberapa menit, bahkan hanya beberapa detik. Jadilah engkau seperti seekor semut dalam kesungguhan, ketekunan, dan kesabaran. Coba dan teruslah engkau mencoba. Bertobatlah jika engkau kembali melakukan dosa, dan kembalilah engkau kepada pintu tobat. Hafalkan kembali al-Quran jika engkau telah lupa. Kembali¬lah engkau mengingatnya untuk yang kedua kalinya dan yang ketiga kalinya... Bahkan untuk yang kesepuluh kalinya. Yang terpenting adalah engkau tidak merasa gagal dan frustasi, sebab sejarah kehidupan tidak pernah mengenal kata akhir; akal tidak mengenal kata selesai, di sana selalu ada upaya dan perbaikan.

Sesungguhnya umur itu seperti tubuh yang mungkin bisa dipercantik dengan operasi. Sesungguhnya umur seperti bangunan: masih memungkinkan untuk direnovasi dan dirom bak dari awal dan diperindah dengan cat dan minyak. Jauhilah sekolah bernama kemalasan dan kegagalan. Hilangkanlah bayangan-bayangan sakit, bencana, musibah, kesulitan dari hatimu.

Menulis adalah bermeditasi

“Ketika saya menulis buku ini, saya dipengaruhi oleh aliran Zen. Zen memberikan penekanan pada pembelajaran dalam arti meditasi dan wawasan yang langsung secara intuitif. Pemikiran-pemikiran yang ada di dalam buku ini adalah hasil dari meditasi saya terhadap konsep-konsep dan prinsip-prinsip pemasaran tersebut.” PHILIP KOTLER, Marketing Insights from A to Z

Sebagaimana dikatakan Henriette, buku karya Susan, Walking on Alligators, mengajak kita untuk “diam” sejenak dan menyaksikan keajaiban yang terjadi ketika kita selesai menulis. “Diam” inilah, menurut saya, inti pokok buku Susan. Saya menyamakan “diam” dengan bermeditasi. Bahkan, saya membayangkan lebih jauh bahwa ketika kita sedang menulis, kita sesungguhnya sedang bermeditasi. Bagi saya, bermeditasi adalah juga bertafakur—berpikir hati-hati, sistematis, dan mendalam. Sesuai apa yang saya alami, menulis benar-benar mampu “menggerakkan” hampir seluruh komponen otak.

Jika toh—setelah menulis—kita kemudian baru melakukan “diam” sejenak, itu lebih menunjukkan sebuah puncak dari kegiatan bermeditasi. Artinya, apa pun yang berhasil kita keluarkan lewat menulis dan, akhirnya, berubah menjadi deretan kata-kata, semua itu merupakan dampak dari kegiatan berpikir yang luar biasa. Dalam konteks “diam”, setelah selesai menulis, saya mengartikan sebagai sebuah proses “merasakan” apa yang sudah saya tulis. Saya ingin kegiatan menulis saya efektif (ada efeknya terhadap perubahan-membaik diri saya). Saya ingin kegiatan menulis saya bermakna (membuat saya bangga dan dapat memetik banyak sekali manfaat). Dan saya ingin menulis itu merupakan sebuah kegiatan mengumpulkan energi (baca: potensi) diri yang dahsyat yang selanjutnya siap saya ledakkan.

“Orang lain tidak bisa menuliskan buku Anda,” tulis Susan. “Kisah yang harus Anda paparkan itu unik. Ketika Anda sedang berusaha menceritakannya, Anda akan bekerja sendirian. Buku ini menghadirkan bagi Anda sejumput kebersamaan dengan orang-orang lain yang juga bekerja sendirian seperti Anda… Buku ini diniatkan sebagai teman harian dalam proses ‘peneguhan tekad’ Anda, bukan untuk dibaca sekaligus.”

Ketika Anda menulis, Anda sendirian. Anda hanya berhadapan dengan diri Anda sendiri. Mungkin di dalam diri Anda berkecamuk banyak sekali hal. Ketika Anda sedang menulis, Anda tentu harus mengingat sesuatu, apakah ini atau itu. Setelah mengingat banyak hal, Anda perlu secara cermat mengaitkan yang Anda ingat dengan yang Anda pahami atau sesuatu yang tiba-tiba menarik perhatian Anda. Menulis juga kadang memaksa Anda untuk memilih karena tidak semua yang Anda ingat, renungkan, dan Anda kaitkan itu bisa Anda tulis semua.

Saya tidak menemukan alasan Susan memberikan judul kecil untuk bukunya, “A Book of Meditations for Writers”. Saya hanya dapat “merasakan” betapa judul kecil itu memberikan petunjuk kepada saya bahwa kegiatan menulis—meski kadang harus menempuh sebuah proses yang sangat berbahaya (bagaikan berjalan di punggung banyak buaya dan sedikit saja tergelincir habis sudah diri kita)—merupakan kegiatan yang sangat berarti bagi kehidupan kita. Bayangkan jika kita lalu TIDAK bisa menata dan menyusun informasi yang berseliweran di benak kita. Bayangkan jika kita juga TIDAK dapat mengubah pikiran kita yang abstrak menjadi sesuatu yang nyata dan dapat dibaca (dipahami). Dan bayangkan jika kita tidak dapat menangkap sesuatu yang sangat penting dan berharga yang berkelebat di kepala kita.

Jadi, menulislah segera, hari ini juga, dan tak usah berpikir. Menulislah karena menulis akan—sebagaimana dikatakan Henriette—memunculkan keajaiban.

Salam
Hernowo

Selasa, 09 Maret 2010

LoVe iS

Friendship 02

Friendship 01

Call Me Friend

Read Fast

Kamis, 04 Maret 2010

Anak itu amanah

Anak bagi kita bisa bernilai macam-macam. Salah satunya adalah sebagai amanah atau investasi bagi kita, tidak hanya dunia tapi juga akhirat. Bila anak sebagai investasi dunia sudah jelas yakni diharapkan anak mampu menjadi penerus kita di dunia bila kelak kita sudah tidak lagi ada di dunia.

Selain itu, anak diharapkan menjadi sandaran hidup saat kita telah tua nanti. Agar hidup kita terjamin dan paling tidak, ada anak-anak kita yang mau mengurus saat kita tua nanti. Jangan sampai saat tua nanti, kita malah menjadi beban bagi mereka dan selanjutnya hidup kita berakhir dipanti jompo.

Dari itu, wajarlah bila kita selalu berharap agar anak kita kelak menjadi anak yang berhasil. Yang dimaksud berhasil disini adalah kita telah berhasil mengantarkan pendidikan dan kehidupan yang baik untuk mereka. Sehingga ia mampu mandiri dan hidup seperti apa yang dicita-citakannya. Paling tidak saat kita tua nanti, mereka tidak lagi menjadi beban pikiran kita.

Bagaimana dengan anak sebagai investasi akhirat? Dalam agama Islam diajarkan bahwa ada tiga amalan yang akan terus mengalir pahalanya walau pemiliknya telah tinggalkan dunia fana salah satunya adalah doa anak sholeh untuk kedua orangtuanya.

Ini bermakna bahwa orang tua diminta untuk mendidik anaknya agar menjadi anak yang sholeh yang kelak diharapkan akan terus mendoakan orang tuanya. Pesan dari ajaran tersebut adalah pesan tentang pendidikan, yakni pendidikan kepada anak, yang ganjarannya begitu menggiurkan karena pahalanya akan terus mengalir meski kita sudah meninggal.

Ada sebuah doa yang dikenal dengan nama `Doa Anak Sholeh' dan yang diajarkan oleh hampir semua orang tua muslim kepada anak-anak mereka dengan harapan agar anak-anak mereka mau mendoakan mereka dengan doa ini. Begini bunyinya " Ya Tuhanku, ampunilah dosaku dan dosa ayah ibuku, sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangiku sewaktu aku masih kecil. "

Salah satu ungkapan yang terkenal adalah "Didiklah anak-anakmu untuk masa yang bukan masamu" Ungkapan itu, tidak kurang dari 13 abad yang lalu disampaikan Ali Bin Abi Thalib R.A. bahwa masa-masa kita mengenyam pendidikan dulu tidak sama dengan pendidikan masa sekarang dan di masa yang akan datang.

Tidak berlebihan apabila kita katakan bahwa bolehlah kita memiliki harapan yang tinggi untuk anak kita, tapi jangan lupa bahwa merekalah yang nantinya akan menjalani kehidupannya. Dan bukannya kita. Janganlah lupa berilah kebebasan bagi anak untuk memilih jalannya sendiri. Sementara tugas kita hanya menghantarkan dan memberitahu konsekuensi dari berbagai pilihan yang ada dan telah mereka pilih.

Hal yang bisa kita lakukan lainnya adalah sebaiknya kita jangan terjebak untuk menganggap anak adalah amanah. Tapi mestinya perlu diimbangi pula dengan pemahaman bahwa anak bisa pula sebagai fitnah yang bisa menggoda. Bahkan berpotensi menjerumuskan orang tuanya menuju jurang kenistaan.

Cobaan ini bisa terjadi, lantaran fitrah orang tua yang sangat mencintai anak-anaknya, sehingga terkadang apapun yang menjadi tuntutan kebutuhan sang anak, selalu berusaha dipenuhi. Pemenuhan kebutuhan tanpa reserve ini bisa menjadi salah satu sumber fitnah ini, tak mustahil membebani kemampuan orang tua, sehingga tatkala tak terpenuhi, ia bisa menimbulkan intrik.

Kita juga tidak boleh berpikiran bahwa kesuksesan kita pasti bisa diturunkan atau ditularkan kepada anak kita. Bahwa kesuksesan anak kita di masa datang sangat berhubungan dengan cara mendidik kita sekarang dengan berdasar pengalaman kita dimasa lalu. Karena semua belum mesti seperti itu. Justru berlebihan bila kita menaruh harapan terlalu tinggi bahwa anak kita pasti bisa lebih sukses dari kita atau minimal sama suksesnya dengan kita.

Jadi berikanlah anak-anak kita pendidikan yang baik, Islami dan sesuai dengan jamannya. Sambil kita upayakan ikhtiar kita, hendaklah tidak lupa kita sempurnakan dengan memohon kepada Tuhan. Janganlah pernah memaksa ataupun mengontrol keinginan mereka. Karena kita tidak akan pernah tahu anak-anak kita nanti akan hidup di jaman seperti apa pada tiga-empat puluh tahun ke depan, Akhirnya kita hanya bisa berharap, mudah-mudahan anak-anak kita nanti mampu mengarungi kehidupannya dengan bekal ilmu yang telah kita tanamkan ke diri mereka sejak dini.

Ada baiknya kita kenang sebuah puisi tentang:

Anakmu Bukanlah Anakmu

ANAKMU bukan anakmu
Anak adalah kehidupan, mereka sekedar lahir
melaluimu tetapi bukan berasal darimu.
Walaupun bersamamu tetapi bukan milikmu,
curahkan kasih sayang tetapi bukan memaksakan pikiranmu
karena mereka dikaruniai pikirannya sendiri.

Berikan rumah untuk raganya, tetapi tidak jiwanya, karena
jiwanya milik masa mendatang, yang tak bisa kau datangi
bahkan dalam mimpi sekalipun.
Bisa saja mereka mirip dirimu, tetapi jangan pernah
menuntut mereka jadi sepertimu.
Sebab kehidupan itu menuju ke depan, dan
tidak tenggelam di masa lampau.

Kaulah busur, dan anak-anakmulah anak panah yang meluncur.
Sang Pemanah maha tahu sasaran bidikan keabadian.
Dia menentangmu dengan kekuasaanNya,
Hingga anak panah itu melesat, jauh serta cepat.
Meliuklah dengan suka cita dalam rentangan tangan Sang Pemanah,
Sebab Dia mengasihi anak-anak panah yang melesat laksana kilat
Sebagaimana pula dikasihi-Nya busur yang mantap.
By: Kahlil Gibran

Salam
http://sudjatiw.wordpress.com

Apakah murah identik dengan laris ???

Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) merintis taman bacaan masyarakat (TBM) berbasis masyarakat di pusat perbelanjaan atau mal. Sarana pendidikan untuk menjangkau para pengunjung mal ini mengusung 'branding TBM@mall'.

"Kita akan membangun perpustakaan-perpustakaan, library-library corner, baik di pusat-pusat keramaian misalkan di mal-mal termasuk di taman bacaan-taman bacaan atau pusat bacaan masyarakat di beberapa daerah. Itu yang kita perkuat, *sehingga anak-anak kita bisa membaca secara langsung dan gratis*," kata Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas), Mohammad Nuh, Selasa (23/2). Mendiknas menyampaikan, pengembangan keterjangkauan pendidikan terkait dengan biaya pendidikan mulai dari biaya langsung, seperti SPP sampai dengan uang saku. "Karena itu, *mengembangkan buku yang murah adalah bagian dari membangun keterjangkauan* .

Catatan Saya
:

Di dunia Industri sangatlah dikenal apa yang disebut dengan Quality Controll. Banyak pihak sering dilibatkan untuk QC tersebut, melalui pemberian Sampel produk. Apa yang sering terjadi adalah bahwa produk QC tersebut tidak dimanfaatkan oleh penerima QC oleh berbagai sebab.

Di dunia Penerbitan umpamanya banyak pihak dan Tokoh diberikan Sampel. Dan diharapkan penerima sampel akan membaca kemudian menganjurkan masyarakat yang lebih luas membaca buku tersebut. Kenyataannya Para Penerbit akan kecewa karena ketika berbulan kemudian menanyakan komentar tentang buku tersebut di jawab :wah... Maaf... Belum ada waktu... sibuk buka pameran dan alasan-alasan seterusnya. Akan sangat berbeda apabila sang Tokoh masuk Toko Buku atau membaca Resensi buku lalu bergegas membeli buku dan mencuri waktu membaca buku yang dia butuhkan umpamanya Gurita Cikeas yang bahkan buku bajakannya yang harganya 4 kali buku asli dibeli kalangan berduit Jakarta. Di Jakarta jumlah Toko Buku sudah lumayan banyak di mana anak-anak dan remaja bebas membeli dan membaca buku di sana. Nyaris di setiap Mal ada toko buku, sehingga cukup mencengangkan ide Menteri Pendidikan untuk membangun Taman Bacaan di Mal apalagi buku yang murah dengan alasan supaya terjangkau.

Apakah kita mau membangun minat baca melalui buku murah????
Apakah kalau buku murah sudah otomatis Laris????

Saya melihat buku murah di Pusat Buku Indonesia Kelapa gading malah hampir bangkrut karena tidak ada yang datang membeli dan keuntungan Pedagang tidak cukup untuk membiayai operasional usahanya.

Mungkin akan jauh lebih tepat membangun TBM di daerah perumahan bekerja sama dengan RT/RW dan kelurahan. Demikian pula di daerah transmigran atau luar Jawa yang sangat miskin Toko Buku.

Salam,
Dharma

Kepribadian Manusia Dilihat Dari Status Fb

1. Manusia Super Update
Kapanpun dan di manapun selalu update status. Statusnya tidak terlalu panjang tapi terlihat bikin risih, karena hal-hal yang tidak terlalu penting juga dipublikasikan.

Contoh : "Lagi makan di restoran A..", "Dalam perjalanan menuju neraka..", "Saatnya baca koran..", dan sebagainya.

2. Manusia Melankolis
Biasanya selalu curhat di status. Entah karena ingin banyak diberi komentar dari teman-temannya atau hanya sekedar menuangkan unek-uneknya ke facebook. Biasanya orang tipe ini menceritakan kisahnya dan terkadang menanyakan solusi yang terbaik kepada yang lain.

Contoh : "Kamu sakitin aku..lebih baik aku cari yang lain..", "Cuma kamu yang terbaik buat aku..terima kasih kamu sudah sayang ama aku selama ini..".

3. Manusia Tukang Ngeluh
Pagi, siang, malem, semuanya selalu ada aja yang dikeluhkan.

Contoh : "Jakarta maceeet..!! Panas pula..", "Aaaargh ujan, padahal baru nyuci mobil..sialan. .!!", "Males ngapa2in.. cape hati gara2 si do' i..", dsb.

4. Manusia Sombong
Mungkin beberapa dari mereka ga berniat menyombongkan diri, tapi terkadang orang yang melihatnya, yang notabene tidak bisa seberuntung dia, merasa kalo statusnya itu kelewat sombong, dan malah bikin sebel.

Contoh : "Otw ke Paris ..!!", "BMW ku sayang, saatnya kamu mandi..aku mandiin ya sayang..", "Duh, murah-murah banget belanja di Singapur, bow,"

5. Manusia Puitis
Dari judulnya udah jelas. Statusnya selalu diisi dengan kata-kata mutiara, tapi ga jelas apa maksudnya. Bikin kita terharu? Bikin kita sadar atas pesan tersembunyinya? atau cuma sekedar memancing komentar? Sampai saat ini, tipe orang seperti ini masih dipertanyakan.

Contoh : "Kita masing-masing adalah malaikat bersayap satu. Dan hanya bisa terbang bila saling berpelukan", "Mencintai dan dicintai adalah seperti merasakan sinar matahari dari kedua sisi", "Jika kau hidup sampai seratus tahun, aku ingin hidup seratus tahun kurang sehari, agar aku tidak pernah hidup tanpamu".

6. Manusia in English
Tipe manusianya bisa seperti apa saja, apakah melankolis, puitis, sombong dan sebagainya. Tapi dia berusaha lebih keren dengan mengatakannya dalam bahasa Inggwis Gicyu Low..

Contoh : "Tie and Chair..", "I can tooth, you Pink sun.." dsb..

7. Manusia Lebay
Updatenya selalu bertema 'gaul' dengan menggunakan bahasa dewa.. ejaan yang dilebaykan..

Contoh: "met moulnin all.. pagiiieh yg cewrah... xixiixi" << lol~

8. Manusia Terobsesi
Mengharap tapi ga kesampaian.. pengen jadi artis ga dapat-dapat.

Contoh : "duwh... sesi pemotretan lagi! cape deh..."

9. Manusia Sok Tau
Sotoy tenarnya. Padahal dia sendiri tidak tahu apa yang ditulisnya.

Contoh : "Pemerintah selalu memanjakan rakyatnya.. bla..bla...bla, "

10. Bioskop Mania
Update film yang abis ditonton dan kasih comment..

Contoh : "ICE AGE 3..Recomended!!", "Transformers 2 mantab euy.."

11. Manusia pedagang

Contoh: "jual sepatu bla bla bla"

12. Manusia penyuluh masyarakat

Contoh: "jangan lupa dateng ke TPS, 5 menit utk 5 tahun bla..bla"

13. Manusia Alay
Ada berbagai macam versi, dari tulisannya yang aneh, atau tulisannya biasa aja, hanya saja kosakata nya ga lazim seperti bahasa alien.

Contoh:
Alay 1 : "DucH Gw4 5aYan9 b6t s4ma Lo..7aNgaN tin69aL!n akYu ya B3!bh..!!"
Alay 2 : "km mugh kog gag pernach ngabwarin aq lagee seech? kmuw maseeh saiangs sama aq gag seech sebenernywa? "
Alay 3 : "Ouh mY 9oD..!! kYknY4w c gW k3ReNz 48ee5h d3ch..!!"
(Khusus buat tipe ini, ga usah di baca juga gpp..saya pribadi juga mikir dulu buat nulis ini, walaupun jadinya kurang mirip sama yg aslinya..)

14. Tipe Hidden Message
Tipe ini biasanya tidak to the point, tapi tentunya punya niat biar orang yg dituju membaca nya. (bagus kalo baca..kalo ngga? kelamaan nunggu) padahal kan bisa langsung aja sms ya..

Contoh : "For you my M***, I can' t live without you..you are my bla bla bla..",
"Heh, cewe bajingan..ngapain lo deket2in co gw?! kyk ga laku aja lo.." <<< (padahal ce tersebut tidak ada dalam jaringannya. . mana bisa baca...:p)

15. Tipe Misterius
Tipe yang biasanya bikin banyak orang bertanya tanya atas apa maksud dari status orang tersebut..Biasanya dalam suatu kalimat membutuhkan Subjek + Predikat + Objek + Keterangan. Tapi orang tipe ini mungkin hanya mengambil beberapa atau malah hanya 1 saja..Dan pastinya mengundang kontroversi.

Contoh : "Sudahlah.." , "Telah berakhir.." <<< (apanya??),
"Termenung.. ." <<< (so what gitu, loh)

Termasuk kepribadian apakah status Anda di fb???

Sumber: Okezone

Rabu, 03 Maret 2010

Mengabadikan Kepuasan

Dalam Safari Diklat Jurnalistik yang dihelat Jawa Pos (Oktober-Desember 2009), banyak pengalaman yang saya tuai. Pengalaman itu saya dapat dari para peserta diklat, terutama guru. Salah satunya, mengabadikan kepuasan.

Saya merasa perlu berbagi di sini lantaran ada hikmah dari pengalaman menulis seorang guru. Guru sebuah sekolah menengah pertama (SMP) negeri di Surabaya itu punya minat besar terhadap dunia tulis-menulis, khususnya artikel opini. Tak sekadar minat, dia mengaplikasikannya lewat praktik menulis.

Usia yang menapak senja bukan berarti tak bisa mengukir prestasi. Ibu guru tersebut membuktikannya. Prestasi tentu tidak hanya menjuarai kompetisi tertentu. Menurut saya, mendapatkan nilai lima dalam ujian tanpa nyontek pun bisa disebut prestasi.

Ibu guru tadi berbagi kisah dengan kami, narasumber opini. Dia membicarakan pengalaman menulisnya. "Saya kepengen sekali tulisan saya bisa dimuat di koran. Rasanya gimana gitu. Pasti membanggakan," tuturnya saat itu.

Perempuan berjilbab tersebut akhirnya mulai belajar menulis artikel opini. Dia mencari beberapa referensi sebagai data pendukung tulisannya. Boleh dibilang, ibu guru yang satu ini belajar secara otodidak menulis opini untuk koran.

Beliau juga tak mau ketinggalan mengikuti workshop dan semiloka kepenulisan sebagai bekal. Namun, saya pikir, guru tersebut sudah punya modal yang amat bagus, yakni kemauan untuk menulis!

Akhirnya, guru itu melahirkan tulisan opininya yang pertama. Tulisan bertema pendidikan tersebut dikirim ke sebuah surat kabar lokal di Surabaya. Sayang, artikel itu tidak dimuat. ”Tapi, saya coba menulis lagi. Siapa tahu bisa dimuat,” harapnya.

Waktu terus berlalu. Tak terasa, dua bulan berjalan si guru sudah menelurkan banyak artikel opini. Berkali-kali dikirim ke koran, selama itu pula tulisannya tidak termuat.

Namun, perempuan 48 tahun tersebut tidak putus asa. ”Saya coba lagi dan coba lagi. Mungkin saja keberuntungan bakal berpihak kepada saya,” tegasnya.

Dua bulan, tiga bulan, empat bulan berlalu. Sang guru telah menghasilkan belasan tulisan. Namun, ya itu tadi: tidak ada yang dimuat di koran. Putuskah sampai di situ? Belum!

Suatu ketika, dia memberanikan diri mengirimkan artikel ke rubrik opini Metropolis Jawa Pos. Salah satu tulisannya akhirnya termuat. Peristiwa tersebut sudah berlangsung sekian tahun silam. Namun, raut kebahagiaan dan kebanggaan masih tampak saat guru itu menuturkan pengalamannya tentang keberhasilan menembus media massa.

Saya bersama peserta lain menyimak kisahnya yang hebat itu.

Belum usai sampai di situ. Dia menuturkan mendapatkan honor Rp 500 ribu sebagai imbalan tulisannya ketika itu. ”Senangnya bukan main. Pokoknya rasane wis gak karu-karuan,” ucap guru tersebut disambut tawa peserta diklat lainnya.

Begitu senangnya ibu guru itu, sampai-sampai uang honor tersebut tidak dipakai untuk membeli kebutuhannya. ”Uang itu sengaja saya simpan. Bahkan, saya bingkai dengan pigura khusus,” tegasnya yang lagi-lagi disambut ger-geran peserta diklat.

Mengapa sampai dipigura begitu? Dia menjawab, itulah hasil jerih payahnya berpikir yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Untuk menghasilkan karya yang dimuat tersebut, dia rela begadang sampai pukul tiga pagi, saat sang suami sudah terbuai mimpi.

”Rasanya beda menerima Rp 500 ribu dari suami dan mendapatkan Rp 500 ribu dari jerih payah sendiri,” tuturnya.

Ya, ibu tersebut mencapai prestasi terbaiknya. Saya menyebut ibu itu mengabadikan kepuasan. Kepuasan yang tak bisa diukur dengan uang jutaan rupiah sekalipun!

Hampir ketika menjadi narasumber di beberapa sekolah lain, saya mengisahkan pengalaman hebat guru tersebut. Tujuannya, memotivasi guru lain untuk menulis.

”Menulis itu sulit banget, Mas!” kata seorang guru kepada saya. Dia mengatakan tak tahu harus memulai bagimana ketika menulis.

Saya katakan kepada beliau bahwa menulis itu ibarat belajar naik sepeda. Kalau seseorang ingin bisa naik sepeda, ya dia harus belajar mencoba menaikinya. Kalaupun terjatuh karena belajar, itu adalah konsekuensi dari belajar. Begitu pula halnya dalam menulis. Orang tak akan bisa menulis baik hanya lewat teori. Silakan dibuktikan.

Salam
Eko Prasetyo

Tersenyum itu indah

*Bukan karena hidup bahagia maka kamu tersenyum, tetapi karena kamu tersenyum, hidup menjadi bahagia..

*Bukan karena semua orang bersahabat maka kamu tersenyum, tetapi karena kamu tersenyum, semua orang menjadi bersahabat...

*Bukan karena pekerjaan menyenangkan maka kamu tersenyum, tetapi karena kamu tersenyum, pekerjaan jadi menyenangkan.

*Bukan karena keluarga harmonis kamu tersenyum, tetapi karena kamu tersenyum, keluarga menjadi harmonis...

*Bukan dunia yang menciptakan senyuman, Senyuman yang menciptakan dunia!

Salam
With love,
Sulis

Kisah Miracle

(sebuah cerita keluarga)

Minggu sore, 28 Februari 2010, Ayah baru tiba dari Jakarta. Selama libur panjang kemarin memang ayah pergi ke Jakarta karena ada keperluan keluarga. Saya beserta anak2 tidak ikut karena kondisi saya yang sudah hamil besar...

Keira dan Narda begitu senang. Begitu ketemu ayah langsung deh pada berebut kangen2an..Ayuk Keira minta digendong dan Adek Narda juga tak mau kalah. Dari Jakarta ayah membawa banyak boneka oleh2 dari Uti & bude, dan seperti biasa Keira tidak mau membagi bonekanya ke Adik. Semua boneka yang ada di tas diambilnya, padahal bonekanya ada sekitar 7 buah. Itulah Keira. Saya coba mengalihkan adik untuk bermain dengan boneka lamanya. Alhamdulillah, tak berapa lama Narda dan akhirnya asyik bermain dengan boneka lama.

Malamnya Ayah baru teringat klo bunda juga dapet oleh2 dari adik yang di Jakarta yang ternyata isinya Buku "Anak Saya Tidak Nakal, Koq" ... whuaaaaaaa seneng bgt deh, dok. Akhirnya kesampain juga punya buku itu, karena di toko2 buku di Jambi kan belum ada. Senangnya lagi, karena ayah ada, maka tugas untuk menemani Keira dan Narda malam itu beralih ke Ayah. Selain itu anak2 juga masih ingin kangen2an sama Ayahnya....

Setelah saya menemani Keira dan Narda minum susu, membantu gosok gigi, dan memakaikan baju tidur, mereka berdua pun langsung masuk kamar bersama ayah, sementara saya yang sudah menanti2 buku itu, langsung mulai membacanya.. Saya punya kebiasaan bila membaca buku suka melihat daftar isi terlebih dahulu kemudian membaca sekilas2 isinya. Tak tahu kenapa saya langsung tertarik pada hal 85. "Mengatasi Anak Bertengkar" .. Tapi sebelum mulai membaca, saya sempat mengintip ke kamar untuk mengecek anak2. Alhamdulillah, ternyata mereka masih asyik bermain sambil memijit Ayah. Aman deh..

Saya pun melanjutkan membaca..Baru sebentar membaca, saya melihat jam dinding, ternyata sudah lewat jam tidur anak2. Tapi Keira dan Narda belum tidur (anak2 biasa tidur paling telat jam 9). Akhirnya saya mengingatkan ayah kalau sudah lewat jam tidur & anak2 harus segera tidur.... (O iya, dok. Saya lupa menceritakan bahwa selain membawa boneka, ayah juga membawa bantal2 kesayangan kami dari rumah yang di jakarta). Nah, masalah mulai muncul pada saat mau tidur. Keira mulai berulah lagi. Dia tidak mau memberikan 1 bantal sama Adik Narda, padahal waktu itu ada 3 bantal. Adik yang sedang memeluk 1 bantal, tiba2 direbut oleh Keira..Adik pun langsung nangis sambil mendatangi Keira dan berusaha merebut bantalnya sampe akhirnya mereka tarik2an bantal ..

Keira : “Gak boleh ini bantal Ayuk”

Narda : (sambil menangis dengan bahasa bayinya) "maauuu..mauu nini dede" ( ehm mungkin maksudnya punya dede gitu kali ya)

Tarik-tarikan bantal ini diakhiri dengan didorongnya Adik oleh Keira. Adik pun menangis memeluk saya. Melihat kejadian ini biasanya saya langsung kesal dan ingin marah. Tapi saya teringat dengan pesan dokter bahwa Anak adalah Anugrah… Keira sedang belajar bagaimana berbagi. Saya yang harus membimbingnya.

Saya mendatangi keira yang sedang memeluk tigal bantal. Saya jadi ingin tersenyum. Lucu melihatnya memegang tiga buah bantal sekaligus.

Bunda : “Ayuk, kan bantal ayuk banyak ada 3 ..adek cuma minta 1..ayuk masih ada 2 lagi kan, kenapa gak boleh?..”

Keira : “Gaaak boleehh..ini semua bantal lembut Ayuk... Kan adek udah ada tuh yang kecil aja “ dengan muka juteknya, sementara adik masih menangis di gendong mbok.

Bunda : Tapi kan ayuk punya 2 bantal ntar makenya gimana hayoo??...kasih adek 1 ya, Nak! Kan anak bunda anak sholehah, sayang adik, kan? Keira anak pintar, kan.?
( Sambil terlihat berpikir, akhirnya Keira memberkan 1 bantal kepada saya untuk adek walaupun tampak tidak rela....)

Keira : “Gaakkk Boleeehhhh.. .. “ Teriak Keira sambil memasang muka jutek (Bantal yang sedang saya serahkan ke adek direbut kembali oleh Keira)

Duuuhhh saya terus menarik nafas dok..pokoknya musti Sabar..dan kayaknya si Ayah tau saya dah mulai goyah nih usaha untuk meRedam amarah. Akhirnya ayah datang membantu.

Ayah : "Sudah, Bunda lanjutin aja bacanya. Biar anak2 ayah yang tangani. Mungkin Keira lagi cari perhatian karena ditingal ayah 4 hari" Selanjutnya langsung deh si ayah beraksi

Ayah : “ayoooo siapa yang mau bobo bareng ayah...yuk qta pesta bantal..bantal ayuk..bantal adek...bantal ayah...bantal bunda..taruh siniii semuaa ayooo!”

Keira langsung ceria. Dia memberikan semua bantal sama Ayah, sedangkan adek yang waktu itu nangisnya dah mulai reda ikut2an sambil tertawa (hmm walaupun waktu itu ayah udah ngantuk berat & capek bgt tp tetap berusaha menemani anak2 bermain).. Nah sementara mereka mengatur posisi bantal2 itu bunda pun keluar kamar dan mengambil buku, ceritanya akan serius melanjutkan membaca buku. Eh, belum ada 10 menit, tiba2 adik menangis kuennceeengggg sekali. Langsung saya masuk kamar. Ayah yang ketiduran juga bangun karena kaget.. Kami kaget melihat Keira tidur di sebelah Ayah dan adek terduduk di Kaki Keira dengan bibir adek tampak berdarah ....

Ayah pun langsung menegur Keira dengan memberikan sanksi. Keira malam ini bobonya sama si Mbok aja ( panggilan untuk pembantu kami).... Keira langsung menangis kencang. Malam itu bener2 rumah kami penuh dengan suara tangisan anak2...
Akhirnya setelah luka adek saya bersihkan, untuk meredakan tangisnya saya buatkan susu lagi sambil menidurkannya di kasur dengan posisi agak berjauhan dengan Keira.. Sementara itu ayah masih "mengintrogasi" Keira..

Ayah : “Ayoo tadi adek ayuk apain??..”

Keira : (tetep menangis tidak mau menjawab)
Ayah : “Kalo ayuk gak mau cerita ntar malam ini ayuk tidur sama si mbok aja”
Keira : “Gaakk maauuu....ayuk mo bobo disini aja ..”
Ayah : “Ya udah, sekarang bilang sama ayah adek diapain, trus minta maaf sama adik”
Keira : “Gak maauu..ayuk tuh gak salah...adek yang nakal ..”
Ayah : “Tapi bibir adek berdarah kenapa ayoo??..”
Keira : “Gak taauuu bukan sama ayuk....”
Ayah : “Ya uda klo ayuk gak cerita, gak mau minta maaf sama adek sekarang juga pindah ke kamar mbok atau gak duduk di kursi tenang ..

Tangisan Keira semakin keras. Waktu itu saya melihat ayah juga terlihat sudah lelah sekali, akhirnya sekarang giliran saya mengambil alih. Sambil memberi kode ke Ayah, dalam hati saya mengucapkan “Bismillah... .”, sambil menarik nafas panjang. Inilah saatnya mencoba mempraktekan apa yang tadi saya baca dalam buku.
Saya ingat
Waktu itu sebenarnya saya mau men-time out Keira, tp karena melihat mukanya yg penuh penyesalan, maka saya dengan berusaha tenang, saya memanggil Keira sambil memasang senyum

Bunda : “Keira sini deh, deket bunda ...”
Keira : “Bunda..ayuk mo sayang Bunda, gak mau dimarahin..”
Bunda: “Bunda sayang koq sama ayuk ..”
Keira : “Ayuk mo di Peluk Bunda...”
Bunda : “Boleh tapi nanti yaa..skarang bunda mo Tanya, tadi adek ayuk apain?”(saya Tanya Keira dengan nada lembut)
Keira: “Tapi ayuk mau sayang bunda..mau peluk,,,bunda”
Bunda: “Iyaaa...Bunda sayang sama ayuk. Sekarang ayuk bilang dulu, setelah itu baru bunda peluk deh ;)” (saya memakai nada rendah seperti yang dokter contohkan waktu konsultasi)
Keira: “Iya..abis adek tuh nakal..Ganggu ayuk bobo sama Ayah..”
Bunda:
Kan bobonya sama2...emang adek gimana tadi??
Keira : “Adek bobo di perut ayah trus..trus adek tuh tindihin ayuk juga kan adek bobo sebelah sana aja,,ayuk sebelah sini..”

Saya mencoba mendengar dan menganalisa (E). Jadi Narda ingin tidur tengah2 antara ayah & keira.

Bunda : “ouww gitu yaa..jadi adek tindihin ayuk??”
Keira: “Iya..Adek injek perut ayuk. Kan sakit bunda ..”
Bunda : “Trusnya ??”
Keira : “ayuk..ayuk.. .dorong aja adek sampe jatuh soalnya kan perut ayuk sakit di injek ..”
Bunda : “Tapi ayuk dorongnya kenceng yaa??..Bibir adek koq sampe berdarah...kasihan kan adek…”
Keira : (diam sambil angguk2)
Bunda : “Nah sekarang ayuk minta maaf dulu ya ke adek..”
Keira : “Gak mauu…adek kan nakal juga”
Bunda : “Tapi kasihan adek. Seharusnya ayuk bilang aja sama adek klo perut ayuk sakit jangan langsung didorong ..Liat tuh bibir adek luka sampe berdarah ..ayuk sayang gak sama adek?..”
Keira : “Ayuk sayang bunda” (sambil menangis ngeliat adek)
Bunda : “Nah klo saying, sekarang peluk , cium, adek trus bilang “adek..ayuk minta maaf”
Keira : “Gak mauu…adek juga nakal”
Bunda : “Ya udah, klo gitu bunda gak mau peluk ayuk , mo peluk adek aja ah abis ayuk belum meminta maaf sama adek, kan klo anak sholeha itu jika menyakiti mau untuk meminta maaf, dan anak sholeha itu sayang sama adek ..… “ dan
Tidak lama kemudian, Keira langsung memeluk dan mencium adek sambil bilang “ayuk minta maaf ya dek “
Narda : “he euh” (sambil mengangguk dan membalas cium)
Bunda : “sini dua2nya bunda peluk…ini baru anak bunda yang sholeha… Nah skarang Bobo ya udah malem, Keira mo bobo dimana??..Bobo disebelah ayah gak?..”
Keira : “Ayuk mo bobo deket adek aja ..”
Bunda : “ya uda bobo sebelah adek yaa, bunda di sebelah ayah....skarang kita baca doa bobo dulua ya..trus merem yaa..”

Setelah membaca doa sebelum tidur, saya langsung memasang lampu tidur supaya mereka cepet tidur.. Tak sengaja sayup2 saya mendengar suara Keira.

Keira : “Adek bibirnya sakit ya??..Maafin ayuk ya tadi dorong2 adek sampe jatuh..Sini ayuk peluk..Ayuk sayaaaang sama adek ..”
Narda : (Tersenyum sambil mencium ayuknya)
Akhirnya mereka pun tidur berpelukan.. Saya dan ayah terharu sekali mendengar pernyataan Keira yang tulus itu.

Baru kali ini saya merasakan benar adanya “Miracle” karea bisa meredam emosi. Karena biasanya, kalau melihat mereka bertengkar langsung deh kayak petasan khihihihi……… malah gak ada penyelasaiannya…

Alhamdulillah setelah 2 kali konsultasi melaluii telepon sama dokter dan walaupun baru baca bukunya sedikit, saya sudah mendapatkan hasil awal yang bagus & memotivasi saya untuk menjadi lebih baik lagi dalam mendidik anak dan tentunya mendapatkan Miracles At Home.

Salam
Laura Rasuanty

Antimo

(sebuah anekdot)

Alkisah seorang pemuda baru saja lulus pendidikan di Akademi Kepolisian. Saking bahagianya, di malam kelulusannya itu sang pemuda mengadakan pesta minuman bersama rekan-rekannya sampai mabuk. Pagi harinya, tiba2 ada panggilan dari kesatuannya untuk segera mengikuti apel bendera. Karena masih ada pengaruh minuman di kepala, polisi remaja itu pun mampir ke warung dekat kantor untuk beli Antimo sebelum ikut upacara.

Pemuda : "Pak, beli Antimo."
Warung : "Untuk apa, Pak? Bapak mau pergi jauh ya?"
Pemuda : "Oh, nggak. Saya pusing karena mabok."

Setelah minum Antimo, si pemuda pun ke kantor untuk ikut upacara. Namun, ia masih merasa mabuk dan kepalanya berat.

"Kurang ajar penjual warung itu. Katanya obat anti mabuk, lah kok kepalaku masih pusing. Awas, nanti aku samperin dia sehabis upacara. Obatnya pasti palsu!!"
Setelah upacara, dengan masih menggunakan seragam lengkap pemuda itu pun langsung ke warung tempat beli Antimo dan ngomel-ngomel.

Pemuda : "Pak, obatnya palsu ya?"
Warung : "Emang kenapa, Pak?"
Pemuda : "Saya sudah minum 2 butir kok mabuknya nggak ilang-ilang? "
Warung : "Bapak dari Kepolisian, ya?"
Pemuda : "Iya. Emang kenapa kalau Kepolisian?"
Warung : "Pantesan ndak mempan, Pak. Lah wong Antimo itu hanya untuk Darat, Laut, dan Udara!!

He He

Selasa, 02 Maret 2010

Pendidikan yang Menggelisahkan

Moralitas pendidikan

Alkisah, di hutan belantara yang lebat diselenggarakan sebuah sekolah untuk hewan-hewan dengan mata pelajaran utama berlari, memanjat, terbang, dan berenang, mengingat empat ”ilmu” itulah yang pasti membekali hewan-hewan untuk dapat sintas.

Kucing hitam memperoleh predikat summa cum laude untuk berlari dan memanjat, tetapi ia sangat sengsara dan benar-benar jelek untuk ”ilmu” berenang dan terbang. Si angsa justru kebalikannya, hanya dalam hitungan hari, ia sudah sangat mahir dalam mata pelajaran berenang dan terbang, tetapi benar-benar menderita lahir batin untuk memanjat dan berlari (baca tulisan Kak Seto dalam Membuka Masa Depan Anak-anak Kita, Mencari Kurikulum Pendidikan Abad XXI- editor Sindhunata; Penerbit Kanisius, Yogyakarta, 2000).

Pesan moralnya jelas: setiap individu siswa pasti memiliki potensi yang mungkin sama, tetapi sangat mungkin berbeda. Ratusan, bahkan ribuan, siswa sangat mungkin memperoleh predikat summa cum laude untuk mata ujian Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, tetapi sangat mungkin ada jutaan siswa yang mengalami penderitaan lahir batin karena dua mata ujian itu.

Rupanya, di situlah ribut-ribut tentang ujian nasional disebut sebagai dampak krisis moral oleh Mochtar Buchori karena ada bahaya generalisasi yang menuntut ”kucing hitam harus sepotensi dengan angsa dan sebaliknya”. Moralitas pendidikan terletak pertama-tama pada model pendidikan yang berpusat pada anak/siswa, bukan berpusat pada pemerintah/kebijakan, guru, ataupun kepala sekolah. Artinya, siswa benar-benar sebagai pusat dan subyek utama semua kegiatan pendidikan dan karena itu sangat bertentangan dengan moralitas ketika dunia pendidikan dijadikan sebagai tempat untuk hitung-hitungan dan arena bisnis.

Ribut-ribut sekitar ujian nasional jangan-jangan ada aspek-aspek bisnis di balik layarnya. Ketika aspek bisnis merasuki dunia pendidikan, yang muncul dan didengung-dengungkan adalah pentingnya persaingan (ketat) ataupun rivalitas antarindividu siswa, antarsekolah, dan antarinstansi. Situasi kompetitif memperlihatkan bahwa pelaku bisnis (termasuk pelaku bisnis dalam pendidikan pun) akan memperlakukan/ menganggap pihak lain sebagai rival.

Dampak rivalitas tersebut adalah eliminasi. ”Eliminasi terhadap kecenderungan rivalitas yang sifatnya negatif ini harus beranjak dari suatu refleksi terhadap akibat yang menjadi dampak dari perkembangan menyimpang dari seluruh masyarakat kita” (Conny Semiawan, 2000:25).

Jadi, tantangan terberat model pendidikan berpusat pada anak adalah terciptanya rivalitas di berbagai strata. Maraknya tawuran antarpelajar atau mahasiswa atau antarmahasiswa dengan aparat sangatlah menggelisahkan dan hal ini harus kita catat sebagai dampak dari iklim rivalitas yang tercipta.

Kedua, moralitas pendidikan (termasuk krisis moralitasnya) terletak pada model pembelajaran yang seharusnya unlock the capacities, yakni gugus pembelajaran yang membuka kemampuan seoptimal mungkin yang dimiliki oleh setiap individu siswa. Karena itu, jika pembelajaran tidak membuka peluang lebar-lebar bagi berkembangnya potensi siswa, di situlah telah terjadi krisis moralitas dan hanya tercipta robot-robot yang pandai meniru belaka. Guru dapat menjadi ”tersangka” pertama/kunci apabila proses pembelajarannya tidak mengembangkan secara optimal potensi siswa.

Ketiga, moralitas pendidikan terletak pada right-based budget, yaitu sistem pengalokasian anggaran yang berbasis pada pemenuhan hak anak/siswa. Model alokasi anggaran, seperti bantuan operasional sekolah (BOS), sudah memenuhi syarat anggaran berbasis pemenuhan hak siswa secara individual karena unit analisisnya siswa. Semua alokasi anggaran pendidikan—tidak hanya BOS—seharusnya menggunakan unit analisis siswa, bukan seperti yang sampai sekarang dilakukan, yaitu berdasarkan perencanaan yang ”berbasis tahun lalu”. Kita semua tahu bahwa jumlah siswa ataupun karakteristik siswa selalu berbeda dari tahun ke tahun.

Menggelisahkan

Salah satu aspek pembentukan karakter terpenting, menurut C Semiawan (2000:29), adalah pendidikan harus mampu mendorong setiap individu itu melakukan pendakian terjal (the ascent of man). Dalam diri setiap siswa/anak, ada dua dorongan esensial, yaitu dorongan untuk mempertahankan diri dalam lingkungan eksternal yang ditandai oleh berbagai perubahan cepat serta dorongan untuk mengembangkan diri, yaitu dorongan ingin belajar terus dan keinginan untuk mencapai ambisi tertentu.

Orang-orang semacam itulah yang (akan) memiliki karakter, tetapi, sayangnya, dunia pendidikan kita tidak serta-merta melakukan atau mengakomodasi dorongan-dorongan seperti itu. Tontonan dan informasi sehari-hari yang dilihat di televisi, atau dibaca di koran/majalah, seharusnya disadari bersama sebagai media belajar anak-anak/siswa kita. Karena itu, selayaknya yang disajikan adalah hal-hal yang dapat mendorong anak/siswa untuk melakukan pendakian terjal tersebut.

Sayangnya, yang tersaji adalah kerusuhan demi kerusuhan, demonstrasi anarkis dari satu tempat ke tempat lain; bahkan kalaupun berupa pidato tokoh, ia tampil sebagai tokoh yang tidak mempunyai sentuhan edukasi.

Apabila setiap hari asupan informasinya seperti itu, marilah kita semakin prihatin dan gelisah terhadap pertumbuhan karakter generasi muda kita. Gubernur Jawa Tengah pernah membagi-bagikan kaset berisi lagu-lagu nasional dan perjuangan ke sekolah-sekolah di Jawa Tengah.

Setiap pagi, seperempat jam sebelum jam masuk, lagu-lagu itu diharapkan disetel keras-keras agar siswa mendengar dan harapannya lama-kelamaan dapat menghayatinya sehingga karakter siswa terbentuk. Muluskah? Ternyata tidak.

Banyak sekolah yang mengeluh tidak memiliki tape recorder, apalagi pengeras suara; ada juga yang mengeluh tidak memiliki penjaga sekolah yang siap ditugasi karena ada guru yang merasa direndahkan martabatnya ketika diminta untuk mengurusinya. Rupanya, mengeluh adalah ”karakter” bangsa kita dewasa ini. Hal itu memang menggelisahkan, tetapi juga menggelikan.

Salam
JC Tukiman Taruna,
Anggota Dewan Pendidikan
Provinsi Jawa Tengah

Truck Sampah

Dari seorang Kawan Baik :

Suatu hari saya naik sebuah taxi dan menuju ke Bandara.

Kami melaju pada jalur yang benar ketika tiba-tiba sebuah mobil hitam melompat keluar dari tempat parkir tepat di depan kami. Supir taxi menginjak pedal rem dalam-dalam hingga ban mobil berdecit dan berhenti hanya beberapa cm dari mobil tersebut.

Pengemudi mobil hitam tersebut mengeluarkan kepalanya dan melotot ke arah kami.

Supir taxi hanya tersenyum dan melambai pada orang orang tersebut.

Saya benar-benar heran dengan sikapnya yang bersahabat.

Maka saya bertanya, "Mengapa anda melakukannya? Orang itu hampir merusak mobil anda dan dapat saja mengirim kita ke rumah sakit!"

Saat itulah saya belajar dari supir taxi tersebut mengenai apa yang saya kemudian sebut "Truk Sampah".

Ia menjelaskan bahwa banyak orang seperti truk sampah. Mereka berjalan keliling membawa sampah, seperti: frustrasi, kemarahan, dan kekecewaan.

Seiring dengan semakin penuh kapasitasnya, semakin mereka membutuhkan tempat untuk membuangnya dan seringkali mereka membuangnya kepada anda.

Jangan ambil hati, tersenyum saja, lambaikan tangan, kasihani mereka, lalu lanjutkan hidup.

Jangan ambil sampah mereka untuk kembali membuangnya kepada orang lain yang anda temui, di tempat kerja, di rumah atau dalam perjalanan.

Intinya, orang yang sukses adalah orang yang tidak membiarkan "truk sampah" mengambil alih hari-hari mereka dengan merusak suasana hati kita.

Hidup bukan mengenai menunggu badai berlalu, namun tentang bagaimana berselancar di atas ombak.

Selamat menikmati hidup yang bebas dari "sampah".

LIterasi 1/2 Mati

(sebuah intermezzo)

"Dengan informasi di atas, saya sih tidak terlalu heran kalau kasus-kasus akan bermunculan semakin banyak. Literasi jaman sekarang, sudah tidak bisa lagi berkutat seputar membaca teks, tetapi juga bagaimana mengelola informasi itu menjadi sesuatu yang berguna. Dan itu semua, hanya bisa berjalan kalau kita tahu tata-kramanya.

"Karenanya, media literacy, atau melek media sudah sepantasnya jadi perhatian kita. Jangan sampai diperdaya informasi, berdayalah dengan informasi!"

Salam,
Literasi pada zaman sekarang memang tidak hanya sebatas membaca teks--saya sangat setuju. Namun, sayangnya, sebagaimana diungkapkan oleh artikel ini di tempat lain, membaca teks sendiri--di Indonesia--juga belum selesai alias punya problem sendiri.

Pertama, membaca teks mendapat tantangan hebat berupa "melihat" informasi alias menonton pelbagai tayangan di televisi, dll. Menonton tentu tidak salah. Tapi, menonton jelas sangat berbeda dengan membaca teks. Jim Trelease, dalam Read-Aloud Handbook, membedakan secara sangat signifikan antara menonton (melihat dan mendengar) dengan membaca teks. Karena menonton lebih mudah ketimbang membaca teks, porsi menonton akhirnya menenggelamkan membaca teks.

Kedua, di Indonesia kegiatan membaca yang diajarkan di sekolah, dugaan saya, lebih menekankan pada "speed reading" ketimbang "deep reading". Membaca jenis pertama memang lebih mudah diajarkan ketimbang yang kedua. Namun, sayangnya, budaya timur belum mendukung kegiatan membaca cepat. Akhirnya, yang dikejar adalah kuantitas membaca, bukan kualitas membaca. Anak didik bisa cepat membaca, tapi yang dibaca belum tentu dipahaminya secara mendalam dan berdampak pada pengembangan pikiran. Saya khawatir saja, pengajaran "speed reading' di sekolah ini dapat membunuh keinginan untuk menikmati sebuah bacaan--membaca dengan nyaman dan menyenangkan.

Ketiga, internet jelas sangat bermanfaat-- tak ada yang tidak dapat memetik manfaat darinya. Hanya, menurut Nicholas Carr, internet membuat sebagian penggunanya melakukan kegiatan membaca secara loncat sana dan loncat sini. Dan ini sangat berlawanan juga dengan "deep reading". Efeknya sudah sangat jelas, kegiatan membaca yang meloncat-loncat itu membuat pikiran tidak dapat fokus dan bertafakaur (merenungkan sesuatu yang bermakna). Efek berikutnya, dari kegiatan membaca yang tak fokus itu membuat kegiatan menulis menjadi mandul alias tidak menunjukkan sebuah pemikiran yang solid dan berpijak.

Semoga ketiga hal itu tidak berlangsung lama dan banyak orang--terutama para guru--menyadarinya. Sebab hanya dengan "deep reading" dan merumuskan secara tertulis hasil "deep reading"-lah banjir informasi kemudian dapat dikendalikan dan dimanfaatkan. Melek informasi akan menjadi tanggung dan tak menghasilkan apa-apa jika "deep reading" dan kegiatan menulis menghilang dari kegiatan belajar.

Salam,
Hernowo

Refleksi Maulid Nabi SAW

Tujuan Maulid adalah untuk ingat bahwa kita harus mengikuti Nabi Muhammad SAW. Apakah benar bahwa kita masih mengikuti Nabi SAW? Kalau masih mengikuti Nabi Muhammad SAW, maka Maulid bagus. Tetapi kalau kita tidak mengikutinya, buat apa kita rayakan Maulid setiap tahun? Kalau kita TIDAK mengikuti Nabi SAW dengan baik, dan lebih suka mengikuti contoh dan perbuatan buruk dari orang KAFIR atau perbuatan SETAN, bagaimana? Apakah perlu kita bubarkan Maulid Nabi KALAU ummat Muhammad SAW lebih peduli pada contoh dari orang kafir dan setan?

Harus kita kaji lebih dalam: Apakah BENAR kita masih mengikuti Nabi Muhammad SAW atau tidak!

Kalau kita mau bicara tentang anjuran dan kewajiban bagi ummat Islam untuk mengikuti Nabi SAW, maka ada ayat-ayat penting yang perlu kita pahami.

Katakanlah: "Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang menghidupkan dan mematikan, *maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul Nya*, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat- Nya (kitab-kitab-Nya) *dan ikutilahdia, supaya kamu mendapat petunjuk".*
*(QS. Al-Araaf 7:158)*

31. Katakanlah: *"Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah*, *ikutilah aku,*niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu. "Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
32. Katakanlah: "*Ta'atilah Allah dan Rasul-Nya*; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir".
*(QS. Al-Imran 3:31-32)*

Selanjutnya, mari kita menganalisa perbuatan kita sehari-hari, sebagai suatu ummat, yang mengaku sebagai pengikut dari Rasulullah SAW. Mari kita coba pahami apakah kita benar-benar mengikuti dia atau tidak.

*Shalat*Kita*?

Kalau secara teknis, insya Allah shalat kita masih 100% sama dengan Nabi Muhammad SAW. Masih dalam Bahasa Arab, gerakannya sama, masih wajib lima waktu, hitungan waktu shalat masih diambil dari posisi matahari, menghadap kiblat, dsb. Tetapi mungkin kualitasnya shalat kita berbeda dengan Nabi:

Nabi Muhammad SAW shalat dengan baik, tenang, dan khusyu.

Sebagian dari ummatnya shalat dengan cara kurang sempurna, buru-buru, sambil memikirkan segala sesuatu.

Dan sangat disayangkan bahwa banyak sekali "pengikut Muhammad SAW" justru tidak melakukan shalat. Mungkin sebagian dari kita hanya hadiri Shalat Jumat saja. Mungkin hanya setahun dua kali: yaitu Idul Fitri dan Idul Adha. Kenapa begitu banyak orang bisa tinggalkan shalat dengan sikap tenang, tetapi masih mau dianggap sebagai "pengikut Muhammad SAW"? Dan mungkin sebagian dari mereka yang tidak shalat malah mau datang ke masjid untuk Maulid Nabi, *tanpa rasa malu. *Mungkin Nabi Muhammad SAW akan *menangis setiap hari* kalau bisa menyaksikan kita.

Dan bagaimana dengan Shalat Jumat kita? Mungkin 50% dari jemaah di sini ikuti Shalat Jumat dalam keadaan *setengah sadar*, atau tidur. Khatib seharusnya dipilih karena bisa bicara dengan semangat. Tetapi banyak khatib belum belajar untuk "bicara di depan umum", jadi suaranya terlalu lembut, dan malah membuat jemaah tidur. (Ilmunya tidak diragukan. Hanya cara menyampaikannya.) Jemaah "salah" karena banyak yang abaikan ilmu yang mau diberikan oleh orang alim (mereka merasa enakan tidur). Khatib "salah" karena tidak berusaha untuk belajar: "Bagaimana caranya berceramah dengan suara yang baik dan semangat, biar jemaah merasa tertarik dan tidak mau tidur?" Sayang kalau ummat Islam tidur terus, pada saat ada orang alim yang mau berikan ilmu yang benar dan bermanfaat di dunia dan di akhirat. Mungkin Nabi Muhammad SAW akan menangis setiap hari kalau bisa menyaksikan kita dan cara kita melakukan shalat.

*Puasa*Kita*?

Kalau secara teknis, insya Allah masih sama dengan Nabi Muhammad SAW. Mulai dari adzan Subuh, berakhir pada waktu Maghrib, dsb. Tetapi apakah berat badannya Nabi Muhammad SAW malah *NAIK* pada saat puasa? Berapa banyak dari ummat Islam yang berat badannya NAIK pada waktu bulan Ramadhan? (Dan saya pernah alami juga. Dulu, saya makan lima kali setiap malam karena takut akan lapar besok. Sekarang sudah tidak lagi begitu.)

Apakah Nabi Muhammad SAW rajin ke Tanah Abang atau ITC dan belanja banyak di tengah bulan puasa? Dan pakaian yang dibeli itu BUKAN untuk anak yatim dan fakir miskin, tetapi untuk dipakai saat pulang kampung? Apakah tujuan dari puasa pulang kampung dengan baju baru? Pusat belanja baju bisa menjadi lebih ramai daripada masjid.

Ada juga banyak yang mau melakukan umrah di saat puasa. Alhamdulillah dia mau melakukan ibadah yang baik itu. Tetapi justru ada yang batalkan puasanya, dengan alasan menjadi MUSAFIR! Ada orang lain yang pulang kampung, dan mereka juga batalkan puasa dengan alasan musafir!

Mana yang lebih utama di tengah bulan suci Ramadhan? Puasa, atau banyak jalan-jalan? Dilakukan terus-terusan setiap tahun, dan untuk umrah, tentu saja ada biaya yang cukup tinggi. Mungkin Nabi Muhammad SAW akan menangis setiap hari kalau bisa menyaksikan kita dan cara kita melakukan puasa di bulan Ramadhan.

*Haji dan Umrah*Kita*?

Kalau secara teknis, insya Allah masih sama dengan Nabi Muhammad SAW. Tetapi apakah Nabi SAW naik haji setiap tahun? Dan umrah berkali-kali dalam satu tahun? Ternyata, Nabi SAW hanya melakukan haji satu kali saja. Dan hanya melakukan umrah sebagai idabah sunnah *3 kali* saja (atau mungkin 4 kali).

Penjelasannya, Nabi Muhammad SAW hanya melakukan umrah 2 kali sebagai ibadah sunnah, secara sengaja dan terpisah dari Haji. Satu kali lagi, dia lakukan umrah pada saat sedang melakukan Haji, jadi tidak berangkat secara khusus dari Madinah untuk umrah saja. Dan satu kali lagi Nabi SAW tidak berhasil masuk Mekkah, berarti umrahnya tidak jadi. Artinya, Nabi hanya melakukan umrah 2 kali saja (secara sengaja dan terpisah dari Haji), padahal ada ribuan kesempatan. Boleh dikatakan 3 kali, kalau tambahkan umrah yang dilaksanakan saat Haji. Dan boleh dikatakan 4 kali, kalau termasuk satu kali yang gagal di mana Nabi berniat melakukan umrah, tetapi tidak berhasil masuk kota Mekkah (dan itu usaha umrah yang pertama).

Jadi, boleh dikatakan Nabi SAW melakukan umrah minimum 2 kali (berangkat secara sengaja dan terpisah dari Haji), maksimum 4 kali termasuk saat Haji dan satu kali yang gagal). Padahal Nabi SAW bisa melakukan umrah ribuan kali, kalau dia mau. Ternyata, hanya 2-4 kali saja.

Uang yang dihabiskan oleh kita berapa banyak untuk melakukan ibadah-ibadah itu? Berapa puluh atau berapa ratus juta setiap tahun, untuk SETIAP ORANG yang berangkat? Apakah tidak ada orang yang lebih membutuhkannya? Misalnya, anak yatim, fakir miskin, orang yang punya hutang, orang yang perlu operasi, dsb. Apakah mereka itu "SAUDARA KITA" atau tidak? Mungkin Nabi Muhammad SAW akan menangis setiap hari kalau bisa menyaksikan kita dan cara kita utamakan kenikmatan ibadah sendiri dengan biaya yang tinggi, pada saat ada banyak saudara kita yang perlu bantuan.

*Masjid*Kita*?

Kalau secara teknis, insya Allah masih sama dengan Nabi Muhammad SAW. Tempat bersih untuk shalat, ada tempat wudhu, menghadap kiblat, dsb. Tetapi kenapa bisa begitu mewah, sehingga menghabiskan MILYARAN RUPIAH untuk renovasi saja? Saya tidak bicarakan masjid yang sudah dibangun dari zaman dulu. Yang sudah ada, biarkanlah. Yang saya maksudkan adalah yang dibangun dan direnovasi sekarang.

Ada sebuah masjid yang cukup besar. Sedang direnovasi. Pengurus masjid pasang marmer di lantai dan tembok. Memang sangat indah tetapi kenapa sebagian dari marmernya harus diimpor dari Itali? Dan kenapa harus pakai marmer? Kenapa tidak bisa pakai UBIN berkualitas saja? Sedangkan banyak hotel bintang 5 hanya pakai ubin. Kalau hotel mewah bisa pakai ubin, kenapa masjid kita harus pakai marmer yang diimpor dari luar negeri dengan biaya yang cukup besar?

Kenapa ada juga masjid yang harus pasang kubah emas dan menggunakan barang-barang lain yang mewah di dalam masjid? Apakah Nabi Muhammad SAW akan senang melihat masjid kita? Sedangkan banyak anak yatim yang miskin, tidak bisa makan setiap hari, tidur dalam keadaan lapar, putus sekolah, menjadi pemulung, dsb.? Mungkin Nabi Muhammad SAW akan menangis setiap hari kalau bisa menyaksikan masjid kita.

SAYA MAU BERTANYA:

AKHLAK BAIK YANG DICONTOHKAN OLEH NABI MUHAMMAD SAW HILANG KE MANA?

Korupsi Kita

Apakah Nabi SAW pernah melakukan korupsi? Kenapa itu yang menjadi umum di sini? Ini contoh dari Nabi Muhammad SAW atau tidak? Kenapa Indonesia menjadi terkenal karena korupsinya? Bukan karena akhlak baiknya? Apakah orang asing yang kafir akan tertarik pada Islam, kalau mereka tahu tentang tingkat korupsi di sini?

Bagaimana kalau korupsi di sini nol persen? Bukannya orang barat yang kafir akan tertarik untuk tahu kenapa? Dan kita bisa menjelaskan bahwa korupsi di sini nol persen: "Karena kita Muslim! Kita mengikuti NABI MUHAMMAD SAW!" Bukannya mereka akan tertarik pada Islam kalau korupsi di sini nol persen?

Dan kita tidak akan perlu berdakwah ke luar negeri. Mereka akan datang ke sini, dan minta belajar dari kita karena sudah lihat contoh yang baik dari kita. Mungkin Nabi Muhammad SAW akan menangis setiap hari kalau bisa menyaksikan kita dan cara ummatnya melakukan korupsi setiap hari.

Ada Banyak Kemiskinan, Tetapi Banyak Pemimpin Kita Kaya

Mayoritas dari penduduk Indonesia adalah Muslim. Mayoritas dari penduduk yang Muslim itu juga MISKIN. Tetapi banyak sekali pemimpin agama, pemimpin daerah, pemimpin organisasi, pemimpin partai politik dan pemimpin negara justru KAYA sekali. Kenapa bisa begitu? Contoh dari Nabi SAW apa? Hidup dalam keadaan kaya raya, dan utamakan kenikmatan hidup bagi diri sendiri? Atau manfaatkan uang dari Allah untuk berjuang di jalan Allah?

Uang itu adalah titipan dari Allah, dan bukan milik kita. Tetapi kita merasa uang itu didapatkan karena kehebatan kita sendiri, bukan karena Allah memberikannya kepada kita. Mungkin Nabi Muhammad SAW akan menangis setiap hari kalau bisa menyaksikan kita.

Anak Yatim


Banyak dari ummat Islam yang kaya, tetapi mayoritas dari anak yatim adalah orang miskin, dan masih banyak yang tidak diurus. Sepertinya banyak dari ummat Islam hanya ingat pada anak yatim di bulan puasa saja. Apakah anak yatim hanya makan dalam satu bulan setiap tahun? Bukannya mereka juga perlu makan setiap hari, sepanjang tahun? Kenapa kita hanya mau ingat pada mereka pada satu bulan saja?

Alangkah baiknya bila para pemimpin kita bisa memberikan contoh yang jelas. Bayangkan apa yang akan terjadi kalau Presiden kita mengadakan santunan anak yatim setiap minggu di Istana Negara! Pasti akan luar biasa! Dan setiap Menteri, Sekjen, Dirjen, Gubenur, Walikota, Bupati, Camat, dan lain-lain bisa diajak mengikuti contoh itu juga.

Dan kalau ada yang merasa terlalu sibuk untuk membuat santunan rutin setiap minggu, ada juga cara yang lain. Misalnya, setiap kali seorang pemimpin atau pejabat negara diundang untuk acara makan malam (berarti ada katering, dan makanannya pasti banyak sekali), bisa juga wajib undang anak yatim. Satu, dua, atau tiga anak saja sudah cukup (biar mudah diatur, tetapi mengajak lebih juga boleh). Dan mereka juga bisa foto bersama, dikasih makanan, dikasih santunan, dan diberikan semangat dan motivasi untuk belajar dengan baik dan menjadi orang sukses. Insya Allah seluruh negara akan terpancing untuk lebih peduli pada anak yatim kalau semua pemimpin kita memberikan contoh tersebut.

Bayangkan kalau Presiden Obama datang ke sini, diajak makan, dan selalu ada anak yatim di sebelahnya. Mungkin dia akan bingung dan akan bertanya kenapa selalu ada anak kecil yang hadir dalam acara makan. Lalu bagaimana kalau kita jelaskan alasannya, dan ternyata dia suka contoh ini. Kemudian dia kembali ke Amerika dan melakukan hal yang sama di sana! Dan dia juga wajibkan hal yang sama untuk para menteri di sana. Dan para pemimpin dunia melihat contoh itu dari Obama, dan mereka juga melakukannya di negara mereka masing-masing. Seluruh dunia mulai mengajak anak yatim makan bersama, karena dapat contoh dari para pemimpin di Indonesia.

Bisa bayangkan? Kira-kira bagaimana perasaan Allah terhadap kita semua bila seluruh dunia berubah dan menjadi sayang terhadap anak yatim karena kita kasih contoh tersebut? Seluruh dunia bisa berubah dalam sekejap, hanya karena ada contoh kecil dari kita.

Sayangnya, banyak sekali dari pemimpin kita masih lebih peduli pada deposito mereka daripada anak yatim, dan hanya ingat pada anak yatim sewaktu-waktu saja (biasanya di bulan puasa). Mungkin Nabi Muhammad SAW akan menangis setiap hari kalau bisa menyaksikan kita.

Ummat yang Merokok


Survei menyatakan bahwa 80-90 persen dari pria di Indonesia merokok, dan tentu saja mayoritas dari mereka adalah Muslim. Apakah Nabi Muhammad SAW juga merokok? Apakah ini Sunnah Nabi atau tidak? Ini sudah jelas MUBAZIR. Ini membuat ummat Islam menjadi lemah dan tidak sehat. Banyak bapak wafat dengan cepat dari berbagai macam penyakit dan kanker. Tidak ada yang dapat umur yang lebih panjang karena merokok. Anak dan keluarga tidak diutamakan.

Kompas melaporkan bahwa rokok membakar 330 MILYAR Rupiah PER HARI di Indonesia. *Dan itu berarti 120 TRILLION Rupiah per TAHUN untuk merokok!!!*Ulama kita jarang membahas ini dalam ceramah, dan tidak pernah dalam Khutbah Jumat (dari pengalaman saya). Malah banyak Ustadz dan Kyai yang memberikan contoh yang buruk dengan merokok sendiri. 120 Trillion Rupiah dibakar dengan sia-sia. SETIAP TAHUN. Dan anak yatim masih banyak yang lapar! Mungkin Nabi Muhammad SAW akan menangis setiap hari kalau bisa menyaksikan kita.

Kalau ada teman atau saudara yang merokok, bicara dengan dia secara baik, dan ajak dia berhenti. Mungkin salah satu caranya begini: berikan dia tasbih kecil. Setiap kali dia mau merokok, suruh dia berdzikir kepada Allah, dan mensyukuri semua nikmat yang Allah berikan. Baca "Alhamdulillah" terus. Dalam waktu 20 minit, kalau mau merokok lagi, berdzikir lagi, dan sekaligus
mohon bantuan kepada Allah untuk berhenti merokok.

Pada saat yang sama, coba mengurangi frekuensi rokok secara bertahap. Misalnya, sekarang 30 batang perhari. Mulai minggu depan, dikurangi menjadi hanya 20 batang per hari (dan juga harus berdoa dan mohon bantuan Allah). Minggu berikut, 15 batang per hari. Yang berikut, 10 batang perhari, dan seterusnya, hingga menjadi hanya 1 batang per hari. Lalu satu batang per 2 hari. Satu batang per minggu, dan sebagainya. Dan setiap kali ada keinginan untuk merokok, coba hilangkan niat itu dengan berdzikir saja, dan baca Alhamdulillah, dan mohon bantuan dari Allah untuk berhenti merokok. Insya Allah bisa berhasil dengan cepat.

Muallaf Yang Tidak Diurus


Tidak ada sistem atau yayasan formal yang tangani muallaf se-Indonesia. Padahal jumlah muallaf bertambah terus setiap hari. Dibutuhkan yayasan atau organisasi yang bisa menyebarkan nama-nama Ustadz dan Kyai di setiap kecamatan, di seluruh Indonesia yang bisa menerima dan membimbing muallaf dalam agama.

Muallaf itu sering bingung dan malu karena merasa "bodoh". Mereka tidak bisa datang ke masjid and ketok di pintu. Tetapi ulama tidak kompak dan serius untuk tangani muallaf secara resmi, sehingga banyak dari mereka yang menjadi goyang. Mungkin Nabi Muhammad SAW akan menangis setiap hari kalau bisa menyaksikan kita dan cara kita tidak memperhatikan kebutuhan muallaf.

Anak Dipukul Karena Salah Baca Al Qur'an?


Di sebagian pesantren, anak yang salah baca ayat kena pukulan. Apakah supaya dia belajar apa yang benar dan salah? Apakah Nabi SAW juga memukul sahabat pada saat mereka belajar Al Qur'an? Apakah Nabi SAW termasuk orang yang suka memukul muridnya?

Dijelaskan dalam sebuah hadiths, bahwa Allah memberikan *dua pahala* buat orang yang *tidak lancar* dalam membaca ayat Al Qur'an, dan *hanya satu pahala* buat yang lancar. Allah memberikan dua pahala, sedangkan sebagian Ustadz di Indonesia kasih pukulan. Apakah ini contoh dari Nabi SAW? Tidak. Karena Nabi SAW tidak pernah memukul.

"Rasulullah SAW *tidak pernah memukul* dengan tangannya, baik terhadap isteri maupun terhadap pelayannya, kecuali dia berjihad di jalan Allah."
(Sahih Muslim, Nomor 4296)

Mungkin Nabi Muhammad SAW akan menangis setiap hari kalau bisa menyaksikan kita.

Menjadi Negara Maju?

Orang barat yang kafir bisa menciptakan negara maju. Kenapa kita tidak bisa? Kenapa menjadi negara berkembang terus? Bukannya Allah berada di sisi kita? Bukannya doa kita yang paling cepat diterima dan dikabulkan oleh Allah? Kenapa orang barat yang kafir bisa membuat negara maju yang bebas korupsi? Kenapa orang barat yang kafir bisa membuat sistem pendidikan yang lebih baik? Kenapa orang barat yang kafir bisa membuat sistem kesejahteraan yang menjadi suatu jaminan sosial bagi rakyat? Kenapa kita selalu kalah kalau dibandingkan dengan orang barat yang kafir dalam hampir semua bidang? Kesalahan kita di mana?

Mungkin karena terlalu banyak dari kita yang tidak peduli pada contoh mulia yang diberikan oleh Nabi Muhammad SAW. Dan oleh karena itu kita masih belum bisa menciptakan negara maju. Mungkin Nabi Muhammad SAW akan menangis setiap hari kalau bisa menyaksikan kita.

Sekarang Saatnya Untuk Utamakan *Managemen Masjid*


Masjid bisa berubah menjadi pusat masyarakat. Setiap masjid besar bisa membuat perpustakaan, supaya anak Muslim bisa "IQRA" daripada nonton sinetron.Setelah sekolah selesai, anak muda bisa datang ke masjid, pinjam buku, dan duduk di situ untuk membaca dan belajar. Kedatangan ratusan anak muda setiap hari akan membuat masjid ramai, dan akan mengikat hati mereka terhadap masjid juga, insya Allah.

Masjid besar juga bisa membuat Dapur Umum dan kita bisa ajak orang kaya untuk menyumbang uangnya supaya orang miskin bisa datang dan makan di situ setiap hari. Contohnya, dimasak makanan untuk 200 orang saja, untuk makan siang saja. Cukup nasi, telor, tempe. Dan orang miskin bisa datang dan antrian (karena hanya boleh makan di situ). Setelah makanan sudah habis, yang lain akan ditolak, dan disuruh kembali besok. Minimal ada 200 orang yang dapat makanan di situ, dan mereka akan merasa bahwa pengurus masjid dan ummat Islam peduli pada orang miskin. (Kalau sekarang, jumlah orang miskin yang berhasil dapat makanan di masjid setiap hari berapa?)

Masjid besar bisa membuat BMT, yaitu Baitul Maal wat Tamwil (Bank Syariah Mikro Kredit) supaya orang miskin ada tempat untuk pinjam 500 ribu, atau 1 juta saja. Bisa dibuat secara mudah dan sederhana, contoh sudah ada banyak, dan orang dengan kemampuan untuk menjalankan sistem itu sudah banyak juga.

Kita perlu berfikir secara kreatif tentang bagaimana kita bisa memanfaatkan masjid-masjid kita supaya menjadi suatu pusat bagi masyarakat, dan tidak hanya tempat untuk shalat dan pesta perkawinan saja, yang lebih sering kosong daripada ramai.

Mungkin Nabi Muhammad SAW akan menangis setiap hari kalau bisa menyaksikan kita karena kita belum mau menggunakan masjid kita untuk mensejahterahkan ummat Islam.

Masih Ada Harapan Untuk Masa Depan:


Tetapi masih ada harapan bahwa keadaan ummat Islam bisa menjadi lebih baik. Semuanya tergantung pada diri kita. Ayat di bawah ini sudah sering dibacakan di mana-mana, tetapi kita tidak mewujudkannya di dalam kehidupan kita sehari-hari:

Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. *(QS. Ar-Ra'd 13:11)*

Kita bisa mengubah bangsa ini. Dan kita harus mau melakukannya. Kita tidak boleh diam saja terus dan berharap bangsa ini akan berubah. Kita harus ambil tindakan yang nyata. Salah satu hal yang perlu kita perhatikan adalah pendidikan.

Pendidikan untuk ummat Islam dan anak bangsa harus kreatif, maju dan moderen. Bukan asal nurut dengan guru seperti di zaman dulu.

Nabi tidak berpesan agar ummatnya harus bodoh dan takut mengritik guru yang salah. Nabi tidak berpesan agar ummatnya harus menjadi takut mengritik kebijakan pemerintah yang tidak baik. Dan kalau kita yang dewasa selalu takut untuk terima kritikan dari anak-anak kita, dan siswa kita di sekolah, dan para santri kita di pesantren, maka bangsa ini tidak akan bisa maju. Itu disebabkan kita yang dewasa selalu mau benar sendiri dan tidak mau terima masukan dari anak-anak muda, padahal mungkin saja Allah berikan petunjuk kepada mereka, padahal belum dikasih kepada kita.

Saya sangat suka ayat di bawah ini, dan saya yakin bahwa ayat ini merupakan jaminan dari Allah kepada kita semua:

Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, PASTILAH Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. *(QS. Al Araf 7.96)*

Mari kita berfikir tentang berapa banyak dari kita yang tidak peduli pada contoh mulia Nabi Muhammad SAW. Mari kita berfikir tentang bagaimana kita bisa menjadi suatu ummat yang beriman dan bertakwa supaya rahmat Allah dilimpahkan di atas kita semua. Mari kita bersatu dan saling membantu, untuk memajukan negara ini. Jangan sampai kita mencapai Maulid Nabi tahun depan, dan semua yang kita bicarakan malam ini *belum berubah*.

Saya yakin bahwa Indonesia bisa menjadi negara nomor satu di dunia. Dengan ummat Islam yang menjadi contoh yang paling baik dan paling mulia bagi semua. Nanti, insya Allah, orang Amerika akan datang kepada kita dan minta pinjam uang karena uang kita paling banyak. Orang Jepang akan datang kepada kita dan minta teknologi dari kita karena teknologi kita paling maju. Dan orang barat akan mau sekolahkan anak mereka di sini, karena sistem pendidikan di sini adalah yang paling baik di dunia.

Semua itu bisa terwujud. Allah bisa turunkan milyaran malaikat untuk mendoakan kita dan membantu kita, kalau Dia mau. Tetapi kita harus mau berubah. Kita sudah dikasih contoh yang paling baik dan paling bagus dalam bentuk Nabi Muhammad SAW dan Allah sudah perintahkan kita untuk:

"…berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul Nya*…*dan ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk!!!" *(QS. Al-Araaf 7:158)*

Saya merasa yakin bahwa negara ini bisa berubah. Cukup kita kembali kepada contoh Nabi SAW dengan sungguh-sungguh, dan mewujudkan akhlak mulianya di dalam kehidupan kita setiap hari.

*Semoga kita bisa berubah*, dan kalau kita bisa, *Nabi Muhammad SAW* *TIDAK AKAN MENANGIS** *kalau bisa menyaksikan kita. Semoga Nabi SAW malah akan menyaksikan kita dan akan MERASA BANGGA bahwa kita selalu mau berusaha untuk memperbaiki diri dan selalu kembali kepada contohnya. Dan dia malah akan bersyukur kepada Allah SWT bahwa ummatnya masih benar-benar *MENGIKUTI DIA.*

Allah berharap kita bisa berubah. Para malaikat berharap kita bisa berubah. Dan Nabi Muhammad SAW berharap kita bisa berubah. Jadi, mari kita mengubah diri kita dan mengubah ummat Islam. Mulai dari sekarang.

Semoga bermanfaat.
Salam
Gene Netto