Kamis, 11 Maret 2010

Menulis adalah bermeditasi

“Ketika saya menulis buku ini, saya dipengaruhi oleh aliran Zen. Zen memberikan penekanan pada pembelajaran dalam arti meditasi dan wawasan yang langsung secara intuitif. Pemikiran-pemikiran yang ada di dalam buku ini adalah hasil dari meditasi saya terhadap konsep-konsep dan prinsip-prinsip pemasaran tersebut.” PHILIP KOTLER, Marketing Insights from A to Z

Sebagaimana dikatakan Henriette, buku karya Susan, Walking on Alligators, mengajak kita untuk “diam” sejenak dan menyaksikan keajaiban yang terjadi ketika kita selesai menulis. “Diam” inilah, menurut saya, inti pokok buku Susan. Saya menyamakan “diam” dengan bermeditasi. Bahkan, saya membayangkan lebih jauh bahwa ketika kita sedang menulis, kita sesungguhnya sedang bermeditasi. Bagi saya, bermeditasi adalah juga bertafakur—berpikir hati-hati, sistematis, dan mendalam. Sesuai apa yang saya alami, menulis benar-benar mampu “menggerakkan” hampir seluruh komponen otak.

Jika toh—setelah menulis—kita kemudian baru melakukan “diam” sejenak, itu lebih menunjukkan sebuah puncak dari kegiatan bermeditasi. Artinya, apa pun yang berhasil kita keluarkan lewat menulis dan, akhirnya, berubah menjadi deretan kata-kata, semua itu merupakan dampak dari kegiatan berpikir yang luar biasa. Dalam konteks “diam”, setelah selesai menulis, saya mengartikan sebagai sebuah proses “merasakan” apa yang sudah saya tulis. Saya ingin kegiatan menulis saya efektif (ada efeknya terhadap perubahan-membaik diri saya). Saya ingin kegiatan menulis saya bermakna (membuat saya bangga dan dapat memetik banyak sekali manfaat). Dan saya ingin menulis itu merupakan sebuah kegiatan mengumpulkan energi (baca: potensi) diri yang dahsyat yang selanjutnya siap saya ledakkan.

“Orang lain tidak bisa menuliskan buku Anda,” tulis Susan. “Kisah yang harus Anda paparkan itu unik. Ketika Anda sedang berusaha menceritakannya, Anda akan bekerja sendirian. Buku ini menghadirkan bagi Anda sejumput kebersamaan dengan orang-orang lain yang juga bekerja sendirian seperti Anda… Buku ini diniatkan sebagai teman harian dalam proses ‘peneguhan tekad’ Anda, bukan untuk dibaca sekaligus.”

Ketika Anda menulis, Anda sendirian. Anda hanya berhadapan dengan diri Anda sendiri. Mungkin di dalam diri Anda berkecamuk banyak sekali hal. Ketika Anda sedang menulis, Anda tentu harus mengingat sesuatu, apakah ini atau itu. Setelah mengingat banyak hal, Anda perlu secara cermat mengaitkan yang Anda ingat dengan yang Anda pahami atau sesuatu yang tiba-tiba menarik perhatian Anda. Menulis juga kadang memaksa Anda untuk memilih karena tidak semua yang Anda ingat, renungkan, dan Anda kaitkan itu bisa Anda tulis semua.

Saya tidak menemukan alasan Susan memberikan judul kecil untuk bukunya, “A Book of Meditations for Writers”. Saya hanya dapat “merasakan” betapa judul kecil itu memberikan petunjuk kepada saya bahwa kegiatan menulis—meski kadang harus menempuh sebuah proses yang sangat berbahaya (bagaikan berjalan di punggung banyak buaya dan sedikit saja tergelincir habis sudah diri kita)—merupakan kegiatan yang sangat berarti bagi kehidupan kita. Bayangkan jika kita lalu TIDAK bisa menata dan menyusun informasi yang berseliweran di benak kita. Bayangkan jika kita juga TIDAK dapat mengubah pikiran kita yang abstrak menjadi sesuatu yang nyata dan dapat dibaca (dipahami). Dan bayangkan jika kita tidak dapat menangkap sesuatu yang sangat penting dan berharga yang berkelebat di kepala kita.

Jadi, menulislah segera, hari ini juga, dan tak usah berpikir. Menulislah karena menulis akan—sebagaimana dikatakan Henriette—memunculkan keajaiban.

Salam
Hernowo