Minggu, 21 Februari 2010

Enggan " By Pass"

(sebuah cerita)

Gaya bicaranya tegas. Bagi dia, sedikit bicara banyak bekerja bukan sekadar slogan. Dia memang pekerja yang ulet dan jarang mengeluh meski terlihat capek sekalipun. Dia adalah teman saya semasa di bangku kuliah dulu. Sehari-hari dia bekerja di bagian logistik sebuah perusahaan elektronik ternama.

Sejak lulus, kami jarang bersua. Saya kali terakhir bertemu teman tersebut ketika dia mengirim barang ke sebuah perusahaan yang kebetulan satu gedung dengan kantor saya. Sapa riang dan obrolan renyah menemani kami.

Di akhir obrolan, dia menitipkan pesan kepada saya. Dia minta saya menginformasikan tentang lowongan kerja bagi dia. Saya mengusahakan, tapi tak berani menjanjikan. Kemudian kami berpisah.

Saya ingat betul bahwa kawan tadi berasal dari keluarga yang bisa dibilang mapan dan berkecukupan. Ayahnya pensiunan TNI. Dulu, saat dia memutuskan untuk mandiri dan mencari kerja sendiri, saya sempat bertanya-tanya. Pasalnya, bisa saja ayahnya yang punya banyak relasi menolong kawan saya itu untuk mencarikannya pekerjaan. Tak perlu capek-capek memeras keringat keliling beberapa perusahaan memasukkan map cokelat yang berisi kerta lamaran kerja.

Namun, teman saya tak mau. Dijanjikan oleh ayahnya menjadi anggota TNI pun dia tak mau. Padahal, kalau mau, dia bisa dengan mudah diterima. Tidak saja karena faktor sang ayah, tapi postur dan prestasi akademis kawan saya tersebut sangat mendukung. Dia bersikukuh untuk menentukan jalan hidupnya sendiri, tak peduli apa pun hambatan dan rintangannya.

Saya mendapati pengalaman bagus dari Andy F. Noya, host acara Kick Andy. Suatu malam, sekitar pukul 00.00, dia sangat terkejut. Betapa tidak, dia mendapati putranya, Rio, mengepel lantai dan memakai celemek hijau di salah satu restoran terkenal.

Mata Andy berkaca-kaca. Dia tak menyangka sang anak mau melakukan pekerjaan itu: menyikat dan mengepel lantai. Perasaan Andy campur aduk. Haru, sedih, dan bangga.

Rio magang tiga bulan di restoran itu. Dia tak peduli disaksikan banyak pengunjung mal ketika mengepel lantai dan membersihkan meja konsumen. Kendati tergolong dari keluarga mapan, Rio sedikit pun tak malu melakukan pekerjaan yang oleh sebagian orang dianggap "rendahan" itu. Sangat pantas Andy bangga terhadap anaknya tersebut.

Jikalau Rio mau, dia bisa magang di kantor yang lebih elite, tidak sebagai pelayan restoran. Namun, itu tak terjadi. Andy dan Rio telah memberikan pelajaran baik bagi orang tua dan remaja lainnya.

Saat ini, tak sedikit orang yang lebih memilih jalan pintas. Ada orang tua yang rela menjual rumah dan sawah agar sang anak diterima menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Ada orang yang mau menyetorkan sejumlah uang demi diterima kerja. Ada pula yang menjual kehormatannya hanya untuk naik jabatan.

Saya terkenang ketika dulu memasukkan beberapa lamaran kerja di sana sini. Meski, pada saat bersamaan, saya ditawari bekerja di sebuah perusahaan bonafit oleh salah seorang famili. Saya tak mau. Saya ingin merasakan sulitnya menghadapi tes kerja, mulai wawancara, psikotes, hingga tes kesehatan. Saya tak ingin diterima kerja lewat by-pass.

Sore ini langit di Surabaya tak begitu cerah. Awan baru saja kami dengan hujan. Basah. Begitu pula hati saya ketika menilik dua kisah di atas. Di tengah tergerusnya moralitas di negeri ini, masih ada orang-orang yang tak silau dengan segala fasilitas dan memanfaatkan nama besar keluarga.

Salam
Eko Prasetyo

Cara Cerdas Berinternet


Beberapa hari terakhir ini, isu internet dengan jejaring sosial nya menyeruak ke permukaan. Beberapa remaja putri dikabarkan hilang dan diculik setelah bertemu dengan teman barunya melalui situs jejaring sosial. Begitu merusakkah internet? Tentu tidak. Internet adalah sebuah alat, yang tergantung bagaimana dan untuk apa kita menggunakan alat itu. Berikut tips bagaimana menggunakan internet secara cerdas sehingga bermanfaat bagi kehidupan.

Berikut iseng-iseng saya buat 14 Tips Berinternet Secara Cerdas, yang semoga bermanfaat:

1. Internet adalah gudang ilmu, gunakan semaksimal mungkin untuk mencari informasi yang menunjang pelajaran, kuliah, penelitian, pekerjaan dan hal-hal yang mencerdaskan lainnya.

2. Jangan mengumbar atau memberikan data diri Anda dengan mudah di Internet, sebab data diri Anda bisa saja disalahgunakan pihak lain.

3. Internet bersifat anonimous, mengaku perempuan tapi lelaki, bernama X tapi ternyata Y, tinggal di kota A tapi sesungguhnya di B, sehingga jangan percaya begitu saja akan informasi yang disampaikan.

4. Jejaring sosial seperti Facebook, Friendster, Twitter, My Space dan sebagainya baik untuk mempererat tali silaturahmi, berdiskusi akan banyak hal, tapi gunakanlah secara bijak, atur waktu mengakses agar tetap produktif dan jangan sembarangan menerima ajakan ”kopi darat”/bertemu dengan orang yang belum dikenal.

5. Internet mempermudah transaksi bisnis, perbankan maupun jual-beli barang, untuk itu gunakan transaksi dengan tingkat security yang aman, berhati-hati dengan nomor kartu kredit, PIN e-banking, sebab penjahat internet siap mengintai setiap saat.

6. Bagi orang tua, dampingi putra-putri saat mengakses internet dan berikan penjelasan serta batasan apa saja yang boleh diakses.

7. Untuk membatasi putra-putri yang di bawah umur mengakses situs pornografi dan pornoaksi, gunakan program-program filter (seperti: netnanny, K9 web protection) di komputer sehingga akses internet dapat terbatasi untuk situs-situs yang aman saja.

8. Saat ini, koneksi internet Indonesia yang terhubung ke luar negeri memerlukan kapasitas lebar pita yang besar, untuk itu utamakan membuat dan mengakses konten-konten lokal dan tidak mendownload file-file yang tidak perlu dari situs di luar negeri.

9. Selalu log out setelah Anda log in suatu aplikasi maupun transaksi apapun. Keadaan tetap log in beresiko jika ada pihak lain yang kemudian melanjutkan aplikasi maupun transaksi terutama untuk akses internt di tempat umum seperti Warnet.

10. Bahasa tulis berbeda dengan bahas lisan, sehingga gunakanlah tata bahasa yang baik dan tidak menimbulkan salah pengertian pihak lain. Kalaupun dirasa ada yang tidak pas dengan bahasa yang tertulis, pemakluman diperlukan mengingat tingkat pendidikan dan pengalaman yang berbeda ataupun kesulitan dalam menerjemahkan bahasa lisan ke tulisan, apalagi internet terutama dengan booming jejaring sosial, masih merupakan ”mainan’ baru bagi kita semua.

11. Internet bukan wilayah bebas tanpa hukum, dimana kejahatan yang dilakukan secara off line (tradisional) kemudian beralih dengan memanfaatkan teknologi informasi (online) kini juga dapat diproses secara hukum. Penjahat cyber seperti cracker, carder, pencuri data/informasi elektronik kini juga dapat dijerat secara hukum. Begitu juga bagi pihak-pihak yang melakukan penipuan, pemerasan, atau penghinaan dan pencemaran nama baik secara online.

12. Perhatikan soal hak cipta saat menyalin (copy-paste) maupun menyebarkan tulisan, gambar atau video dari pihak/situs lain agar tidak ada tuntutan dikemudian hari.

13. Tidak memproduksi maupun menyebarkan spam, virus, HOAX, termasuk juga gambar atau foto pornoaksi dan pornografi, terutama pornografi anak.

14. Karena akses internet berbiaya, terutama yang menggunakan waktu (seperti dial up ataupun di warnet-warnet) maupun volume, maka gunakan internet seperlunya agar biaya tidak membengkak. Kalaupun bersifat unlimited, tetap matikan akses jika sudah tidak dipakai agar jika ada pengguna lain yang ingin menggunakan, mendapatkan kualitas layanan yang seperti diharapkan.

Semoga bermanfaat...
Salam
James Tomasouw

Penjiplakan Makin Merebak

Penjiplakan yang semestinya dihindari di dunia akademik justru semakin merebak di sejumlah perguruan tinggi. Pelakunya bukan hanya mahasiswa, tetapi juga dosen, guru besar, dan calon guru besar dengan beragam modus.

Di Yogyakarta, misalnya, dua calon guru besar perguruan tinggi swasta dicurigai mengajukan karya ilmiah hasil penjiplakan dalam berkas pengajuan gelar guru besarnya. Karena kasus ini, pengajuan gelar guru besar mereka ditangguhkan hingga proses klarifikasi selesai.

Penangguhan dilakukan Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) Wilayah V DI Yogyakarta dengan waktu yang belum bisa dipastikan.

”Belum tahu kapan klarifikasi bisa selesai tetapi pengajuan gelar guru besar mereka tidak akan diteruskan sampai ada bukti kuat mereka tidak melakukan plagiat,” kata Koordinator Kopertis Wilayah V DI Yogyakarta Budi Santosa Wignyosukarto di Yogyakarta, Rabu (17/2).

Untuk melindungi hak praduga tak bersalah kedua calon guru besar itu, Budi belum bersedia menyebut identitas ataupun asal perguruan tinggi swasta keduanya. Dua dosen yang tengah mengajukan gelar guru besar tersebut hanya disebutkan berasal dari bidang ilmu pengetahuan alam (IPA) dan ilmu sosial. Calon guru besar dari IPA dicurigai melakukan plagiat untuk dua karya ilmiah yang diajukannya.

Kecurigaan muncul saat pemeriksaan berkas pengajuan gelar guru besar di tingkat universitas. Salah satu karya ilmiah yang diajukan pernah menjadi bahan diskusi dalam seminar internasional di Yogyakarta.

Satu karya ilmiah lainnya diduga merupakan hasil skripsi mahasiswa S-1 sebuah perguruan tinggi negeri terkenal di Yogyakarta.

”Kebetulan sekali, reviewer karya ilmiah calon guru besar itu adalah pembimbing mahasiswa yang telah lulus. Kalau tidak, mungkin tidak akan diketahui,” kata Budi.

Saat ini, proses klarifikasi karya ilmiah yang diajukan masih dilakukan di tingkat universitas. Sementara itu, calon guru besar dari ilmu sosial dicurigai melakukan penjiplakan dari sebuah karya ilmiah luar negeri. Dugaan penjiplakan ini timbul saat berkas pengajuan gelar guru besar diperiksa di tingkat Kopertis. Saat pemeriksaan di tingkat fakultas dan universitas karya ilmiah itu lolos.

Menurut Budi, sejumlah karya penelitian dosen juga diketahui merupakan hasil penjiplakan. ”Pernah ditemukan satu dosen yang mengajukan tiga karya ilmiah dalam setahun. Setelah diperiksa, ternyata hasil penjiplakan,” ujar Budi.

Karya ilmiah merupakan salah satu pokok terbesar dalam pengurusan kenaikan jabatan dosen. Dengan adanya tunjangan profesi dosen sebesar satu kali gaji pokok dan tunjangan guru besar sebesar dua kali gaji pokok, jumlah pengajuan jabatan juga meningkat.

Menyuruh mahasiswa

Ketua Dewan Pendidikan Provinsi DI Yogyakarta Wuryadi mengatakan, meluasnya penjiplakan karya ilmiah menunjukkan meningkatnya budaya instan dalam sistem pendidikan. Hal ini didukung lemahnya pengawasan dan pemeriksaan di tingkat universitas.

Secara terpisah Rektor Universitas Atma Jaya Yogyakarta, A. Koesmargono mengatakan, penjiplakan dan pembuatan karya ilmiah ini telah berlangsung lama. Pihaknya telah meningkatkan kewaspadaan, salah satunya dengan memperketat pengkajian karya ilmiah, baik karya dosen maupun mahasiswa.

Banyak kecurangan pembuatan karya ilmiah oleh dosen yang dilakukan dengan memanfaatkan mahasiswanya untuk melakukan penelitian. Biasanya dosen menyuruh satu atau lebih mahasiswa membuat penelitian yang kemudian diklaim sebagai karya dosen tersebut.

Menurut Koesmargono, dalam hal ini mahasiswa berada di pihak yang lemah sehingga mudah dimanfaatkan. ”Praktik-praktik seperti ini sulit diawasi,” katanya.

Di tingkat mahasiswa, maraknya bisnis pembuatan skripsi dan tesis di Yogyakarta dapat dilihat dari banyaknya jasa pembuatan yang berkedok bimbingan dan pengolahan data. Setidaknya terdapat delapan penyedia jasa yang rutin memasang iklan dengan tarif mulai Rp 2,5 juta hingga Rp 6 juta. Biaya ini meliputi pemilihan topik, penelitian, dan pembuatan laporan.

Terima pengunduran diri

Dari Bandung, Pengurus Yayasan Universitas Parahyangan Bandung menerima pengunduran diri guru besar Jurusan Hubungan Internasional, AABP. Atas perbuatan penjiplakan yang telah dilakukan AABP, Universitas Parahyangan menyampaikan penyesalan dan permohonan maaf kepada semua pihak.

”Mulai Selasa (16/2) malam, antara Unpar dan AABP sudah tidak memiliki hubungan kerja. Hasil ini diambil melalui keputusan bersama Pengurus Yayasan Unpar setelah mempertimbangkan banyak hal, seperti rekomendasi senat universitas, dampak buruk penjiplakan, dan dokumen penting terkait hal itu,” kata Rektor Unpar Cecilia Law.

Ke depan, Cecilia mengatakan, banyak pelajaran yang bisa diambil dari kejadian ini oleh dunia pendidikan, khususnya Unpar. Unpar selanjutnya akan mawas diri seraya mewujudkan dan meningkatkan beberapa hal demi kemajuan semua sivitas akademika.

Ahli evaluasi pendidikan dari Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, S Hamid Hasan, mengatakan, merebaknya kebiasaan penjiplakan di dunia pendidikan adalah akibat dari terpinggirkannya pendidikan karakter dan budaya dalam sistem pendidikan nasional. Pendidikan Indonesia lebih menekankan prestasi seseorang dari hasil-hasil tes semata, sedangkan pembentukan karakter justru terabaikan.

”Pendidikan itu tidak cukup menekankan kognitif. Yang utama saat ini bagaimana selama proses pembelajaran sejak di sekolah juga terbentuk karakter dan nilai-nilai yang penting untuk menghadapi kehidupan,” ujar Hamid.

Salam
Editorial Kompas

Kekuatan Pikiran & Kedasyatan Kata-Kata

Jika Anda percaya, pikiran Anda mencari jalan untuk melaksanakannya. Sikap menentukan tindakan. Anda bukanlah sebagaimana yang Anda kira. Apa yang Anda pikir, itulah Anda!

Seorang merasa sedih dan kesal karena melihat bunga mawar itu dikelilingi oleh semak semak berduri.

Seseorang yang lain merasa senang dan bersyukur karena diantara semak semak berduri itu terdapat sekuntum bunga mawar.

Bila Anda berpikir bahwa Anda telah ditaklukan, maka sebenarnya Anda telah kalah.

Bila Anda berpikir bahwa Anda tidak mampu, maka Anda memang lemah.

Bila anda ingin menang, tapi anda berpikir bahwa Anda tidak bisa menang, maka pastilah Anda tidak bakal menang.

Bila Anda berpikir bahwa Anda akan menderita rugi, maka Anda akan benar – benar rugi. Karena dimanapun seluruh jagad ini, Sukses itu hanya berpangkal dari kemampuan seseorang yang mewujudkan jalan pikirannya.

Bila Anda berpikir bahwa kedudukan Anda akan tersisih dalam masyarakat, maka Anda akan mengalami perlakuan yang demikian. Karena itu Anda harus yakin benar akan diri Anda sendiri.

Berhati-hatilah dengan apa yang Anda pikirkan, karena ia bisa menjelma menjadi kata-kata. Pilihlah kata-kata dengan bijak karena kata-kata Anda akan melahirkan tindakan. Waspadalah dengan tindakan Anda karena ia akan menjadi kebiasaan. Mawaslah dengan kebiasaan Anda karena kebiasaan bisa membentuk kepribadian, dan kepribadianlah yang akan menghantarkan Anda kepada keberuntungan atau kebuntungan (kerugian).

Ketika Anda berpikir sukses, maka pikiran Anda akan bekerja untuk Anda dan membantu Anda untuk mencari cara dan jalan bagaimana caranya agar Anda sukses dan terdoronglah Anda untuk melaksanakannya. Sebaliknya ketika Anda percaya bahwa sesuatu itu tidak mungkin, maka pikiran Anda akan mencari pembuktian yang membenarkan kenapa sesuatu itu layak untuk dikatakan tidak mungkin.

Percaya dengan penuh keyakinan akan membuahkan kekuatan kreatif dan akan senantiasa mencari dan menemukan cara bagaimana untuk bisa. Percaya dan yakin akan berbuah pikiran membangun (konstruktif) dan keragu-raguan akan menjadi penghambat kreatifitas dan Andapun akan mulai berpikir destruktif (pessimis) yang berbuah pada karakter mudah menyerah, daya juang rendah, menunda, malas dan banyak alasan.

Anda bisa mencoba kedasyatan kata-kata dalam mempengaruhi pikiran kepada teman Anda. Bekerjasamalah dengan dua teman Anda. Tanpa sepengetahuan Anda bertiga, katakanlah kepada seorang teman Anda sebagai target uji coba, anggap saja namanya Bayu. Katakan pada Bayu, “Yu kok kamu hari ini tampak pucat, kamu sakit ya...”, biarkan dia bereaksi apa adanya, tunggu 10 menit kemudian tugaskan teman Anda yang pertama untuk mengucapkan kalimat yang sama sebagaimana yang Anda katakan pada Bayu. Beberapa saat kemudian aturlah teman Anda yang kedua mengucapkan kalimat yang sama. Lihatlah kejadian berikutnya, bisa jadi teman Anda benar-benar merasakan sakit dan minta ijin dari aktivitasnya saat itu. Begitupun sebaliknya kalau Anda mengatakan hal positip pada teman Anda, misalnya “Bayu serasi banget bajumu hari ini, kamu tampak keren deh...”, Coba libatkan teman Anda sebagaimana skenario diatas, maka bisa dipastikan Bayu akan lebih percaya diri dan senang dibandingkan kalau Anda bilang, “Bayu sepertinya bajumu tidak nyambung deh, tidak serasi amat...”, Mau coba...

Begitulah pengaruh kata-kata pada kita. Karenanya pandai-pandailah memilih kata-kata positip yang akan memompa diri Anda, teman Anda dan orang-orang yang Anda temui sehingga suatu saat nanti Anda akan dikenang sebagai pendongkrak motivasi dan bukan sebagai penghancur motivasi.

Sekali lagi hapuslah kata-kata negatif dalam kamus kehidupan Anda, dan mulailah dari saat ini ucapkanlah kata-kata terbaik untuk diri Anda, dan orang lain yang Anda temui.

Bagaimana agar pikiran Anda mampu menemukan gagasan-gagasan kreatif dalam meraih keberhasilan yang Anda idamkan?

Pertama kali yang harus Anda lakukan adalah serap dan tangkaplah gagasan dan ide-ide kreatip yang berhamburan dalam pikiran Anda ataupun di sekitar Anda, jangan biarkan gagasan itu lepas begitu saja.

Belajarlah untuk menyerap hal-hal positip disekitar Anda, temui orang-orang berkarakter positip yang Anda kenal atau bahkan yang hanya Anda lihat di TV atau di majalah Anda.

Saya yakinkan Anda lambat laun tapi pasti cara berpikir Anda akan membuahkan gagasan-gagasan positip dan melahirkan aksi positip. Karena itu tulis dan tuangkanlah gagasan tersebut pada kertas. Berikutnya tinjaulah gagasan tersebut berdasarkan sudut pandang pikiran Anda, singkirkan yang menurut Anda tidak bernilai dan arsipkanlah yang bagi Anda bernilai.

Kedua, pupuklah gagasan bernilai yang Anda tulis dan hapuskan kata “tidak mungkin” dalam hidup Anda, baik dalam pikiran ataupun dalam kosa kata Anda. Katakan dengan tegas “mungkin” dan yakinlah dimana ada kemauan disitu pasti ada jalan. Mustahil adalah kata mutiara bagi orang-orang yang tidak mau mencoba.

Ketiga, Tentukanlah apa yang Anda inginkan. Ubahlah gagasan yang merupakan buah cara berpikir Anda dalam tindakan nyata. Libatkanlah saudara, teman, kerabat atau orang-orang yang menurut Anda layak untuk menjadi bagaian dari keinginan (mimpi) Anda. Bersiaplah menanggung konsekuensi nyaman ataupun tidak menyenangkan dari pilihan tindakan Anda. Resiko senantias ada. Akan lebih baik gagal karena melakukan dibandingkan tidak pernah salah apalagi gagal karena memang tidak pernah melakukan apapun.

Keempat, evaluasilah apa yang telah Anda lakukan, ambil yang bermakna, buang yang tak berguna, susunlah puzzle kesuksesan Anda dari hal-hal positip yang telah Anda kumpulkan, lakukan secara sabar dan berkesinambungan.

Kelima, hapus kata berhenti dan menyerah dalam kamus kehidupan Anda, maka tunggulah manusia baru yang diperhitungkan oleh kawan maupun lawan akan terlahir, dan itu adalah Anda.

Fakta membuktikan, apapun yang Anda rasakan saat ini bermula dari kata-kata yang pernah Anda pikirkan, kemudian Anda ucapkan, lalu Anda kerjakan dengan tindakan nyata, dan jadilah Anda sekarang sebagaimana yang Anda rasakan saat ini.

Salam
Febriya Fajri
Trainer & Motivator

Minggu, 14 Februari 2010

Kisah Cinta Merpati Putih

(sebuah refleksi)
Karya: Fery Irianto Setyo Wibowo

Alkisah, ada seekor burung merpati putih yang indah dan menawan. Burung itu terbang menari-nari mengejar impian dan harapan membumbung tinggi ke angkasa langit yang merona. Saat ia terbang ia melihat ada yang memikat hatinya, oh rupanya ada putri raja yang cantik jelita. Ia terpesona dan hendak menyatakan cintanya kepada sang putri.

Kemudian ia pergi ke taman bunga mengambil bunga yang putih, bersih, indah dan wangi. Bunga itu hendak di berikannya kepada putri raja. Akhirnya, putri tersebut menolak pemberian bunga dari sang merpati. Ia menginginkan bunga merah. Dengan ketulusan cinta dan kelembutannya sang merpati akan mengabulkan keinginannya. Kemudian ia memotong sebelah sayapnya dan melumuri bunga putih tersebut dengan darah. Akhirnya bunga pun berubah menjadi warna merah. Sang putri merasa senang dengan pemberian bunga itu, ia pun tersenyum ceria.

Tak lama kemudian merpati putih itu lemas tubuhnya. Oh rupanya ia kehabisan darah. Dan merpati putih itu pun mati. Sang putri raja menangis dan menyesal akan kesalahannya, tapi merpati itu telah mati dan tak akan pernah kembali lagi.

Coba renungkan wahai sahabatku, cinta kadang biasa di sadari setelah yang mencintai itu hilang atau tiada selama-lamanya. Marilah kita bersikap bijak agar mengerti makna cinta dan apa itu arti ketulusan cinta?

Menara Microteaching Lt. 4
Salam cinta
Fery sang Pujangga Cinta

Simponi Cinta

Cinta laksana mega
Lembut diterpa, hangat disapa
Bagai orkestra…
Mengiringi rasa & suasana

Cinta laksana rembulan
Indah bagaikan hiasan
Ku rangkai bayangan
Untuk wujudkan sejuta harapan

Cinta laksana mentari
Menusuk sejuk di sanubari
Luka rindu yang sakit hati
Menjadi satu dalam diri

Cinta adalah kenangan
Rasanya tak bisa dilupakan
Riang canda dan tangisan
Menyatu dalam rindu di angan

Salam
Tata Sutabri

Kamis, 11 Februari 2010

Dialah CINTA


Adalah ketulusan
Sebuah rona bening yang memantul di celah ufuk
berujung kerlip cahaya sang peniti iman.

Adalah keyakinan,
Rumpun nada yang tersergap serangkum asa
di balik fitrah yang bergelarkan tahta kalbu penuh nuansa.

Dialah CINTA,
Setitik enigma klasik yang menderu di telatah doa
penuh bait-bait makna penyempurna agama,
yang meruaskan kepingan mutiara jiwa.

Di jelaga nurani, setitik kalbu berdzikir,
menggema syahdu meluruhkan
sejumput makna kerinduan
Kerinduan akan cinta-NYA.

Menara Microteaching Lt.4
Fery sang pujangga cinta

Minggu, 07 Februari 2010

Segitiga Kesuksesan

Segitiga Kesuksesan S (Success Triangle) adalah sebuah metafora bahwa kesuksesan sejatinya akan dapat kita nikmati ketika kita telah memiliki M (momentum/Waktu), K (kemampuan/Skill) dan L (lingkungan/Ecology).

1. Banyak orang yang telah memiliki momentum kesuksesan dengan pemberian peluang kesuksesan di depan mata, namun ketika kemampuan untuk tidak mendukung maka semua sirna. Kasus ini dapat diibaratkan ketika kita mendapat penawaran proyek pembangunan hotel yang nilainya milyaran demikian pula keuntungannya. Namun ketika kita tidak memiliki kemampuan tentang proyek tersebut,maka kita tidak akan bisa sukses melalui proyek tersebut.

2. Begitu pula ketika seseorang yang telah memiliki Momentum dan kemampuan namun ketika lingkungan tidak mendukung, maka orang tersebut tidak bisa apa-apa. Bukankah kesuksesan membutuhkan orang lain dibelakang kita? Bagaimana bisa kesuksesan diraih ketika lingkungan tidak kondusif mendukung kesuksesan kita.

3. Begitu pula Lingkungan yang sudah tertata dan mendukung kita untuk sukses, dan kemampuan telah kita miliki. Sedangkan Momentum belum ada, Maka kesuksesan pun juga belum bisa kita rasakan.

Nah dari ketiga elemen kesuksesan tersebut, elemen Lingkungan dan elemen Kemampuan adalah elemen yang berada dalam lingkaran pengaruh manusia. Elemen K dan elemen L adalah IKHTIAR manusia menuju kesuksesan. Artinya seseorang bisa mengubah sisi elemen tersebut. Maksudnya dalam elemen K, ketika seseorang belum memiliki kemampuan,maka tugas dia adalah mencari kemampuan yang sesuai dengan passion-nya.
Demikian pula dalam elemen L, maka carilah lingkungan yang kondusif agar kita dapat tumbuh dan berkembang mengasah Kemampuan yang telah kita miliki.

Jika elemen K dan elemen L telah kita miliki, maka yang harus kita lakukan adalah berusaha dan perbanyak doa kepada Tuhan, dengan berTAWAQAL kepadaNya. Karena unsur M adalah Takdirnya. Ketika dia telah menentukan saatnya Momentum tiba sedangkan Kemampuan dan Lingkungan telah siap,maka kesuksesan ada di depan mata. Dan anda dapat meraihnya segera dengan Kemampuan dan lingkungan yang anda punya.

Bagaimana dengan anda, sudahkah Kemampuan dan Lingkungan anda telah mendukung jika ternyata Momentum Kesuksesan itu tiba di hari ini juga???

Salam Berbagi Senantiasa
A. Setiawan

Jemputlah Kematian Perlahan-lahan

(curahan hati)

Sahabatku yang baik, semoga pekan kedua dalam bulan kedua ini, mengantarkan kita bersama, menuju pintu gerbang istana kebaikan. Sehingga kitalah menjadi penghuninya. Karena hanya orang baik saja boleh masuk kedalamnya.

Seorang penyair mengingatkan, Janganlah engkau meninggal sebelum ajal menjemputmu. Pesannya barangkali sudah terbiasa kita ucapkan. Telinga sudah amat sering mendengar bunyi nada-nada bijak itu. Tapi, sungguh hebatnya anugerah fikiran, meskipun difahami. Walaupun sering didengar, terkadang tanpa disadari, menjadi zombi-zombi hidup amat sering kita jalani.

Maafkanlah atas kelancangan saya. Karena amat berani untuk mengeneralisasikan. Seolah-olah semua kita pernah menjadi zombi atau abadi. Karena saya yakin. Saat ini, telah ada diantara shahabat benar-benar telah menjadi manusia seutuhnya. Para sufi memberi nama, kondisi hudhur.

Berbicara mengenai ajal. Sebaik apapun persiapan kita menyambut kedatangannya. Ia pasti akan datang pada saat telah dijanjikan. Selupa apapun kita akan kepastian kehadirannya, hal ini menjadi wajib hukumnya. Bagi setiap yang bernyawa, akan dijemput oleh kematian.

Ada sahabat bertanya dengan lugas. Apa yang engkau khawatirkan? Pena telah diangkat. Ketetapan telah dituliskan. Qadha dan Qadar telah dipastikan.

Menjawab tiada yang kukhawatirkan, terkadang bentuk dari pembohongan diri. Lisan berbunyi; aku mengkhawatirkan masa depanku, bukti kelemahan iman. Astaqfirullah. Kami berlindung dan memohon ampun hanya kepadaMu ya Qhaffar.

Menariknya, terkadang hal-hal yang sebelum aku jalani. Aku hiasi ia dengan rasa khawatir itu, entah dimana posisinya? Saat aku melangkah, menjalani, dan melakukan ikhtiarku. Sehingga aku benar-benar memahami, kekhawatiran adalah langkah-langkah bunuh diri, tahapan-tahapan menjembut kematian yang amat perlahan-lahan.

Hal ini semakin membuatku bertanya-tanya dan mencari hakekat khawatir. Aku duduk terdiam, mencoba menyelami kembali, setiap pos-pos kehidupan yang pernah aku singgahi. Dari setiap episode kehidupan, aku menemukan benang merah kehidupan : "Habis Gelap terbitlah terang". Almarhum Crisye dengan indah melantunkan, "Badai pasti berlalu".

Rasa khawatir adalah hasil buah fikiran, bertujuan untuk memproteksi tubuh dari bahaya. Sehingga ia beri signal dengan gejala-gejala : keringat, perut perih, pandangan agak kabur, kepala senut-senut dan berbagai bentuk kreasi lainnya.

Jika memang demikian wujudnya. Bukankah ajakan-ajakan pejalan spiritual amat wajar untuk diikuti. Sadar.

Sahabat, khawatir adalah kejadian, masa, waktu dan ketetapan yang belum menghadiri kita. Ia sering kita beri judul dengan hal-hal yang kurang senang, tidak berkenan untuk kita terima. Tetapi, bukankah hal-hal yang amat kita senangi, kita berkenan atas kedatanganya, kita menkondisikan dengan kebahagiaan dan penuh harapan?

Seorang shahabat mengajak kita merenungi dan tinjau kembali sejenak. Bukankah ia wujud yang sama. Yaitu peristiwa yang akan datang? Bearti, ini adalah *persepsi
dan buah fikiran, yang dihasilkan oleh sudut pandang dan cara menyikapi akan masa depan, betul*? Maafkan ia yang suka bertanya.

”*Aku sebagaimana prasangka hambaKu*”.

Jika memang demikian, anjuran berprasangka baik, ajakan berharap keindahan, dan seruan berkeinginan kebaikan. Pantaslah bila kita tempatkan pada tatanan kewajiban. Adakah sahabat yang merubah persepsi (cara menyikapi/cara memandang) sekarang?...

Salam
RAHMADSYAH
Practitioner NLP I
081511448147
I Motivator & Mind-Therapist

”Writer’s Block”

Apakah malas menulis atau tak ada sesuatu yang mendorong diri untuk bergairah menulis itu termasuk ”writer’s block”? Atau, apakah tiadanya rasa tertarik untuk menulis itu dapat dikategorikan sebagai ”writer’s block”? Apakah memunculkan minat untuk menulis itu termasuk keberhasilan dalam mengatasi salah satu ”writer’s block”? Menurut saya, karena hal-hal seperti ini dapat digolongkan ke dalam masalah nonteknis menulis, saya menganggap kemalasan menulis adalah salah satu ”writer’s block” yang perlu diatasi segera.

Kemalasan memang bisa melanda siapa saja dan dalam bidang apa saja. Malas belajar, malas membaca, malas berolah raga (menggerakkan tubuh), malas berpikir, dan masih banyak lagi kemalasan yang dapat kita deretkan. Dari segi bahasa, ”malas” berarti ”tidak mau bekerja atau mengerjakan sesuatu” atau, arti lain menunjukkan ”tidak suka atau tidak bernafsu”. Jadi, sumber kemalasan itu ada di dalam diri, bukan di luar diri. Tentu, dengan begitu, yang dapat mengatasi rasa malas adalah diri sendiri meskipun kadang-kadang banyak yang mengambinghitamkan hal-hal di luar diri yang menyebabkan rasa malas itu.

Saya tentu tidak ingin memaksa semua orang untuk menulis. Jika orang itu memang tidak ingin menulis atau tak ada dorongan untuk memanfaatkan kegiatan menulis guna merumuskan ide-idenya, misalnya, kenapa harus dipaksa menulis. Namun, apabila orang tersebut—di dalam hatinya—terbetik keinginan untuk menulis lantas dia malas menulis—misalnya menganggap bahwa menulis itu berat, hanya orang yang berbakat menulis yang bisa, atau menulis itu hanya untuk kaum terpelajar, dll.—tentulah hal ini perlu (dan sesungguhnya bisa) diatasi.

Kadang-kadang, ada juga orang yang sehari-harinya menjalani profesi sebagai seorang penulis—entah dia menjadi wartawan, penerjemah, ataupun yang lain—dan terlanda kemalasan menulis. Hal ini muncul karena ada kebosanan di dalam kegiatan yang sudah dijalankan dalam waktu yang lama tersebut. Atau, sang penulis tersebut benar-benar ”blank” atau sama sekali tidak ada yang dapat ditulis. Dia bingung. Dia frustasi. Dia mengalami tekanan hebat. Akhirnya, semuanya itu menumpuk karena tidak segera diatasi dan muncullah rasa malas menulis.

Bagaimana mengatasi kemalasan menulis? Sekali lagi, yang dapat mengatasi kemalasan menulis adalah orang yang mengalaminya. Pertama, dia harus segera mengatasi dan mendeteksi penyebab munculnya rasa malas tersebut. Kedua, dia harus segera mencari sebuah manfaat yang sangat nyata dan jelas yang dapat menghubungkannya dengan rangsangan untuk memulai menulis apa saja—ya, apa saja. Ketiga, dia harus terus bertanya kepada dirinya sendiri terkait dengan kemalasan menulis yang muncul. Untuk yang terakhir ini, saya biasanya langsung menulis dengan menuliskan pelbagai pertanyaan yang terkait dengan diri saya yang lagi terlanda malas menulis.

Contoh: Mengapa saya malas menulis? Apa penyebab saya tidak bergairah menulis? Apakah yang saya tulis tidak ada yang baru alias itu-itu melulu? Ataukah sesungguhnya ketika saya menulis saya tidak pernah memiliki ide yang dahsyat sehingga saya bosan menulis? Bagaimana caranya agar saya dapat bangkit dari keloyoan ini dan seamangat lagi? Apakah saya harus menulis dengan cara yang berbeda dengan yang selama ini saya lakukan?

Kemalasan menulis adalah ”writer’s block” terbesar yang dapat melanda penulis pemula ataupun penulis profesional. Kemalasan menulis ini, dalam kacamata saya, termasuk masalah internal. Ia tergolong dalam persoalan nonteknis. Dan dalam bahasa yang lain, saya sering menyebut ”kemalasan menulis” ini sebagai tiadanya semangat dan gairah menulis. Jika tak segera diatasi, ia akan membakar habis seluruh energi menulis yang dimiliki seseorang.

Salam
Hernowo

Kamis, 04 Februari 2010

Jalur Kereta Api

(Sebuah Renungan)

Sekelompok anak kecil sedang bermain di dekat dua jalur kereta api (KA). Jalur yang pertama adalah jalur aktif yang masih sering dilewati KA, sementara jalur yang kedua sudah tidak aktif alias sudah tidak pernah lagi dilewati KA.

Hanya seorang anak yang bermain di jalur yang tidak aktif, sementara yang lainnya bermain di jalur KA yang aktif. TIBA-TIBA, TERLIHAT KA YANG MENDEKAT DENGAN KECEPATAN TINGGI!! dan kebetulan kamu berada di depan panel persimpangan yang mengatur arah KA tersebut. Apakah kamu akan memindahkan arah KA ke jalur yang tidak aktif dan menyelamatkan sebagian besar anak kecil yang bermain?

Hal ini berarti kamu mengorbankan seorang anak yang sedang bermain di jalur KA yang tidak aktif ATAU kamu akan membiarkan kereta tsb berada di jalur yang seharusnya?

Mari berhenti sejenak untuk memikirkan keputusan APA YANG SEBAIKNYA KITA AMBIL? Pikirkan baik-baik jawabanmu, setelah kamu yakin dengan jawabanmu lanjutkan membaca ke bawah.

Sebagian besar orang akan memindahkan jalur kereta dan hanya mengorbankan jiwa seorang anak, kamu mungkin memiliki pilihan yang sama karena menyelamatkan sebagian besar anak dan hanya kehilangan seorang anak adalah sebuah keputusan rasional dan dapat disahkan baik secara moral maupun emosional.

Namun sadarkah kamu bahwa anak yang memilih untuk bermain di jalur KA yang sudah tidak aktif, berada di pihak yang benar karena telah memilih untuk bermain di tempat yang benar? Di samping itu dia harus di korbankan justru karena kecerobohan teman-temannya yang bermain di tempat berbahaya.

Dilema semacam ini terjadi di sekitar kita setiap hari. Di kantor, di sekolah, di masyarakat, di dunia politik dan terutama di kehidupan demokrasi, pihak minoritas harus dikorbankan demi kepentingan pihak mayoritas. Tidak peduli betapa bodoh dan cerobohnya pihak mayoritas tersebut. Nyawa seorang anak yang memlih untuk tidak bermain bersama-sama dengan temannya telah dikesampingkan. Dan bahkan kita tidak menyesalkan kejadian tersebut.

Di samping itu, alasan sebuah jalur KA kemungkinan karena jalur tersebut sudah tidak aman. Bila arah laju KA diubah ke jalur yang tidak aktif, maka kita telah membahayakan nyawa seluruh penumpang di dalam KA. Dan mungkin langkah yang telah ditempuh untuk menyelamatkan sekumpulan anak dengan mengorbankan seorang anak bisa mengorbankan lagi ratusan nyawa penumpang di kereta tersebut.

Kita harus sadar bahwa hidup ini penuh dengan keputusan sulit yang harus di buat. Dan mungkin kita kita tidak akan menyadari bahwa sebuah keputusan yang cepat tidak selalu menjadi keputusan yang benar.

Satu lagi yang perlu diingat... dalam mayarakat kita sekarang ini:

Sesuatu yang benar tidak selalu disukai,,
dan sesuatu yang benar tidak selalu benar...

Imagine of the People

People come into your life for a reason, a season or a lifetime. When you know which one it is, you will know what to do for that person. When someone is in your life for a REASON, it is usually to meet a need you have expressed. They have come to assist you through a difficulty, to provide you with guidance and support, To aid you physically, emotionally or spiritually.

They may seem like a godsend and they are. They are there for the reason you need them to be. Then, without any wrongdoing on your part or at an inconvenient time, this person will say or do something to bring the relationship to an
end.

Sometimes they die. Sometimes they walk away. Sometimes they act up and force you to take a stand. What we must realize is that our need has been met, our desire
fulfilled, their work is done.

The prayer you sent up has been answered and now it is time to move on. Some people come into your life for a SEASON, because your turn has come to share, grow or learn.

They bring you an experience of peace or make you laugh.
They may teach you something you have never done.
They usually give you an unbelievable amount of joy.
Believe it, it is real. But only for a season.


LIFETIME relationships teach you lifetime lessons, things you must build upon in order to have a solid emotional foundation. Your job is to accept the lesson, love the person and put what you have learned to use in all other relationships and areas of your life. It is said that love is blind but friendship is clairvoyant.

(to be the continue)

Ingatlah Kematian Akan Menjemputmu

SUARA YANG DIDENGAR MAYAT !!!!

Yang Akan Ikut Mayat Adalah Tiga hal yaitu;

1. Keluarga
2. Hartanya
3. Amalnya.

Ada Dua Yang Kembali Dan Satu akan Tinggal Bersamanya yaitu;

1. Keluarga dan Hartanya Akan Kembali
2. Sementara Amalnya Akan Tinggal Bersamanya.

Maka ketika Roh Meninggalkan Jasad

Terdengarlah Suara Dari Langit Memekik, "Wahai Fulan Anak Si Fulan: (1) Apakah Kau Yang Telah Meninggalkan Dunia, Atau Dunia Yang Meninggalkanmu; (2) Apakah Kau Yang Telah Mengumpul Harta Kekayaan, Atau Kekayaan Yang Telah Mengumpulmu; (3) Apakah Kau Yang Telah Menumpuk Dunia, Atau Dunia Yang Telah Menumpukmu; (4) Apakah Kau Yang Telah Mengubur Dunia, Atau Dunia Yang Telah Menguburmu."

Ketika Mayat Tergeletak Akan Dimandikan

Terdengar Dari Langit Suara Memekik, "Wahai Fulan Anak Si Fulan: (1) Mana Badanmu Yang Dahulunya Kuat, Mengapa Kini Terkulai Lemah; (2) Mana Lisanmu Yang Dahulunya Fasih, Mengapa Kini Bungkam Tak Bersuara; (3) Mana Telingamu Yang Dahulunya Mendengar, Mengapa Kini Tuli Dari Seribu Bahasa; (4) Mana Sahabat-Sahabatmu Yang Dahulunya Setia, Mengapa Kini Raib Tak Bersuara"

Ketika Mayat Siap Dikafan

Suara Dari Langit Terdengar Memekik, "Wahai Fulan Anak Si Fulan: (1) Berbahagialah Apabila Kau Bersahabat Dengan Ridha; (2) Celakalah Apabila Kau Bersahabat Dengan Murka Allah; (3) Kini Kau Tengah Berada Dalam Sebuah Perjalanan Nun Jauh Tanpa Bekal; (4) Kau Telah Keluar Dari Rumahmu Dan Tidak Akan Kembali Selamanya; (5) Kini Kau Tengah Safar Pada Sebuah Tujuan Yang Penuh Pertanyaan."

Ketika Mayat Diusung

Terdengar Dari Langit Suara Memekik, "Wahai Fulan Anak Si Fulan..
- Berbahagialah Apabila Amalmu Adalah Kebajikan
- Berbahagialah Apabila Matimu Diawali Taubat
- Berbahagialah Apabila Hidupmu Penuh Dengan Taat."

Ketika Mayat Siap Disholatkan

Terdengar Dari Langit Suara Memekik, "Wahai Fulan Anak Si Fulan: (1) Setiap Pekerjaan Yang Kau Lakukan Kelak Kau Lihat Hasilnya Di Akhirat; (2) Apabila Baik Maka Kau Akan Melihatnya Baik; (3) Apabila Buruk, Kau Akan Melihatnya Buruk."

Ketika Mayat Dibaringkan Di Liang Lahat

Terdengar Suara Memekik Dari Langit,"Wahai Fulan Anak Si Fulan: (1) Apa Yang Telah Kau Siapkan Dari Rumahmu Yang Luas Di Dunia Untuk Kehidupan Yang Penuh Gelap Gulita; (2) Dahulu Kau Tertawa, Kini Dalam Perutku Kau Menangis; (3) Dahulu Kau Bergembira, Kini Dalam Perutku Kau Berduka; (4) Dahulu Kau Bertutur Kata, Kini Dalam Perutku Kau Bungkam Seribu Bahasa."

Ketika Semua Manusia Meninggalkannya Sendirian

Allah Berkata Kepadanya:
"Wahai Hamba-Ku....
Kini Kau Tinggal Seorang Diri
Tiada Teman Dan Tiada Kerabat
Di Sebuah Tempat Kecil, Sempit Dan Gelap
Mereka Pergi Meninggalkanmu Seorang Diri
Padahal, Karena Mereka Kau Pernah Langgar Perintahku
Hari Ini,
Akan Kutunjukan Kepadamu
Kasih Sayang-Ku
Yang Akan Takjub Seisi Alam
Aku Akan Menyayangimu
Lebih Dari Kasih Sayang Seorang Ibu Pada Anaknya".

Kepada Jiwa-Jiwa Yang Tenang Allah Berfirman,

"Wahai Jiwa Yang Tenang Kembalilah Kepada Tuhanmu
Dengan Hati Yang Puas Lagi Diridhai-Nya
Maka Masuklah Ke Dalam Jamaah Hamba-Hamba-Ku
Dan Masuklah Ke Dalam Jannah-Ku"

Semoga Kematian akan menjadi pelajaran yang berharga bagi kita dalam menjalani hidup ini.

Rasulullah SAW menganjurkan kita untuk senantiasa mengingat mati (maut) dan dalam sebuah hadithnya yang lain, beliau bersabda "wakafa bi almauti wa'idha", artinya, cukuplah mati itu akan menjadi pelajaran bagimu!

Terima Kritik dengan Bangga

(sebuah intermezzo)

Beberapa hari ini, mungkin kita mendengar betapa gencarnya ormas mendemo kebijakan pemerintah. Mengkritik. Dan bahkan hingga isu-isu pemakzulan. Bisa jadi hal itu disebabkan karena ketidak puasan bagian dari elemen bangsa kepada pemerintahan sekarang.

Berbicara tentang kritikan, mungkin hampir tidak pernah ada manusia yang tidak pernah dikritik. Seolah kritikan adalah bagian dari hidup kita. Sebagai pengingat akan kelalaian dari sikap kita. Namun bisa juga kritik hadir dari mereka yang ingin menjatuhkan diri kita. Itu menurut persepsi dari mereka yang memiliki jabatan katanya. Karena tidak sedikit kasus yang berawal dari kritikan yang kemudian menjadikan kepada pelengseran jabatan dan pekerjaan.

Karena kritik itu tidak terhindarkan, lantas apa yang harus kita lakukan ketika kritik muncul kepada diri kita?

Jika kritik itu hadir maka tips berikut semoga bisa membantu anda :

1. Bersyukurlah.
Karena kritikan itu hadir kepada diri anda. Betapa banyak orang yang melakukan kesalahan namun dibiarkan melakukan kesalahan sehingga mereka akhirnya semakin jauh dari kebenaran. Bisa jadi kritikan iniadalah sarana Tuhan meluruskan jalan anda kepada kebenaran.

2. Berterimakasihlah.
Ucapkan terimakasih kepada mereka yang mengkritik anda. Justru dengan anda berterimakasih anda telah menunjukkan kedewasaan anda. Jangalah seperti anak-anak yang ngambek ketika dikritik. Apalagi langsung memberikan tuduhan tidak berdasar untuk mencari pembenaran atas kritikan yang kita terima. Beberapa kali yang saya alami sendiri dengan kita berterimakasih kepada si pengkritik justru memberikan simpati luar biasa kepada mereka yang mengkritik kita. Bisa jadi seperti dalam butir pertama diatas, orang yang mengkritik anda adalah orang yang “diutus” Tuhan untuk meluruskan jalan anda.

3. Intropeksilah.
Tidak ada asap jika tidak ada abu. Tidak ada orang yang 100% benar. Namun tidak ada juga orang yang 100% salah. Kalau sikap kita benar, lurus dan sesuai prosedur serta bermanfaat orang lain masa iya mereka menghujat kita. Biasanya mereka mengkritik kita karena ada kelemahan diri kita yang mereka lihat. Jadikan kelemahan yang telah dilihat oleh orang lain untuk kemudian diperbaiki.

4. Bersabarlah.
Bagaimana pak jika di kantor saya ada yang mengkritik saya karena sepertinya dia sedang mengincar posisi saya sekarang? Sebuah pertanyaan yang pernah hadir kepada saya dan dengan tenang saya cukup menjawab “bersabarlah.” Yah jika ternyata orang yang mengkritik kita ternyata memiliki konspirasi untuk menjatuhkan anda maka bersabarlah. Terlebih ketika mereka telah membuat fitnah. Tunjukkan dengan tindakan dan bukan dengan perkataan. Sebab semakin anda berkata maka semakin orang akan mempercayai bahwa anda bersalah. Jadilah seperti Muhammad yang dikatakan oleh orang Quraisy sebagai orang gila, namun setiap hari dia tetap memberikan makanan kepada orang Quraisy yang buta tersebut. Dan akhirnya ketika saatnya tiba malah akhirnya sang Quraisy itulah yang meminta maaf kepada Muhammad.

5. Berdoalah.
Kritikan mungkin tidak mengenakkan. Terlebih ketika kritikan mulai menjatuhkan. Seolah menjadi beban. Seolah menjadi hambatan. Bahkan ketika berkaitan dengan kekuasaan tak jarang kawan rela menjadi lawan karena kekuasaan. Jika hal ini terjadi pada diri Anda,maka sebenarnya Tuhan sedang mengingatkan bahwa Tuhan lah tempat anda bergantung atas segala masalah kehidupan. Ketika anda bergantung kepada manusia maka bisa jadi manusia akan berpaling dari diri anda. Namun Tuhan tetap bahagia dan sangat merindukan manusia yang berdoa kepada Dia. Jadikan masa-masa yang penuh hambatan mendekatkan hidup anda kepada Tuhan.

Kritikan memang tidak terhindarkan dalam kehidupan. Justru ketika kritikan hadir dalam diri kita yang menjadikan apakah diri kita adalah orang yang bijaksana atau malah menjadikan kita kekanak-kanakan.

Hadapilah kritikan dengan tegar dan tataplah hambatan dengan senyuman. Yakinilah bahwa kritikan semata-mata ada untuk membangun diri anda untuk menjadi lebih bijaksana.

Jika masa-masa kritikan telah terlewati lihatlah betapa banyak orang yang dahulunya dikritik atas tindakannya kini malah menjadi orang yang diagungkan. Karena mereka memahami ,bukanlah kritikan yang menghancurkan diri mereka namun sikap merekalah yang salah yang kemudian menghancurkan diri mereka sendiri.

Dan mereka yang kini dihormati adalah mereka yang mampu melewati kritikan dengan jawaban yang bijaksana. Jawaban yang bukan berasal dari perkataan mereka saja namun juga melalui tindakan nyata mereka bahwa kritikan dan hujatan yang dahulu telah dialamatkan kepada mereka kini sudah tidak ada dan tidak terbukti dengan berjalannya waktu dan usia.

Hadapi hidup dengan senyuman, ketegaran dan yakinlah bahwa Tuhan senantiasa bersama orang-orang yang beriman.

Salam berbagi senantiasa.
Iwan Ketan

Rabu, 03 Februari 2010

Sayangi IBU kita...

(sebuah cerita & refleksi renungan)

Cintailah Mama kita sebagai mana kita mencitai diri kita sendiri. Alkisah, ada sepasang kekasih yang saling mencintai. Sang pria berasal dari keluarga kaya, dan merupakan orang yang terpandang di kota tersebut. Sedangkan sang wanita adalah seorang yatim piatu, hidup serba kekurangan, tetapi cantik, lemah lembut, dan baik hati. Kelebihan inilah yang membuat sang pria jatuh hati.

Sang wanita hamil di luar nikah. Sang pria lalu mengajaknya menikah, dengan membawa sang wanita ke rumahnya. Seperti yang sudah mereka duga, orang tua sang pria tidak menyukai wanita tersebut. Sebagai orang yang terpandang di kota tersebut, latar belakang wanita tersebut akan merusak reputasi keluarga. Sebaliknya, mereka bahkan telah mencarikan jodoh yang sepadan untuk anaknya. Sang pria berusaha menyakinkan orang tuanya, bahwa ia sudah menetapkan keputusannya, apapun resikonya bagi dia.

Sang wanita merasa tak berdaya, tetapi sang pria menyakinkan wanita tersebut bahwa tidak ada yang bisa memisahkan mereka. Sang pria terus berargumen dengan orang tuanya, bahkan membantah perkataan orangtuanya, sesuatu yang belum pernah dilakukannya selama hidupnya (di zaman dulu, umumnya seorang anak sangat tunduk pada orang tuanya).

Sebulan telah berlalu, sang pria gagal untuk membujuk orangtuanya agar menerima calon istrinya. Sang orang tua juga stress karena gagal membujuk anak satu-satunya, agar berpisah dengan wanita tersebut, yang menurut mereka akan sangat merugikan masa depannya.

Sang pria akhirnya menetapkan pilihan untuk kawin lari. Ia memutuskan untuk meninggalkan semuanya demi sang kekasih. Waktu keberangkatan pun ditetapkan, tetapi rupanya rencana ini diketahui oleh orang tua sang pria. Maka ketika saatnya tiba, sang orangtua mengunci anaknya di dalam kamar dan dijaga ketat oleh para bawahan di rumahnya yang besar.

Sebagai gantinya, kedua orang tua datang ke tempat yang telah ditentukan sepasang kekasih tersebut untuk melarikan diri. Sang wanita sangat terkejut dengan kedatangan ayah dan ibu sang pria. Mereka kemudian memohon pengertian dari sang wanita, agar meninggalkan anak mereka satu-satunya. Menurut mereka, dengan perbedaan status sosial yang sangat besar, perkawinan mereka hanya akan menjadi gunjingan seluruh penduduk kota, reputasi anaknya akan tercemar, orang-orang tidak akan menghormatinya lagi. Akibatnya, bisnis yang akan diwariskan kepada anak mereka akan bangkrut secara perlahan-lahan.

Mereka bahkan memberikan uang dalam jumlah banyak, dengan permohonan agar wanita tersebut meninggalkan kota ini, tidak bertemu dengan anaknya lagi, dan menggugurkan kandungannya. Uang tersebut dapat digunakan untuk membiayai hidupnya di tempat lain.

Sang wanita menangis tersedu-sedu. Dalam hati kecilnya, ia sadar bahwa perbedaan status sosial yang sangat jauh, akan menimbulkan banyak kesulitan bagi kekasihnya. Akhirnya, ia setuju untuk meninggalkan kota ini, tetapi menolak untuk menerima uang tersebut. Ia mencintai sang pria, bukan uangnya. Walaupun ia sepenuhnya sadar, jalan hidupnya ke depan akan sangat sulit?. Ibu sang pria kembali memohon kepada wanita tersebut untuk meninggalkan sepucuk surat kepada mereka, yang menyatakan bahwa ia memilih berpisah dengan sang pria. Ibu sang pria kuatir anaknya akan terus mencari
kekasihnya, dan tidak mau meneruskan usaha orang tuanya. “Walaupun ia kelak bukan suamimu, bukankah Anda ingin melihatnya sebagai seseorang yang berhasil? Ini adalah untuk kebaikan kalian berdua”, kata sang ibu.

Dengan berat hati, sang wanita menulis surat. Ia menjelaskan bahwa ia sudah memutuskan untuk pergi meninggalkan sang pria. Ia sadar bahwa keberadaannya hanya akan merugikan sang pria. Ia minta maaf karena telah melanggar janji setia mereka berdua, bahwa mereka akan selalu bersama dalam menghadapi penolakan-penolakan akibat perbedaan status sosial mereka. Ia tidak kuat lagi menahan penderitaan ini, dan memutuskan untuk berpisah.

Tetesan air mata sang wanita tampak membasahi surat tersebut. Sang wanita yang malang tersebut tampak tidak punya pilihan lain. Ia terjebak antara moral dan cintanya. Sang wanita segera meninggalkan kota itu, sendirian. Ia menuju sebuah desa yang lebih terpencil. Disana, ia bertekad untuk melahirkan dan membesarkan anaknya.

Detik .. Menit …. Jam …. Hari …. Minggu ………Tahun …… Tak terasa Tiga tahun telah berlalu. Ternyata wanita tersebut telah menjadi seorang ibu. Anaknya seorang laki-laki. Sang ibu bekerja keras siang dan malam, untuk membiayai kehidupan mereka. Di pagi dan siang hari, ia bekerja di sebuah industri rumah tangga, malamnya, ia menyuci pakaian2 tetangga dan menyulam sesuai dengan pesanan pelanggan. Kebanyakan ia melakukan semua pekerjaan ini sambil menggendong anak di punggungnya. Walaupun ia cukup berpendidikan, ia menyadari bahwa pekerjaan lain tidak memungkinkan, karena ia harus berada di sisi anaknya setiap saat.

Tetapi sang ibu tidak pernah mengeluh dengan pekerjaannya. Di usia tiga tahun, suatu saat, sang anak tiba-tiba sakit keras. Demamnya sangat tinggi. Ia segera dibawa ke rumah sakit setempat. Anak tersebut harus menginap di rumah sakit selama beberapa hari. Biaya pengobatan telah menguras habis seluruh tabungan dari hasil kerja kerasnya selama ini, dan itupun belum cukup. Ibu tersebut akhirnya juga meminjam ke sana-sini, kepada siapapun yang bermurah hati untuk memberikan pinjaman.

Saat diperbolehkan pulang, sang dokter menyarankan untuk membuat sup ramuan, untuk mempercepat kesembuhan putranya. Ramuan tersebut terdiri dari obat-obatan herbal dan daging sapi untuk dikukus bersama. Tetapi sang ibu hanya mampu membeli obat-obat herbal tersebut, ia tidak punya uang sepeserpun lagi untuk membeli daging. Untuk meminjam lagi, rasanya tak mungkin, karena ia telah berutang kepada semua orang yang ia kenal, dan belum terbayar.

Ketika di rumah, sang ibu menangis. Ia tidak tahu harus berbuat apa, untuk mendapatkan daging. Toko daging di desa tersebut telah menolak permintaannya, untuk bayar di akhir bulan saat gajian. Diantara tangisannya, ia tiba-tiba mendapatkan ide. Ia mencari alkohol yang ada di rumahnya, sebilah pisau dapur, dan sepotong kain. Setelah pisau dapur dibersihkan dengan alkohol, sang ibu nekad mengambil sekerat daging dari pahanya. Agar tidak membangunkan anaknya yang sedang tidur, ia mengikat mulutnya dengan sepotong kain. Darah berhamburan. Sang ibu tengah berjuang mengambil dagingnya sendiri, sambil berusaha tidak mengeluarkan suara kesakitan yang
teramat sangat?.

Hujan lebatpun turun. Lebatnya hujan menyebabkan rintihan kesakitan sang ibu tidak terdengar oleh para tetangga, terutama oleh anaknya sendiri. Tampaknya langit juga tersentuh dengan pengorbanan yang sedang dilakukan oleh sang ibu.

Enam tahun telah berlalu, anaknya tumbuh menjadi seorang anak yang tampan, cerdas, dan berbudi pekerti. Ia juga sangat sayang ibunya. Di hari minggu, mereka sering pergi ke taman di desa tersebut, bermain bersama, dan bersama-sama menyanyikan lagu “Shi Sang Chi You Mama Hau” (terjemahannya “Di Dunia ini, hanya ibu seorang yang baik”).

Sang anak juga sudah sekolah. Sang ibu sekarang bekerja sebagai penjaga toko, karena ia sudah bisa meninggalkan anaknya di siang hari. Hari-hari mereka lewatkan dengan kebersamaan, penuh kebahagiaan. Sang anak terkadang memaksa ibunya, agar ia bisa membantu ibunya menyuci di malam hari. Ia tahu ibunya masih menyuci di malam hari, karena perlu tambahan biaya untuk sekolahnya. Ia memang seorang anak yang cerdas. Ia juga tahu, bulan depan adalah hari ulang tahun ibunya. Ia berniat membelikan sebuah jam tangan, yang sangat didambakan ibunya selama ini. Ibunya pernah mencobanya di sebuah toko, tetapi segera menolak setelah pemilik toko menyebutkan harganya. Jam
tangan itu sederhana, tidak terlalu mewah, tetapi bagi mereka, itu terlalu mahal. Masih banyak keperluan lain yang perlu dibiayai.

Sang anak segera pergi ke toko tersebut, yang tidak jauh dari rumahnya. Ia meminta kepada kakek pemilik toko agar menyimpan jam tangan tersebut, karena ia akan membelinya bulan depan. “Apakah kamu punya uang?” tanya sang pemilik toko. “Tidak sekarang, nanti saya akan punya”, kata sang anak dengan serius.

Ternyata, bulan depan sang anak benar-benar muncul untuk membeli jam tangan tersebut. Sang kakek juga terkejut, kiranya sang anak hanya main-main. Ketika menyerahkan uangnya, sang kakek bertanya “Dari mana kamu mendapatkan uang itu? Bukan mencuri kan?”. “Saya tidak mencuri, kakek. Hari ini adalah hari ulang tahun ibuku. Saya biasanya naik becak pulang pergi ke sekolah. Selama sebulan ini, saya berjalan kaki saat pulang dari sekolah ke rumah, uang jajan dan uang becaknya saya simpan untuk beli jam ini. Kakiku sakit, tapi ini semua untuk ibuku. O ya, jangan beritahu ibuku tentang hal ini. Ia akan marah” kata sang anak. Sang pemilik toko tampak kagum pada anak tersebut.

Seperti biasanya, sang ibu pulang dari kerja di sore hari. Sang anak segera memberikan ucapan selamat pada ibu, dan menyerahkan jam tangan tersebut. Sang ibu terkejut bercampur haru, ia bangga dengan anaknya. Jam tangan ini memang adalah impiannya. Tetapi sang ibu tiba-tiba tersadar, dari mana uang untuk membeli jam tersebut. Sang anak tutup mulut, tidak mau menjawab.

“Apakah kamu mencuri, Nak?” Sang anak diam seribu bahasa, ia tidak ingin ibu mengetahui bagaimana ia mengumpulkan uang tersebut. Setelah ditanya berklai-kali tanpa jawaban, sang ibu menyimpulkan bahwa anaknya telah mencuri. “Walaupun kita miskin, kita tidak boleh mencuri. Bukankah ibu sudah mengajari kamu tentang hal ini?” kata sang ibu.

Lalu ibu mengambil rotan dan mulai memukul anaknya. Biarpun ibu sayang pada anaknya, ia harus mendidik anaknya sejak kecil. Sang anak menangis, sedangkan air mata sang ibu mengalir keluar. Hatinya begitu perih, karena ia sedang memukul belahan hatinya. Tetapi ia harus melakukannya, demi kebaikan anaknya. Suara tangisan sang anak terdengar keluar. Para tetangga menuju ke rumah tersebut heran, dan kemudian prihatin setelah mengetahui kejadiannya. “Ia sebenarnya anak yang baik”, kata salah satu tetangganya.

Kebetulan sekali, sang pemilik toko sedang berkunjung ke rumah salah satu tetangganya yang merupakan familinya. Ketika ia keluar melihat ke rumah itu, ia segera mengenal anak itu. Ketika mengetahui persoalannya, ia segera menghampiri ibu itu untuk menjelaskan. Tetapi tiba-tiba sang anak berlari ke arah pemilik toko, memohon agar jangan menceritakan yang sebenarnya pada ibunya.

“Nak, ketahuilah, anak yang baik tidak boleh berbohong, dan tidak boleh menyembunyikan sesuatu dari ibunya”. Sang anak mengikuti nasehat kakek itu. Maka kakek itu mulai menceritakan bagaimana sang anak tiba-tiba muncul di tokonya sebulan yang lalu, memintanya untuk menyimpan jam tangan tersebut, dan sebulan kemudian akan membelinya. Anak itu muncul siang tadi di tokonya, katanya hari ini adalah hari ulang tahun ibunya. Ia juga menceritakan bagaimana sang anak berjalan kaki dari sekolahnya pulang ke rumah dan tidak jajan di sekolah selama sebulan ini, untuk mengumpulkan uang membeli jam tangan kesukaan ibunya.

Tampak sang kakek meneteskan air mata saat selesai menjelaskan hal tersebut, begitu pula dengan tetangganya. Sang ibu segera memeluk anak kesayangannya, keduanya menangis dengan tersedu-sedu.
”Maafkan saya, Nak.”
“Tidak Bu, saya yang bersalah”
Sementara itu, ternyata ayah dari sang anak sudah menikah, tetapi istrinya mandul. Mereka tidak punya anak. Sang orangtua sangat sedih akan hal ini, karena tidak akan ada yang mewarisi usaha mereka kelak. Ketika sang ibu dan anaknya berjalan-jalan ke kota, dalam sebuah kesempatan, mereka bertemu dengan sang ayah dan istrinya. Sang ayah baru menyadari bahwa sebenarnya ia sudah punya anak dari darah dagingnya sendiri. Ia mengajak mereka berkunjung ke rumahnya, bersedia menanggung semua biaya hidup mereka, tetapi sang ibu menolak. Kami bisa hidup dengan baik tanpa bantuanmu.
Berita ini segera diketahui oleh orang tua sang pria. Mereka begitu ingin melihat cucunya, tetapi sang ibu tidak mau mengizinkan.

Di pertengahan tahun, penyakit sang anak kembali kambuh. Dokter mengatakan bahwa penyakit sang anak butuh operasi dan perawatan yang konsisten. Kalau kambuh lagi, akan membahayakan jiwanya. Keuangan sang ibu sudah agak membaik, dibandingkan sebelumnya. Tetapi biaya medis tidaklah murah, ia tidak sanggup membiayainya. Sang ibu kembali berpikir keras. Tetapi ia tidak menemukan solusi yang tepat. Satu-satunya jalan keluar adalah menyerahkan anaknya kepada sang ayah, karena sang ayahlah yang mampu membiayai perawatannya.

Maka di hari Minggu ini, sang ibu kembali mengajak anaknya berkeliling kota, bermain-main di taman kesukaan mereka. Mereka gembira sekali, menyanyikan lagu “Shi Sang Chi You Mama Hau”, lagu kesayangan mereka. Untuk sejenak, sang ibu melupakan semua penderitaannya, ia hanyut dalam kegembiraan bersama sang anak. Sepulang ke rumah, ibu menjelaskan keadaannya pada sang anak. Sang anak menolak untuk tinggal bersama ayahnya, karena ia hanya ingin dengan ibu.
“Tetapi ibu tidak mampu membiayai perawatan kamu, Nak” kata ibu.
“Tidak apa-apa Bu, saya tidak perlu dirawat. Saya sudah sehat, bila bisa bersama-sama dengan ibu. Bila sudah besar nanti, saya akan cari banyak uang untuk biaya perawatan saya dan untuk ibu. Nanti, ibu tidak perlu bekerja lagi, Bu”, kata sang anak. Tetapi ibu memaksa akan berkunjung ke rumah sang ayah keesokan harinya. Penyakitnya memang bisa kambuh setiap saat.

Disana ia diperkenalkan dengan kakek dan neneknya. Keduanya sangat senang melihat anak imut tersebut. Ketika ibunya hendak pulang, sang anak meronta-ronta ingin ikut pulang dengan ibunya. Walaupun diberikan mainan kesukaan sang anak, yang tidak pernah ia peroleh saat bersama ibunya, sang anak menolak. “Saya ingin Ibu, saya tidak mau mainan itu”, teriak sang anak dengan nada yang polos. Dengan hati sedih dan menangis, sang ibu berkata
“Nak, kamu harus dengar nasehat ibu. Tinggallah di sini. Ayah, kakek dan nenek akan bermain bersamamu.”
“Tidak, aku tidak mau mereka. Saya hanya mau ibu, saya sayang ibu, bukankah ibu juga sayang saya? Ibu sekarang tidak mau saya lagi”, sang anak mulai menangis.

Bujukan demi bujukan ibunya untuk tinggal di rumah besar tersebut tidak didengarkan anak kecil tersebut. Sang anak menangis tersedu-sedu
“Kalau ibu sayang padaku, bawalah saya pergi, Bu”.
Sampai pada akhirnya, ibunya memaksa dengan mengatakan “Benar, ibu tidak sayang kamu lagi. Tinggallah disini”, ibunya segera lari keluar meninggalkan rumah tersebut. Tampak anaknya meronta-ronta dengan ledakan tangis yang memilukan.

Di rumah, sang ibu kembali meratapi nasibnya. Tangisannya begitu menyayat hati, ia telah berpisah dengan anaknya. Ia tidak diperbolehkan menjenguk anaknya, tetapi mereka berjanji akan merawat anaknya dengan baik. Diantara isak tangisnya, ia tidak menemukan arti hidup ini lagi. Ia telah kehilangan satu-satunyanya alasan untuk hidup, anaknya tercinta.

Kemudian ibu yang malang itu mengambil pisau dapur untuk memotong urat nadinya. Tetapi saat akan dilakukan, ia sadar bahwa anaknya mungkin tidak akan diperlakukan dengan baik. Tidak, ia harus hidup untuk mengetahui bahwa anaknya diperlakukan dengan baik. Segera, niat bunuh diri itu dibatalkan, demi anaknya juga.

Setahun berlalu. Sang ibu telah pindah ke tempat lain, mendapatkan kerja yang lebih baik lagi. Sang anak telah sehat, walaupun tetap menjalani perawatan medis secara rutin setiap bulan. Seperti biasa, sang anak ingat akan hari ulang tahun ibunya. Uang pun dapat ia peroleh dengan mudah, tanpa perlu bersusah payah mengumpulkannya. Maka, pada hari tersebut, sepulang dari sekolah, ia tidak pulang ke rumah, ia segera naik bus menuju ke desa tempat tinggal ibunya, yang memakan waktu beberapa jam. Sang anak telah mempersiapkan setangkai bunga, sepucuk surat yang menyatakan ia setiap hari merindukan ibu, sebuah kartu ucapan selamat ulang tahun, dan nilai ujian
yang sangat bagus. Ia akan memberikan semuanya untuk ibu.

Sang anak berlari riang gembira melewati gang-gang kecil menuju rumahnya. Tetapi ketika sampai di rumah, ia mendapati rumah ini telah kosong. Tetangga mengatakan ibunya telah pindah, dan tidak ada yang tahu kemana ibunya pergi. Sang anak tidak tahu harus berbuat apa, ia duduk di depan rumah tersebut, menangis “Ibu benar-benar tidak menginginkan saya lagi.”

Sementara itu, keluarga sang ayah begitu cemas, ketika sang anak sudah terlambat pulang ke rumah selama lebih dari 3 jam. Guru sekolah mengatakan semuanya sudah pulang. Semua tempat sudah dicari, tetapi tidak ada kabar. Mereka panik. Sang ayah menelpon ibunya, yang juga sangat terkejut. Polisi pun dihubungi untuk melaporkan anak hilang.

Ketika sang ibu sedang berpikir keras, tiba-tiba ia teringat sesuatu. Hari ini adalah hari ulang tahunnya. Ia terlalu sibuk sampai melupakannya. Anaknya mungkin pulang ke rumah. Maka sang ayah dan sang ibu segera naik mobil menuju rumah tersebut. Sayangnya, mereka hanya menemukan kartu ulang tahun, setangkai bunga, nilai ujian yang bagus, dan sepucuk surat anaknya. Sang ibu tidak mampu menahan tangisannya, saat membaca tulisan-tulisan imut anaknya dalam surat itu.

Hari mulai gelap. Mereka sibuk mencari di sekitar desa tersebut, tanpa mendapatkan petunjuk apapun. Sang ibu semakin resah. Kemudian sang ibu membakar dupa, berlutut di hadapan altar Dewi Kuan Im, sambil menangis ia memohon agar bisa menemukan anaknya.

Seperti mendapat petunjuk, sang ibu tiba-tiba ingat bahwa ia dan anaknya pernah pergi ke sebuah kuil Kuan Im di desa tersebut. Ibunya pernah berkata, bahwa bila kamu memerlukan pertolongan, mohonlah kepada Dewi Kuan Im yang welas asih. Dewi Kuan Im pasti akan menolongmu, jika niat kamu baik. Ibunya memprediksikan bahwa anaknya mungkin pergi ke kuil tersebut untuk memohon agar bisa bertemu dengan dirinya.

Benar saja, ternyata sang anak berada di sana. Tetapi ia pingsan, demamnya tinggi sekali. Sang ayah segera menggendong anaknya untuk dilarikan ke rumah sakit. Saat menuruni tangga kuil, sang ibu terjatuh dari tangga, dan berguling-guling jatuh ke bawah.

Sepuluh tahun sudah berlalu. Kini sang anak sudah memasuki bangku kuliah. Ia sering beradu mulut dengan ayah, mengenai persoalan ibunya. Sejak jatuh dari tangga, ibunya tidak pernah ditemukan. Sang anak telah banyak menghabiskan uang untuk mencari ibunya kemana-mana, tetapi hasilnya nihil.

Siang itu, seperti biasa sehabis kuliah, sang anak berjalan bersama dengan teman wanitanya. Mereka tampak serasi. Saat melaju dengan mobil, di persimpangan sebuah jalan, ia melihat seorang wanita tua yang sedang mengemis. Ibu tersebut terlihat kumuh, dan tampak memakai tongkat. Ia tidak pernah melihat wanita itu sebelumnya. Wajahnya kumal, dan ia tampak berkomat-kamit. Di dorong rasa ingin tahu, ia menghentikan mobilnya, dan turun bersama pacar untuk menghampiri pengemis tua itu.

Ternyata sang pengemis tua sambil mengacungkan kaleng kosong untuk minta sedekah, ia berucap dengan lemah “Dimanakah anakku? Apakah kalian melihat anakku?”. Sang anak merasa mengenal wanita tua itu. Tanpa disadari, ia segera menyanyikan lagu “Shi Sang Ci You Mama Hau” dengan suara perlahan, tak disangka sang pengemis tua ikut menyanyikannya dengan suara lemah. Mereka berdua menyanyi bersama. Ia segera mengenal suara ibunya yang selalu menyanyikan lagu tersebut saat ia kecil, sang anak segera memeluk pengemis tua itu dan berteriak dengan haru “Ibu? Ini saya ibu”. Sang pengemis tua itu terkejut, ia meraba-raba muka sang anak, lalu bertanya, “Apakah kamu ??..(nama anak itu)?” “Benar bu, saya adalah anak ibu?”. Keduanya pun berpelukan dengan erat, air mata keduanya berbaur membasahi bumi. Karena jatuh dari tangga, sang ibu yang terbentur kepalanya menjadi hilang ingatan, tetapi ia setiap hari selama sepuluh tahun terus mencari anaknya, tanpa peduli dengan keadaaan dirinya. Sebagian orang menganggapnya sebagai orang gila.

Perenungkan untuk kita renungkan bersama-sama:

Dalam kondisi kritis, Ibu kita akan melakukan apa saja demi kita. Ibu bahkan rela mengorbankan nyawanya. Simaklah penggalan doa keputusasaan berikut ini, di saat Ibu masih muda, ataupun disaat Ibu sudah tua :

1. Anakku masih kecil, masa depannya masih panjang. Oh Tuhan, ambillah aku sebagai gantinya.
2. Aku sudah tua, Oh Tuhan, ambillah aku sebagai gantinya.

Diantara orang-orang disekeliling Anda, yang Anda kenal, Saudara/i kandung Anda, diantara lebih dari 6 Milyar manusia, siapakah yang rela mengorbankan nyawanya untuk Anda, kapan pun, dimana pun, dengan cara apapun.

Sumber : www.henlia.com

Senin, 01 Februari 2010

untuk Jejak sang Guru

ketika seni mulai dipertanyakan
ketika seni menjadi anak tiri dalam kurikulum
ketika eksak dianggap penting daripada seni
ketika seni dianggap tidak penting daripada UN
yang semata hanya menghabiskan uang proyek
bukan berpihak pada anak bangsa

ketika SD negeri nyaris ambruk menjadi pemandangan biasa
Masihkah jejak sang guru menyisakan idealis
sementara kebimbangan dan kegielisahan terus menghantui

antara honor dan tidak ada honor
antara pamrih dan tidak pamrih
antara komersil dan tidak komersil
antara bisnis diluar dan tanggung jawab mengajar
antara mendidik dan sekedar mengajar
antara patuh dan tidak patuh dalam kurikulum
antara jabatan dan tidak punya jabatan
antara kepentingan menjilat atasan atau tidak sama sekali
antara kepentingan dinas...
yang kadang mengacaukan makna pokok kependidikan itu sendiri

guru... jejakmu bukan sekedar jejak yang tertiup angin dipadang pasir
timbul dan hilang dalam sesaat

guru... jejakmu bukan sekedar melangkah diatas air
tak meninggalkan kesan apapun

guru... jejakmu dalam karya bukan sekedar diatas kanvas

guru... kuharap jejakmu ada dalam karya kehidupan nyata
bukan sekedar kata kata tanpa makna atau...
diam terpaku memandangi kebobrokan pendidikan kita

berkaryalah dan berbuatlah sesuatu untuk menangkalnya
karena tanpa seni
anak bangsa kita menjadi generasi tanpa hati nurani

Salam
Rr. Metta P.Wardhani

Menulis itu menakjubkan

”Apa pun yang Anda tulis, Anda harus merasa bangga dan berbahagia telah berhasil menulis. Menulis itu menakjubkan,” ujar saya cepat kepada para peserta pelatihan menulis. Coba Anda bayangkan. Kita hanya punya 26 huruf. Di antara ke-26 huruf itu, tak semua huruf kita pakai. Namun, coba lihat, apa pun yang ada di dalam benak Anda, Anda dapat menunjukkan (menuliskan) -nya meski beberapa di antaranya harus dituliskan dengan sangat susah payah.

Dengan menuliskan apa yang Anda pikirkan, hal-hal yang semula tidak tampak, kemudian menjadi tampak karena dapat dibaca dengan kedua belah mata Anda. Ajaib bukan? Coba, sekarang, merenunglah sejenak. Apa yang Anda pikirkan? ”Saya sedang memikirkan keluarga saya di rumah,” ujar seorang peserta. ”Coba rumuskan keadaan keluarga Anda saat ini,” kata saya.

Peserta itu pun menuliskan keadaan keluarganya. Setelah beberapa saat, tampaklah di layar komputer sebuah kata yang memiliki banyak sekali arti. ”Keluarga saya bahagia.” Bayangkan, hanya dengan 3 kata yang terdiri atas 19 huruf di mana 7 huruf di antaranya sama—sehingga huruf yang digunakan sesungguhnya hanya 13—sebuah makna yang luar biasa pun muncul. Padahal makna-makna itu semula hanya ada di dalam benak!

Tentu saja, menulis tidak hanya sekadar sebuah permainan ajaib sebagaimana dicontohkan di atas. Kejaiban menulis juga dapat mewakili sebuah hal yang sangat kompleks yang dipikirkan oleh manusia. Misalnya saja tentang bagaimana kompleksnya sebuah perasaan. Jika perasaan diwakili oleh warna, ada kemungkinnan warna gelap mewakili perasaan yang tidak bercahaya. Warna merah, sebaliknya, mungkin bisa mewakili perasaan yang ceria.

Namun, bagaimana jika perasaan itu tidak dapat diwakili oleh warna? Apakah ia bisa diwakili oleh kata-kata? Ya, bisa meskipun betapa sulitnya perasaan itu dikomunikasikan. ”Saya lagi tidak mood.” Kata ”mood” adalah sebuah wakil yang sah atas keadaan seseorang yang lagi tidak ”nyambung” atau perasaannya tidak ”tune in” dengan sesuatu yang sedang dilakoninya. Sementara itu, ”Saya lagi bergairah,” dapat mewakili sebaliknya. Dahsyat bukan, kata-kata yang dituliskan untuk menunjukkan perasaan itu?

Mau tahu lagi yang lebih kompleks? ”Kita memang jarang bertanya, apa sebenarnya arti sebuah sajak untuk diri kita—apa arti puisi? Tak mudah memang buat menjawabnya. Tapi saya pernah mendengarkan orang membaca petilan-petilan Gitanjali karya Rabindranath Tagore, sajak kerinduan Amir Hamzah pada Tuhan, dan puisi Chairil Anwar yang dimulai dengan kalimat termasyhur itu: Cemara menderai sampai jauh/ Kurasa hari jadi akan malam...

”Saya tak tahu, masih adakah sekarang orang yang gemar mendengarkan itu lagi, dan mencoba mengulanginya sendiri diam-diam. Bila tak ada, betapa rugi.”

Ada yang tahu, itu tulisan siapa? Kita lanjutkan saja kata-kata itu ya? Dan mengapa ada yang rugi jika tak mendengarkan kata-kata itu? ”Sebab, mereka tak akan pernah mengalamai sebuah dunia pengalaman yang menggetarkan—yang mungkin tak akan membuat kita jadi lebih pintar atau hebat, tapa yang bisa mengukuhkan ikatan batin kita kembali dengan hidup.

”Puisi bukanlah rangkaian kata-kata elok, bukan rumusan-rumusan petuah dan kearifan. Puisi adalah persentuhan antara kita dan dunia luar, antara kita dan kegaiban yang besar, antara kita dan kita—sabuah kontak yang, dalam kata-kata seorang penyair, ’sederhana seperti nyanyi’.”

Indah bukan? Itulah keajaiban menulis. Dan Goenawan Mohamad, lewat rangkaian kata-kata yang saya kutip di atas, membuktikannya untuk kita.

Salam
Hernowo

Saatnya Menulis!

(sebuah obrolan cerita)

Baru saja saya mengikuti diskusi temu penulis bersama KH Shalahuddin Wahid (Gus Sholah) dan sastrawan A.S. Laksana di Jawa Pos. Saya mencatat beberapa poin penting yang mungkin berguna sebagai informasi bagi penulis pemula. Khususnya, yang ingin mengirimkan tulisan opini ke media massa.

Saat menuliskan laporan ini, diskusi masih berlangsung gayeng dengan ratusan peserta yang terdiri atas kalangan akademisi, mahasiswa, dan pembaca Jawa Pos lain. Sebelum tanya jawab dengan Gus Sholah dan redaktur opini Jawa Pos, saya mengurai benang merah dalam diskusi tersebut. Yakni, jangan minder saat menulis!

Pesan tersebut disampaikan oleh Gus Sholah dalam forum temu penulis itu. Dia juga memompa motivasi kalangan muda untuk doyan menulis. Ya, saya tidak menafikan fakta bahwa minat generasi muda Indonesia dalam dunia tulis-menulis masih jauh dari harapan.

Beberapa waktu lalu, saya pernah berpesan kepada adik kelas yang kebetulan akan mengikuti tes sebagai calon guru bahasa Indonesia. Saya mengatakan kepadanya bahwa saat ini bahasa Indonesia masih dipandang sebelah mata oleh sebagian masyarakat kita. Meski, faktanya, berbahasa Indonesia, baik secara lisan maupun tulisan, tidak semudah yang dikatakan oleh mereka.

Maka, saya mewanti-wanti dia untuk menyiapkan visi-visinya sebagai calon guru bahasa Indonesia. Salah satunya, dia harus mampu mempersiapkan bekal berharga bagi muridnya. "Kamu harus beda dengan guru bahasa Indonesia lainnya. Siapkan produk yang berkualitas dan bermanfaat bagi murid-muridmu nanti. Misalnya, kamu buat muridnya getol menulis sehingga budaya sadar baca di kalangan pelajar terserap baik. Soal caranya, kamu pikirkan sendiri," kata saya kepada dia.

Nah, pesan senada tadi diungkapkan oleh Gus Sholah. Ada dua bekal penting yang dia sampaikan dalam forum temu penulis tersebut.

Pertama, tak boleh putus asa. Memang, banyak orang yang rajin mengirimkan tulisannya ke media. Namun, ketika tulisan tersebut berkali-kali tidak dimuat, dia serta-merta lunglai dan tak bergairah untuk mengirimkan tulisan kembali.

Untuk masalah itu, Gus Sholah mencontohkan bahwa perjuangan dirinya, Gus Dur, ataupun Gus Mus dulu "berdarah-darah" hingga bisa seperti sekarang. Maksudnya, tulisan tiga tokoh ulama tersebut pun sering tidak dimuat. "Butuh proses untuk mencapai tahap pada tulisan kita sampai ke taraf yang baik," ujar Gus Sholah. Proses tersebut, lanjut dia, berbeda-beda pada tiap individu. Ada yang butuh proses cuma seminggu, sebulan, setahun, bahkan bertahun-tahun.

Kedua, seorang penulis harus memahami etika bahasa. Tak bisa dimungkiri, banyak tulisan yang memuat tema pro kontra, namun tulisan tersebut memakai bahasa yang memojokkan. Akhirnya, tulisan tersebut tidak berimbang lagi.

Dalam hal etika bahasa, Gus Sholah juga mengajak peserta forum untuk membiasakan diri menulis dengan bahasa Indonesia yang (minimal) baik. Artinya, tata bahasa yang dipakai sesuai dengan kaidah. Yang tak kalah penting, tulisan itu enak dibaca dan mudah dipahami pembaca meski ditulis dengan bahasa yang sederhana.

Agaknya, menulis memang menjadi agenda yang mendesak. Bangsa ini akan menuai krisis hebat jika masyarakatnya enggan menulis. Padahal, bangsa yang tak bisa melahirkan penulis, ia akan tertinggal jauh dan dilupakan sejarah. Seperti kata Pramoedya Ananta Toer: "Sepandai apa pun seseorang, jika tidak menulis, ia akan dilupakan sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian."

Salam
Eko Prasetyo

Writing Experiences

Saya menunjukkan sebuah gambar kepada para peserta pelatihan menulis saya. Gambar itu merupakan gambar favorit saya setiap kali saya mengadakan pelatihan menulis. Gambar itu pula yang kemudian saya desain baru dan saya muat di buku terbaru saya, MENGIKAT MAKNA UPDATE. Tepatnya, gambar itu saya muat di Bab 12 “Menemukan Kunci Surga yang Hilang”, di halaman 135.

Setelah menunjukkan gambar tersebut, saya berkata, “Kita masih dapat bertahan hidup dan ingin terus melalui hidup ini—meskipun kadang kita dihantam “badai”, terpuruk dalam sebuah kegagalan, dan terseok-seok dalam upaya memenangi prestasi—dikarenakan HARAPAN.” Apa itu harapan? Tidak mudah untuk merumuskan dan menjelaskannya.

Kadang-kadang, harapan itu seperti membara di dalam dada kita. Kadang-kadang pula harapan itu seperti “sentir”—nyala api yang sangat kecil, hampir seperti nyala api sebatang lilin—yang mau padam dikarenakan embusan sang angin. Namun, sekecil dan seredup apa pun harapan itu, niscaya harapan itulah yang sesungguhnya membangkitkan semangat kita untuk terus mempertahankan hidup.

“Tahukah saudara-saudara, apa kira-kira yang dapat membuat harapan—sekecil dan seredup apa pun itu—dapat terus menyala dan bertahan di dalam hati kita?” Suasana pelatihan menulis yang saya ampu mendadak hening. Semuanya terpaku dan diam. Menunggu. Mereka berpikir. Saya pun tidak berbicara untuk beberapa menit, memberikan kesempatan mereka untuik merenung dan berpikir.

Akhirnya seorang peserta mengacungkan jari telunjuknya. “Saya tahu jawabannya, Pak Hernowo.” Saya pun mendekati peserta tersebut. “Apa menurut Anda?” Dengan yakin, peserta itu menjawab, “Menulis!” Ya benar, menuliskan secara sangat gamblang dan detail sebuah harapan atau cita-cita akan membuat harapan yang semula hanya tersimpan di dalam diri itu benar-benar tampak jelas dan dapat “dilihat” (dibaca). Dengan dituliskannya sebuah harapan, sesungguhnya harapan itu sudah kita “pastikan” akan mewujud.

Menulis memang mengeluarkan sesuatu dari dalam diri—baik itu berupa keinginan, kemauan, maupun HARAPAN—untuk kemudian sesuatu yang dikeluarkan itu dapat diteguhkan bahwa memang itulah yang ingin kita wujudkan di masa depan. Kepada para peserta pelatihan menulis, saya kemudian menunjukkan saran Quantum Learning yang sangat bagus. “Setiap harapan atau cita-cita, setelah dirumuskan secara jelas lewat kata-kata tertulis, segeralah dibuatkan posternya.”

Saat itu, juga saya meminta seluruh peserta pelatihan untuk menuliskan harapan-harapannya dalam selembar kertas. Setelah semua harapan dituliskan, saya mengajak mereka memperbesar harapan itu—lewat mesin fotokopi—hingga menjadi sebesar poster yang dapat ditempel di sebuah dinding. Saya pun menganjurkan agar harapan itu, nantinya, ditempel di dinding—baik itu di rumah mapun di kantor—yang dapat dilihat (dibaca) setiap hari. Insya Allah, jika itu dilakukan, HARAPAN itu, suatu saat nanti, akan mewujud.

Salam
Hernowo

Rahasia dari Rahasia

Apakah Anda pernah membaca buku ‘The Secret’ dari Rhonda Byrne? Buku ini pernah menggegerkan dan menjadi perbincangan di seluruh dunia karena dianggap memberikan pandangan baru tentang rahasia alam semesta. Buku itu dipromosikan sebagai buku yang membuka rahasia mengapa manusia bisa sukses dan memberikan cara agar kita juga bisa sukses dengan mengikuti petunjuk yang diberikan dalam buku tersebut. Buku ini kemudian menjadi inspirasi bagi banyak motivator dalam memberikan pelatihan-pelatihan motivasi diri. Buku ini juga menginspirasi terbitnya buku lain termasuk buku “Membongkar Tiga Rahasia” yang ditulis oleh Agus Mustofa ini.

Jika Anda menikmati buku “The Secret”nya Rhonda Byrne maka saya jamin Anda akan bisa lebih menikmati buku Agus Murstofa ini. Jika Anda merasa mendapat pencerahan dari buku “The Secret” maka buku Agus Mustofa ini akan bisa memberikan Anda kedalaman, meski buku ini ditulis dengan gaya bahasa yang ringan dan sederhana.

Seperti yang mungkin sudah Anda ketahui, Agus Mustofa adalah penulis buku-buku laris Serial Diskusi Tasawuf Modern yang membahas hal-hal kontrofersial seperti “Ternyata Akhirat Tidak Kekal”, “Ternyata Adam Dilahirkan”, “Tak Ada Azab Kubur”, dll Buku “Membongkar Tiga Rahasia” ini adalah buku ke-21 yang ia tulis. Buku ini mampu memperkaya tulisan Rhonda Byrne dengan pemabahasan yang lebih spiritualistik dan holistic. Buku ini bahkan menjelaskan TIGA RAHASIA ALAM SEMESTA dan bukan sekedar Hukum Tarik Menarik (The Law of Attraction) seperti yang disampaikan oleh Byrne. Boleh dikata buku ini adalah buku “The Secret” versi Islami. Apa yang tidak Anda dapatkan di “The Secret” dengan jelas dan gamblang diterangkan dalam buku Agus Mustofa ini.

Menurut Rhonda Byrne alam semesta memiliki mekanisme yang akurat dan mutlak terkait dengan kesuksesan seseorang. Siapa saja yang menggunakan mekanisme alam semesta tersebut, baik dulu, sekarang maupun di masa mendatang, maka ia akan mendapatkan kerbehasilan. Ia menyebutnya sebagai “The Law of Attraction” Hukum Tarik Menarik.

Pikiran adalah pemancar gelombang yang akan memancarkan dan menarik segala sesuatu yang ada di dalam alam semesta untuk menjadi apa yang kita inginkan, baik itu positif atau negative. “ Kita adalah apa yang kita pikirkan …” begitu menurutnya. Dengan demikian maka hanya dengan menggunakan kekuatan pikiran kita untuk menarik segala sesuatu yang kita inginkan maka itu akan tercapai karena itu merupakan hukum alam. Ini tentu saja menggiurkan karena kesuksesan ternyata bisa digapai dengan mudah melalui kendali pikiran kita saja. Buku tersebut menjelaskan dengan berbagai contoh-contoh sehingga menarik perhatian dan menginspirasi pembaca.

Oleh Agus hukum alam yang disebutkan dalam “The Secret” tersebut kemudian dipertanyakan. Apakah benar hanya ada hukum Tarik Menarik dalam alam semesta ini? Apakah tidak ada hukum Tolak Menolak, Hukum Elektromagnetik, Hukum Resonansi, dan hukum yang bekerja pada inti yang disebut gaya nuklir? Selain itu apakah hukum-hukum yang bekerja ini tidak disatukan dalam sebuah “unification force” Kekuatan Penyatu yang merupakan dasar dari semua gaya dan hukum yang berlaku di alam semesta ini? Lantas dimana letak usaha manusia dalam konstelasi berbagai gaya yang bekerja dalam alam semesta ini? Apa peran Tuhan dalam semua ini? Dll…

Jika anda menyukai pemaparan Rhonda Byrne dengan The Law of Attraction-nya maka tidak bisa tidak Anda pasti akan suka dengan pemaparan Agus Mustofa dengan Tiga Rahasia-nya. Jika Byrne hanya bicara tentang kekuatan pikiran dan keinginan untuk mencapai atau mendapatkan apa saja yang kita inginkan dalam hidup ini, Agus melangkah lebih jauh dengan berbicara tentang masalah apa itu “Lauh Mahfudz” yang menceritakan tentang peristiwa yang sebenarnya hanya Tunggal. Dimana pemahaman tentang ‘di sini’, ’di sana’, ‘sekarang’, ‘nanti’, dan masa lalu’ sebenarnya hanyalah peristiwa tunggal saja. Agus juga menjelaskan apa itu “Sunnatullah”, yaitu tentang akal dan realitas, alam semesta yang ada dalam kepala kita, Alam Sadar dan Alam Bawah Sadar. Buku ini akan membuat Anda memahami apa sebenarnya rahasia terbesar dalam hidup ini. Buku ini sangat cocok baik bagi mereka yang beriman maupun bagi mereka yang berilmu.

Saya anjurkan Anda untuk membaca buku ini.
Salam
Satria Dharma

Tantangan Buat Indonesia

Indonesia yang kita kenal di bangku sekolah adalah Indonesia yang kaya akan sumber daya alam dan seni budayanya. Indonesia dikenal juga sebagai negara kepulauan dengan jumlah penduduk terbanyak no 4 di dunia, kl. 210 juta penduduk, negara terluas no 15 didunia dengan luas 1.904.569 km2.

Sayangnya kekayaan Indonesia yang konon katanya makmur tersebut, sudah lama tidak pernah dinikmati oleh penduduknya. Jumlah penduduk hidup dibawah garis Kemiskinan 26 % (37 Juta), jumlah pengangguran terbuka 10 juta, ditambah setengah menganggur dan mencari kerja menjadi 35 juta. Angka pangangguran di kalangan usia muda dunia pada thn 2005 mencapai 13,5 %, jumlah yang lebih tinggi dibanding pengangguran usia dewasa yang hanya mencapai 4,6 %. Sebuah ramalan bencana serius yang menanti.

Dikenalnya Indonesia sebagai Negara penghutang No. 6 didunia dengan warisan tanggung jawab piutang yang harus ditanggung oleh anak didik kita ini pun menumpuk seperti tak pernah habis karena memang tak pernah berkurang. Sebuah derita berkepanjangan yang diwariskan untuk generasi berikutnya.

Secara mendasar krisis yang dihadapi di Indonesia adalah akumulasi dari banyak persoalan yang diwariskan pada generasi berikutnya. Indonesia saat ini perlu melakukan perubahan, daya yang mampu mengubah tantangan menjadi solusi.

Pada tahun 1999, Direktur Jendral Unesco pada konfrensi umum Unesco yang ke 30, mengeluarkan seruan internasional untuk mempromosikan pendidikan kreativitas dan kesenian di sekolah sebagai bagian dari pembentukan budaya perdamaian. Walaupun beliau telah meminta setiap aparat negara mengambil keputusan administratif yang tepat, aliran dana dan undang-undang yang mengaturnya untuk memastikan bahwa pendidikan seni ini menjadi ”mainstream" dan wajib masuk dalam lingkaran program sekolah, tetapi secara signifikan belum terjadi perubahan dalam pola pendidikan di negara kita. Nampaknya krisis moneter kita tahun 1998 seolah menjadi saksi bisu dari terabaikannya pembinaan kreativitas di jenjang pendidikan.

Walaupun berselang 10 tahun, seruan Presiden Yudhoyono pada peringatan hari Ibu tentang menumbuhkan kreativitas jelas perlu didukung. Beliau menyerukan, ”kita canangkan tahun Indonesia Kreatif 2009”, selayakya mampu mengingatkan kita kembali bahwa seruan ini bukan persoalan masalah pentingnya ”Kreativitas” saja tapi juga bagaimana konsistensi aplikasi di lapangan mengenai pembinaan kreativitas yang benar-benar memberi ruang berpikir dan kebebasan anak mengeluarkan ide untuk melakukan inovasi yang berguna dalam konteks budaya lokalnya, menjadi negara dengan sdm yang mandiri melakukan inovasi tanpa meniru apa yang datang dari luar, menjadi sdm yang mampu memproduksi sumber daya alam dan potensi seni budayanya sendiri secara kreatif.

Menjadi kreatif bukan persoalan bakat. Kreativitas adalah sebuah kemampuan yang perlu dioptimalkan, Kreativitas adalah kata kunci dari daya ubah yang mampu mendorong manusia dalam melakukan perubahan, berinovasi, melejitkan proses belajar anak menjadi proses kreasi sehingga belajar adalah memahami bukan sekedar menghapal tanpa terbiasa menjawab tantangan baru.

Kita butuh daya ubah, belajar dari kebudayaan sendiri untuk masa depan yang lebih baik. Memotivasi generasi muda untuk memberi kontribusi lebih besar dalam membangun masyarakat, ekonomi, dan negara.

SEBUAH RAMALAN

Membicarakan kesusahan tanpa ada solusi tak akan pernah membawa perubahan. Ciputra (2007) berhasil menyumbangkan idenya dalam mencetak generasi yang berbakat entrepreneurship, sebuah kecakapan mengubah kotoran dan rongsokan menjadi emas. Mendidik para generasi muda agar kelak mampu memproduksi sumber daya alam dan potensi seni budayanya sendiri secara kreatif , agar membawa kesejahteraan bagi mereka dan bangsa Indonesia sendiri.

Jakob Oetama (2009) mengingatkan kita bahwa pada era ekonomi yang berbasis pada ide, saat ekonomi industrial beralih ke ekonomi kreatif dan korporasi berada di simpang jalan, perubahan mau tidak mau harus dihadapi sebagai tantangan. Dimana ada tantangan disitulah kreativitas akan tumbuh subur.

Yang menarik adalah isi skripsi Prof. Primadi Tabrani (1970) di FSRD ITB tentang kreativitas dan humanitas. Buku ini memberi kita sebuah cara tentang bagaimana manusia berpikir secara kreatif dan bagaimana kemudian kreativitas memanusiakan manusia secara utuh. Secara mendalam beliau menguraikan interaksi dari proses komunikasi dan luar, proses yang secara sederhana kita pahami sebagai proses belajar. Belajar, interaksi yang menarik kemampuan berpikir dengan pengalaman belajar itu sendiri, pada hakekatnya bukan sekedar mentransfer ilmu dan keterampilan, tapi bagaimana manusia memanfaatkan “seluruh anugerah ilahi” untuk mempelajari ilmu-ilmu tersebut.

Secara mendasar penggunaan kata seluruh atau total ini adalah sebuah kritik yang sekaligus menjadi sebuah ramalan yang jitu bahwa belajar tanpa melibatkan kreativitas hanya akan menjadikan seorang manusia yang banyak ”tahu” karena hapal bukan banyak ”bisa” karena belajar. Perbedaan menghapal dan belajar ini terletak pada bagaimana manusia harus mengingat banyak data dan fakta tanpa tahu bagaimana menggunakannya dan yang satu lagi bagaimana seorang manusia tidak harus hapal data dan fakta tetapi bisa memberikan kontribusi melalui kreasinya. Beliau mengingatkan bahwa data dan fakta bukan untuk dihapal tetap hanya sebuah bahan untuk dijadikan sebuah sumber belajar untuk mencari sebuah solusi.

Kemampuan beliau memprediksikan gambaran besar tentang kekacauan dunia pendidikan di Indonesia karena mengabaikan kreativitas dalam dunia pendidikan telah menginspirasi banyak mahasiswanya menjadi kreator-kreator ulung di bidang komunikasi visual, pendidikan, seni dan budaya. Penelitian beliau mengenai peran kreativitas sebagai sebuah kemampuan yang selayaknya masuk dalam kurikullum pendidikan menjadi nyata sebagai sebuah ramalan untuk generasi di abad 21.

Kesadaran berpikir kreatif merubah proses belajar jadi proses kreasi, merubahan masalah menjadi solusi. Inilah tantangan bagi pendidikan di Indonesia. Industri kreatif adalah sebuah bentuk kewirausahaan dan merupakan sebuah pilihan profesi. Bagaimana membuat setiap anak menjadi manusia yang memiliki daya kreatif untuk melakukan perubahan sesuai dengan pilihan profesinya kelak adalah pesan dari kesadaran berpikir kreatif itu sendiri.

Salam
Dhitta Puti Sarasvati

Kode Etik Guru Indonesia

PEMBUKAAN

Dengan rahmat Tuhan yang Maha Esa guru Indonesia menyadari bahwa jabatan guru adalah suatu profesi yang terhormat dan mulia. Guru mengabdikan diri dan berbakti untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia indonesia yang bermain, bertakwa dan berakhlak mulia serta mengusai ilmu pengetahuan, teknologi dan seni dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil,makmur, dan beradab.

Guru Indonesia selalu tampil secara profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan. Melatih menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru Indonesia memiliki kehandalan yang tinggi sebagai sumber daya utama untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Guru Indonesia adalah insan yang layak ditiru dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, khususnya oleh peserta didik yang dalam melaksanakan tugas berpegang teguh pada prinsip "ing ngarso sung tulodho, ing madya mangun karso, tut wuri handayani". Dalam usaha mewujudkan prinsip-prinsip tersebut guru indonesia ketika menjalankan tugas-tugas profesional sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi.

Guru Indonesia bertanggung jawab mengatarkan siswanya untuk mencapai kedewasaan sebagai calon pemimpin bangsa pada semua bidang kehidupan. Untuk itu, pihak-pihak yang berkepentingan selayaknya tidak mengabaikan peranan guru dan profesinya, agar bangsa dan negara dapat tumbuh sejajar dengan bangsa lain di negara maju, baik pada masa sekarang maupun masa yang akan datang. Kondisi seperti itu bisa mengisyaratkan bahwa guru dan profesinya merupakan komponen kehidupan yang dibutuhkan oleh bangsa dan negara ini sepanjang zaman. Hanya dengan tugas pelaksanaan tugas guru secara profesional hal itu dapat diwujudkan eksitensi bangsa dan negara yang bermakna, terhormat dan dihormati dalam pergaulan antar bangsa-bangsa di dunia ini.

Peranan guru semakin penting dalam era global. Hanya melalui bimbingan guru yang profesional, setiap siswa dapat menjadi sumber daya manusia yang berkualitas, kompetetif dan produktif sebagai aset nasional dalam menghadapi persaingan yang makin ketat dan berat sekarang dan dimasa datang.

Dalam melaksanakan tugas profesinya guru Indonesia menyadari sepenuhnya bahwa perlu ditetapkan Kode Etik Guru Indonesia sebagai pedoman bersikap dan berperilaku yang mengejewantah dalam bentuk nilai-nilai moral dan etika dalam jabatan guru sebagai pendidik putera-puteri bangsa.

Bagian Satu
Pengertian, tujuan, dan Fungsi


Pasal 1

(1) Kode Etik Guru Indonesia adalah norma dan asas yang disepakati dan diterima oleh guru-guru Indonesia. Sebagai pedoman sikap dan perilaku dalam melaksanakan tugas profesi sebagai pendidik, anggota maasyarakat dan warga negara.

(2) Pedoman sikap dan perilaku sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) pasal ini adalah nilai-nilai moral yang membedakan perilaku guru yang baik dan buruk, yang boleh dan tidak boleh dilaksanakan selama menunaikan tugas-tugas profesionalnya untuk mendidik, mengajar,membimbing , mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik, serta sikap pergaulan sehari-hari di dalam dan luar sekolah.

Pasal 2

(1) Kode Etik Guru Indonesia merupakan pedoman sikap dan perilaku bertujuan menempatkan guru sebagai profesi terhormat, mulia, dan bermartabat yang dilindungi undang-undang.

(2) Kode Etik Guru Indonesia berfungsi sebagai seperangkat prinsip dan norma moral yang melandasi pelaksanaan tugas dan layanan profesional guru dalam hubungannya dengan peserta didik, orangtua/wali siswa, sekolah dan rekan seprofesi, organisasi profesi, dan pemerintah sesuai dengan nilai-nilai agama, pendidikan, sosial, etika dan kemanusiaan.

Bagian Dua
Sumpah/Janji Guru Indonesia


Pasal 3

(1) Setiap guru mengucapkan sumpah/janji guru Indonesia sebagai wujud pemahaman, penerimaan, penghormatan, dan kesediaan untuk mematuhi nilai-nilai moral yang termuat di dalam Kode Etik Guru Indonesia sebagai pedoman bersikap dan berperilaku, baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat.

(2) Sumpah/janji guru Indonesia diucapkan di hadapan pengurus organisasi profesi guru dan pejabat yang berwenang di wilayah kerja masing-masing.

(3) Setiap pengambilan sumpah/janji guru Indonesia dihadiri oleh penyelenggara satuan pendidikan.

Pasal 4

(1) Naskah sumpah/janji guru Indonesia dilampirkan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Kode Etik Guru Indonesia.

(2) Pengambilan sumpah/janji guru Indonesia dapat dilaksanakan secara perorangan atau kelompok sebelumnya melaksanakan tugas.

Bagian Tiga
Nilai-nilai Dasar dan Nilai-nilai Operasional


Pasal 5
Kode Etik Guru Indonesia bersumber dari :
(1) Nilai-nilai agama dan Pancasila

(2) Nilai-nilai kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.

(3) Nilai-nilai jati diri, harkat dan martabat manusia yang meliputi perkembangan kesehatan jasmaniah, emosional, intelektual, sosial, dan spiritual,

Pasal 6

(1) Hubungan Guru dengan Peserta Didik:
a. Guru berperilaku secara profesional dalam melaksanakan tuga didik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,menilai, dan mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran.

b. Guru membimbing peserta didik untuk memahami, menghayati dan mengamalkan hak-hak dan kewajiban sebagai individu, warga sekolah, dan anggota masyarakat

c. Guru mengetahui bahwa setiap peserta didik memiliki karakteristik secara individual dan masing-masingnya berhak atas layanan pembelajaran.

d. Guru menghimpun informasi tentang peserta didik dan menggunakannya untuk kepentingan proses kependidikan.

e. Guru secara perseorangan atau bersama-sama secara terus-menerus berusaha menciptakan, memelihara, dan mengembangkan suasana sekolah yang menyenangkan sebagai lingkungan belajar yang efektif dan efisien bagi peserta didik.

f. Guru menjalin hubungan dengan peserta didik yang dilandasi rasa kasih sayang dan menghindarkan diri dari tindak kekerasan fisik yang di luar batas kaidah pendidikan.

g. Guru berusaha secara manusiawi untuk mencegah setiap gangguan yang dapat mempengaruhi perkembangan negatif bagi peserta didik.

h. Guru secara langsung mencurahkan usaha-usaha profesionalnya untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan keseluruhan kepribadiannya, termasuk kemampuannya untuk berkarya.

i. Guru menjunjung tinggi harga diri, integritas, dan tidak sekali-kali merendahkan martabat peserta didiknya.

j. Guru bertindak dan memandang semua tindakan peserta didiknya secara adil.

k. Guru berperilaku taat asas kepada hukum dan menjunjung tinggi kebutuhan dan hak-hak peserta didiknya.

l. Guru terpanggil hati nurani dan moralnya untuk secara tekun dan penuh perhatian bagi pertumbuhan dan perkembangan peserta didiknya.

m. Guru membuat usaha-usaha yang rasional untuk melindungi peserta didiknya dari kondisi-kondisi yang menghambat proses belajar, menimbulkan gangguan kesehatan, dan keamanan.

n. Guru tidak boleh membuka rahasia pribadi serta didiknya untuk alasan-alasan yang tidak ada kaitannya dengan kepentingan pendidikan, hukum, kesehatan, dan kemanusiaan.

o. Guru tidak boleh menggunakan hubungan dan tindakan profesionallnya kepada peserta didik dengan cara-cara yang melanggar norma sosial, kebudayaan, moral, dan agama.

p. Guru tidak boleh menggunakan hubungan dan tindakan profesional dengan peserta didiknya untuk memperoleh keuntungan-keuntungan pribadi.

(2) Hubungan Guru dengan Orangtua/wali Siswa :

Guru berusaha membina hubungan kerjasama yang efektif dan efisien dengan Orangtua/Wali siswa dalam melaksannakan proses pedidikan.

Guru mrmberikan informasi kepada Orangtua/wali secara jujur dan objektif mengenai perkembangan peserta didik.

Guru merahasiakan informasi setiap peserta didik kepada orang lain yang bukan orangtua/walinya.

Guru memotivasi orangtua/wali siswa untuk beradaptasi dan berpatisipasi dalam memajukan dan meningkatkan kualitas pendidikan.

Guru berkomunikasi secara baik dengan orangtua/wali siswa mengenai kondisi dan kemajuan peserta didik dan proses kependidikan pada umumnya.

Guru menjunjunng tinggi hak orangtua/wali siswa untuk berkonsultasin dengannya berkaitan dengan kesejahteraan kemajuan, dan cita-cita anak atau anak-anak akan pendidikan.

Guru tidak boleh melakukan hubungan dan tindakan profesional dengan orangtua/wali siswa untuk memperoleh keuntungna-keuntung an pribadi.

(3) Hubungan Guru dengan Masyarakat :

Guru menjalin komunikasi dan kerjasama yang harmonis, efektif dan efisien dengan masyarakat untuk memajukan dan mengembangkan pendidikan.

Guru mengakomodasikan aspirasi masyarakat dalam mengembnagkan dan meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran.

Guru peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat.

Guru berkerjasama secara arif dengan masyarakat untuk meningkatkan prestise dan martabat profesinya.

Guru melakukan semua usaha untuk secara bersama-sama dengan masyarakat berperan aktif dalam pendidikan dan meningkatkan kesejahteraan peserta didiknya.

Guru memberikan pandangan profesional, menjunjung tinggi nilai-nilai agama, hukum, moral, dan kemanusiaan dalam berhubungan dengan masyarakat.

Guru tidak boleh membocorkan rahasia sejawat dan peserta didiknya kepada masyarakat.
Guru tidak boleh menampilkan diri secara ekslusif dalam kehidupam masyarakat.

(4) Hubungan Guru dengan seklolah

Guru memelihara dan eningkatkan kinerja, prestasi, dan reputasi sekolah.

Guru memotivasi diri dan rekan sejawat secara aktif dan kreatif dalam melaksanakan proses pendidikan.

Guru menciptakan melaksanakan proses yang kondusif.

Guru menciptakan suasana kekeluargaan di dalam dan luar sekolah.

Guru menghormati rekan sejawat.

Guru saling membimbing antarsesama rekan sejawat.

Guru menjunjung tinggi martabat profesionalisme dan hubungan kesejawatan dengan standar dan kearifan profesional.

Guru dengan berbagai cara harus membantu rekan-rekan juniornya untuk tumbuh secara profsional dan memilih jenis pelatihan yang relevan dengan tuntutan profesionalitasnya.

Guru menerima otoritas kolega seniornya untuk mengekspresikan pendapat-pendapat profesionalberkaita n dengan tugas-tugas pendidikan dan pembelajaran.

Guru membasiskan diri pada nilai-nilai agama, moral, dan kemanusiaan dalam setiap tindakan profesional dengan sejawat.

Guru memiliki beban moral untuk bersama-sama dengan sejawat meningkatkan keefektifan pribadi sebagai guru dalam menjalankan tugas-tugas profesional pendidikan dan pembelajaran.

Guru mengoreksi tindakan-tindakan sejawat yang menyimpang dari kaidah-kaidah agama, moral, kemanusiaan, dan martabat profesionalnya.

Guru tidak boleh mengeluarkan pernyataan-pernyaan keliru berkaitan dengan kualifikasi dan kompetensi sejawat atau calon sejawat.

Guru tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang akan merendahkan martabat pribadi dan profesional sejawatnya.

Guru tidak boleh mengoreksi tindakan-tindakan profesional sejawatnya atas dasar pendapat siswa atau masyarakat yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Guru tidak boleh membuka rahasia pribadi sejawat kecuali untuk pertimbangan- pertimbangan yang dapat dilegalkan secara hukum.

Guru tidak boleh menciptakan kondisi atau bertindak yang langsung atau tidak langsung akan memunculkan konflik dengan sejawat.

(5) Hubungan Guru dengan Profesi :

Guru menjunjung tinggi jabatan guru sebagai sebuah profesi.

Guru berusaha mengembangkan dan memajukan disiplin ilmu pendidikan dan bidang studi yang diajarkan.

Guru terus menerus meningkatkan kompetensinya.

Guru menjunjung tinggi tindakan dan pertimbangan pribadi dalam menjalankan tugas-tugas profesionalnya dan bertanggungjawab atas konsekuensiinya.

Guru menerima tugas-tugas sebagai suatu bentuk tanggungjawab, inisiatif individual, dan integritas dalam tindkan-tindakan profesional lainnya.

Guru tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang akan merendahkan martabat profesionalnya.

Guru tidak boleh menerima janji, pemberian dan pujian yang dapat mempengaruhi keputusan atau tindakan-tindakan proesionalnya.

Guru tidak boleh mengeluarkan pendapat dengan maksud menghindari tugas-tugas dan tanggungjawab yang muncul akibat kebijakan baru di bidang pendidikan dan pembelajaran.

(6) Hubungan guru dengan Organisasi Profesinya :

a. Guru menjadi anggota aorganisasi profesi guru dan berperan serta secara aktif dalam melaksanakan program-program organisasi bagi kepentingan kependidikan.

b. Guru memantapkan dan memajukan organisasi profesi guru yang memberikan manfaat bagi kepentingan kependidikan.

c. Guru aktif mengembangkan organisasi profesi guru agar menjadi pusat informasi dan komunikasi pendidikan untuk kepentingan guru dan masyarakat.

d. Guru menjunjung tinggi tindakan dan pertimbangan pribadi dalam menjalankan tugas-tugas organisasi profesi dan bertanggungjawab atas konsekuensinya.

e. Guru menerima tugas-tugas organisasi profesi sebagai suatu bentuk tanggungjawab, inisiatif individual, dan integritas dalam tindakan-tindakan profesional lainnya.

f. Guru tidak boleh melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang dapat merendahkan martabat dan eksistensis organisasi profesinya.

g. Guru tidak boleh mengeluarkan pendapat dan bersaksi palsu untuk memperoleh keuntungan pribadi dari organisasi profesinya.

h. Guru tidak boleh menyatakan keluar dari keanggotaan sebagai organisasi profesi tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.

(7) Hubungan Guru dengan Pemerintah :

a) Guru memiliki komitmen kuat untuk melaksanakan program pembangunan bidang pendidikan sebagaimana ditetapkan dalam UUD 1945, UU Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang Tentang Guru dan Dosen, dan ketentuan Perundang-Undang lainnya.

b) Guru membantu Program pemerintah untuk mencerdaskan kehidupan berbudaya.

c) Guru berusaha menciptakan, memeliharadan meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara berdasarkan pancasila dan UUD 1945.

d) Guru tidak boleh menghindari kewajiban yang dibebankan oleh pemerintah atau satuan pendidikan untuk kemajuan pendidikan dan pembelajaran.

e) Guru tidak boleh melakukan tindakan pribadi atau kedinasan yang berakibat pada kerugian negara.

Bagian Empat
Pelaksanaan , Pelanggaran, dan sanksi


Pasal 7

(1) Guru dan organisasi profesi guru bertanggungjawab atas pelaksanaan Kude Etik Guru Indonesia.

(2) Guru dan organisasi guru berkewajiban mensosialisasikan Kode Etik Guru Indonesia kepada rekan sejawat Penyelenggara pendidikan, masyarakat dan pemerintah.

Pasal 8

(1) Pelanggaran adalah perilaku menyimpang dan atau tidak melaksanakan Kode Etik Guru Indonesia dan ketentuan perundangan yang berlaku yang berkaitan dengan protes guru.

(2) Guru yang melanggar Kode Etik Guru Indonesia dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku.

(3) Jenis pelanggaran meliputi pelanggaran ringan sedang dan berat.

Pasal 9

(1) Pemberian rekomendasi sanksi terhadap guru yang melakukan pelanggaran terhadap Kode Etik Guru Indonesia merupakan wewenang Dewan Kehormatan Guru Indonesia.

(2) Pemberian sanksi oleh Dewan Kehormatan Guru Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus objektif.

(3) Rekomendasi Dewan Kehormatan Guru Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilaksanakan oleh organisasi profesi guru.

(4) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan upaya pembinaan kepada guru yang melakukan pelanggaran dan untuk menjaga harkat dan martabat profesi guru.

(5) Siapapun yang mengetahui telah terjadi pelanggaran Kode Etik Guru Indonesia wajib melapor kepada Dewan Kehormatan Guru Indonesia, organisasi profesi guru, atau pejabat yang berwenang.

(6) Setiap pelanggaran dapat melakukan pembelaan diri dengan/atau tanpa bantuan organisasi profesi guru dan/atau penasehat hukum sesuai dengan jenis pelanggaran yang dilakukan dihadapan Dewan Kehormatan Guru Indonesia.

Bagian Lima
Ketentuan Tambahan


Pasal 10

Tenaga kerja asing yang dipekerjakan sebagai guru pada satuan pendidikan di Indonesia wajib mematuhi Kode Etik Guru Indonesia dan peraturan perundang-undangan.

Bagian Enam
Penutup


Pasal 11

(1) Setiap guru secara sungguh-sungguh menghayati,mengamal kan serta menjunjung tinggi Kode Etik Guru Indonesia.

(2) Guru yang belum menjadi anggota organisasi profesi guru harus memilih organisasi profesi guru yang pembentukannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(3) Dewan Kehormatan Guru Indonesia menetapkan sanksi kepada guru yang telah secara nyata melanggar Kode Etik Guru Indonesia.