Rabu, 13 April 2011

Konsentrasi

Sang Guru memancing ikan dikolam belakang pertapaan dengan para pertapa.

Setelah beberapa lama, mereka belum mendapat seekor pun ikan. Beberapa pertapa mulai tampak tak sabar dan jenuh.

Selang beberapa lama, seekor ikan yg cukup besar pun menyantap umpan di kail sang Guru.

Dengan cermat dan waspada, sang Guru segera menarik pancingnya dan membiarkan ikan tangkapan itu menggelepar-gelepar di tanah.

"Lihatlah.... kalian seumpama ikan yang menggelepar-gelepar kian kemari di tanah. Pikiran kalian hanya mengikuti apa yang kalian inginkan. Kekanglah pikiran kalian, dan pusatkan pada satu tujuan. Niscaya kalian akan mendapatkan kepekaan untuk mendapatkan hasil yang berlimpah."

¤¤ Salah satu cara memecahkan masalah adalah jangan memulai dengan mempersoalkan bagaimana masalah itu terjadi, tetapi mulailah dengan bagaimana masalah tersebut dapat terselesaikan ¤¤

Salam
Diana Dwi

Kepemimpinan

Seorang pertapa yang dianggap sebagai ketua para pertapa, mendatangi sang Guru, setelah ia menguji dan mengadakan latihan kepemimpinan bagi pertapa lainnya.

"Guru, saya merasa lega karena ada pertapa lain yang akan menggantikan saya," kata si pertapa.

"Mengapa demikian? Apakah Anda tidak ingin menjadi pemimpin diantara mereka?" uji sang Guru.

"Guru, apa gunanya latihan kepemimpinan yang baru saja diadakan bila akhirnya tidak ada yang menggantikan saya," katanya.

"Aku bangga kepadamu Saudaraku. Aku yakin, Anda telah melakukan apa yang sebaiknya Anda lakukan."

"Apa itu Guru?" Tanya si pertapa.

Sambil menepuk bahu si pertapa, sang Guru berkata,

"Engkau telah memberikan kesempatan kepada pertapa lain untuk mengembangkan diri mereka."

¤¤ Hanya mereka yang bekerja dengan hati, yang dapat memberi inspirasi ¤¤
-Albert Einstein-

Kita belajar bukan untuk hidup, melainkan hidup untuk belajar"

Salam
Diana Dwi

Selasa, 12 April 2011

Cara Mudah Menulis

Salam bahagia nan sejahtera untukmu shahabat. Semoga hari ini menjadi hari baik bagi kehidupan Anda dan saya. Mudah-mudahan setiap nafas dan langkah sedang kita gerakkan, semakin mendekatkan kita menuju cita-cita dan harapan yang kita nantikan.

Ruang private adalah istilah yang diberikan oleh bapak Hernowo, bagi yang memutuskan dirinya untuk berkomitmen mengikat makna (membaca-menulis). Yaitu, ruang yang kita sediakan untuk menuliskan apapun (“sekarang”). Aktivitas menulis setiap ide yang mengalir atau bermunculan di kepala kita. Menulis apa saja, inti yang ingin kita tulis, seperti keinginan mengikat saripati makna. Contoh ; ”Cara mudah menulis itu, dengan menuliskan inti ide (yang tergambarkan, terdengar dan terasa di fikiran) dalam ruang private”.

Nah, setelah kita menuliskan inti ide, biarkan tulisan tersebut tersimpan untuk sementara waktu. Yang penting ia telah tercatat dan terekam dalam tulisan kita. Kemudian, baru kita kembangkan ide tadi, dengan mengggunakan rumus excellent 5w1H. (What, where, when, Who, Why and How)

Berikut ini, saya uraikan contoh cara mengembangkan inti ide yang sudah tertuang di ruang private, dengan menggunakan rumus excellent 5W1H.

What
Ruang private adalah metafora untuk mengungkapkan suatu kondisi hadirnya sebuah ide. Kemudian ide tersebut kita tuangkan dalam bentuk tulisan. Selama menulis, kita tidak memperdulikan tata bahasa, kaidah, struktur, jenis tulisan (fiksi atau nonfiksis), dan hal yang berkaitan dengan aturan-aturan tulis menulis. Tetapi, kita mementingkan ide yang bermunculan itu, dapat kita keluarkan, teridentifikasi, dan tertuang dalam sebuah tulisan. Dan apa yang kita tuliskan itu memiliki makna bagi kita.

Who
Konsep menulis di ruang private ini dipersembahkan oleh Bapak Hernowo kepada siapa saja yang mau mudah menulis dan berkomitmen untuk mengikat proses membaca-menulis menjadi bermakna.

Where
Aktivitas menulis di ruang private, bukan berarti harus dan mesti ruang khsusus, seperti pojok ruangan atau kamar tertentu. Sehingga kita bisa menulis dimana saja. Namun, dalam buku Mengikat Makna Update, Pak Hernowo menyarankan agar kita menyediakan ruang nyata secara khusus (persepsi cara saya memahami). Sampai ruangan tersebut mengikat emosi kita (menjadi bermakna). Sehingga, kapanpun kita berada di ruang itu, bawah sadar kita langsung peka untuk mengeluarkan dan memunculkan ide-ide cemerlang.

When
Karena ruang private tidak mesti ruangan tertentu, maka kita bisa menulis kapanpun. Sehingga, tidak ada waktu khusus pula. Seandainya kita sedang berada di luar rumah, dengan mudah kita masih bisa menulis ide yang datang. Biasanya saya menulisnya di buku Bank Ide dengan konsep Mind-mapping.

How
Sebagaimana saya katakan tadi. Cara menulis di ruang private terserah saya dan Anda, tidak ada aturan baku. Maka, Anda boleh menulis dengan bentuk narasi, point-pointnya saja, atau format Mind-mapping.

Why
Adapun alasan terkuat menulis di ruang private, tiada lain supaya saya dan Anda mudah menulis. Ya, saya telah membuktikan, bahwa menulis di ruang private, bisa menyebabkan saya sangat-sangat mudah untuk menulis. Karena, terbebas dari tekanan psikologis (takut salah). Takut salah dengan aturan-aturan menulis yang pernah saya pelajari di sekolah dan kuliah.

Selamat menikmati dan menulis di ruang private Anda...
Salam
Rahmadsyah Mind-Therapist

Mencari Resep Panjang Usia

Berapa usia rata-rata kita sekarang? Dapat usia 70 tahun sudah termasuk istimewa, apalagi bila masih sehat, masih bisa jalan sendiri kemana-mana, masih bisa makan tanpa pantangan, dan masih mudah melihat dan mendengar apa saja. Dalam 70 tahun itu, kira-kira berapa pengalaman yang dapat kita kumpulkan? Berapa kota yang dapat kita kunjungi? Berapa makanan yang dapat kita cicipi? Berapa orang yang dapat kita ajak berdiskusi? Kita bisa mengukur dari yang kita raih hingga usia kita sekarang. Dan ternyata: sangat sedikit!

Namun ada orang-orang yang pengalamannya jauh melebihi usianya. Dan pada sisi lain, ada orang-orang yang usia kontributifnya jauh melebihi usia biologisnya. Keduanya sama-sama berterimakasih pada apa yang disebut: biografi.

Biografi adalah riwayat tentang orang-orang, baik orang itu sangat terkenal seperti pemimpin politis tertinggi atau artis papan atas, maupun yang kurang terkenal seperti seorang tukang penjaga kuda di pasar (kalau sekarang mungkin tukang parkir). Namun membaca biografi seakan menyerap sari pati pengalaman seseorang. Kalau kita membaca sepuluh biografi, di mana rata-rata tokoh yang diceritakan berusia 70 tahun, maka seakan-akan kita telah berusia 700 tahun. Di sisi lain, kisah-kisah inspiratif dari tokoh yang diceritakan itu akan berkontribusi dalam hidup kita. Itulah yang membuat para tokoh itu seakan-akan hidup lebih panjang dari usia biologisnya.

Tradisi menulis biografi sudah ada sejak zaman Yunani kuno. Namun tradisi ini menguat di zaman Islam, karena ada sebuah kepentingan yang luar biasa, yaitu menjaga kemurnian hadits. Berbeda dengan Qur’an yang terjaga redaksi maupun substansinya dengan bahasa Al-Quran itu sendiri, sehingga kesalahan dapat dikenali dengan sendirinya; hadits tidak memiliki mekanisme itu. Hadits hanya dapat dijaga dengan kredibilitas mata rantai (sanad) periwayatnya (rawi). Dan untuk itu diperlukan informasi tentang semua orang yang menjadi mata rantai, itulah “Ilm ar-Rijaal”, atau “biografi kritis”. Begitu pentingnya ilmu kritik biografi ini, sampai-sampai Ali ibn al-Madini, penulis biografi kritis awal mengatakan, “Mengetahui rawi adalah setengah dari pengetahuan”.

Dan soal rawi ini, ternyata tak hanya relevan untuk ilmu hadits, tetapi juga untuk sains modern, yakni ketika menilai tingkat akurasi data yang dikumpulkan di lab atau di lapangan. Dalam sains modern, ada tiga jenis kebenaran:

Pertama adalah kebenaran deduktif, yakni kebenaran karena hasil kreatifitas. Adalah pasti benar ketika perusahaan Research In Motion (RIM) menyebut produknya “Blackberry”, karena gadget canggih itu hasil kreativitas mereka, jadi mereka punya wewenang penuh menamainya demikian.

Kedua adalah kebenaran induktif, yakni penarikan kesimpulan dari berbagai hal. Kebenaran ini hanya tergantung pada sejauh mana akurasi data yang digunakan dan sejauh mana penarikan kesimpulan itu logis atau tidak mensisakan kejanggalan. Jadi kebenaran induktif tidak tergantung pada siapa yang berbicara, soleh tidak, sarjana tidak, punya wewenang tidak.

Ketiga adalah kebenaran naratif, yaitu menyampaikan data dari medan kenyataan ke pengguna apa adanya. Di sinilah, kebenaran tergantung kepada narator, apakah dia akurat, apakah integritasnya dikenal?

Di zaman modern ini ada ilmuwan-ilmuwan yang dikenal sangat hati-hati dalam menyampaikan data, tetapi ada pula yang justru biasa membungkus data sedemikian rupa – bahkan dengan statistik - untuk tujuan-tujuan tertentu yang tidak etis atau bahkan melanggar hukum. Mereka inilah yang sampai membuat bursa efek hancur, padahal sebelumnya prediksi pertumbuhan ekonomi begitu cerah. Seorang pakar statistik Darel Huff sampai menulis buku “Lie with Statistics” – untuk menelanjangi cara-cara berdusta dengan statistik.

Ilmu kritik biografi dimulai pada generasi tabi’in, seperti dikatakan Muhammad ibn Sirin, “Sebelumnya mereka tak bertanya tentang sanad, sampai akhirnya ada kekacauan pasca kemelut Ali-Mu’awiyah, sehingga mereka bertanya, ‘Sebut para rawimu!’.” Maka ahli sunnah akan diterima haditsnya, sedang ahli bid’ah tidak. Pada generasi setelah itu, rawi yang lemah semakin banyak, sehingga muncul ulama yang mengkhususkan diri pada klarifikasi mutu rawi untuk memisahkan hadits yang asli dari yang palsu.

Menurut Ibn as-Salah, ahli kritik biografi pertama adalah Syu’bah ibn al-Hajjaj, diikuti oleh Yahya ibn Sa’id al-Qattan, Ahman ibn Hanbal dan Yahya ibn Ma’in. Al-Bulqini menambah beberapa nama seperti Ali ibn al-Madini dan Amr ibn Ali al Fallas, lalu Malik ibn Anas dan Hisyam ibn Urwah.

Para rawi itu dinilai dari kondisi: lurus (al-‘adalah) yang menyangkut moral (taqwa) dan kesalehan sosial (al-muru’ah), dan presisi (al-ḍabṭ) yang terkait presisi ingatan dan presisi catatan. Banyak metode evaluasi para narator ini, mulai dari menanyakan tingkat religiositasnya pada ulama lain sezaman, dan kalau sang narator mengatakan dia mendengar hadits dari seseorang yang sudah wafat, maka ditanya kapan bertemunya, di mana, kemudian dibandingkan dengan catatan-catatan lain untuk menguji apakah ceritanya itu akurat. Kalau ceritanya itu bertentangan dengan fakta yang lain, maka seluruh isi narasinya akan menjadi lemah.

Apapun yang terjadi dalam proses ini, maka ilmu biografi menjadi hidup. Dan orang yang menuliskan sejarah pun menjadi hati-hati, agar tidak asal menuliskan apa yang diceritakan seseorang, tetapi juga menguji bahwa orang yang meriwayatkan itu akurat, tidak asal cerita sesuai versi dan kepentingannya.

Hasilnya, ada dua:

Pertama, kita mewarisi sebuah tradisi ilmu untuk menjaga kemurnian penyampaian data, dari para peneliti yang melihat dekat fenomena ke mereka yang sulit atau tidak akan pernah sampai ke fenomena itu. Tradisi ini merasuk baik pada ilmuwan sosial maupun ilmuwan alam, kecuali pada segelintir mereka yang hanya mencari popularitas atau uang dengan cara yang haram.

Kedua, kita mewarisi satu koleksi raksasa biografi orang-orang terdahulu yang luar biasa, yang pengalamannya maupun integritasnya dapat menginspirasi kita.

Alhamdulillah tradisi biografi ini masih berlanjut hingga hari ini. Dr. Muhammad Akram Nadwi, seorang ilmuwan muslim yang mendapat beasiswa dari Oxford Center for Islamic Studies, menulis buku berbahasa Inggris berjudul: Al-Muhaddithat: The Women Scholars in Islam, London and Oxford: Interface Publications; 2007. Buku ini menceritakan biografi ratusan wanita yang bekerja keras berkelana dari satu majelis ilmu ke majelis ilmu yang lain di berbagai penjuru dunia untuk mengumpulkan hadits. Buku itu menunjukkan bukti yang gamblang tentang partisipasi tingkat tinggi para muslimah dalam menciptakan warisan kebudayaan Islam.

Salam
Fahmi Amhar

Olah Raga Bikin Heppy

Jangan buru-buru mengurung diri di kamar atau mengandalkan semangkuk es krim untuk mengurangi stres. Sebenarnya ada cara mudah dan gratis untuk menghilangkan stres sekaligus menyehatkan tubuh, yakni berolahraga. Yang Anda perlukan hanyalah sedikit kemauan untuk mengalahkan malas.

Para pakar kebugaran menyebutkan olahraga merupakan cara sehat untuk melenyapkan bad mood dengan segera. Anda tidak perlu melakukan sesi olahraga di gym, berjalan kaki atau jogging selama 15 menit sudah efektif mengembalikan mood. Bagaimana kegiatan olah tubuh ini mampu mendatangkan rasa bahagia? Begini caranya:

1. Memicu Antidepresan Alami

Olahraga mirip dengan kegiatan bersenang-senang karena aktivitas fisik yang satu ini membuat tubuh memompa neurotransmiter serotonin yang akan mengembalikan mood. Selain itu juga kadar dopamin dan neropinephrine, keduanya adalah pemicu rasa bahagia alami. Berolahraga juga akan membuat tryptophan memasuki otak. Tryptophan adalah asam amino yang bisa meningkatkan level serotonin.

2. Meningkatkan Suhu Tubuh

Olahraga akan memicu sel darah putih melepaskan pirogen, protein yang meningkatkan temperatur tubuh. Sensasi rasa hangat ini sudah terbukti meningkatkan endorfin dalam darah dan mengubah sirkuit di otak, terutama yang mengontrol mood. Olahraga juga memiliki efek menenangkan seperti halnya saat kita berendam air hangat.

3. Mencegah Pikiran Negatif

Saat berolahraga pikiran-pikiran yang sifatnya merusak alias self-destructive bisa dialihkan. "Olahraga akan membantu penguasaan diri dan ini sangat penting untuk mencegah perilaku buruk," kata Keith Johnsgard, PhD penulis buku Conquering Depression and Anxiety through Exercise. Untuk mendapatkan manfaat ini Anda bisa memilih jenis olahraga favorit di masa kecil.

Salam
Ahmad Rizali

Minggu, 10 April 2011

Berhentilah Sekolah Sebelum Terlambat

Jika orientasi pendidikan adalah untuk mencetak tenaga kerja guna kepentingan industri dan membentuk mentalitas pegawai "katakanlah hingga dua dekade ke depan" yang akan dihasilkan adalah jutaan calon penganggur.

Sekarang saja ada sekitar 750.000 lulusan program diploma dan sarjana yang menganggur. Jumlah penganggur itu akan makin membengkak jika ditambah jutaan siswa putus sekolah dari tingkat SD hingga SLTA. Tercatat, sejak 2002, jumlah mereka yang putus sekolah itu rata- rata lebih dari 1,5 juta siswa setiap tahun. Dalam kalimat lain, ada sekitar 50 juta anak Indonesia yang tak mendapatkan layanan pendidikan di jenjangnya.

Jadi, untuk apa sebenarnya generasi baru bangsa bersekolah hingga ke perguruan tinggi? Jika jawabannya agar mereka bisa jadi pegawai, fakta yang ada sekarang menunjukkan orientasi tersebut keliru. Dari sekitar 105 juta tenaga kerja yang sekarang bekerja, lebih dari 55 juta pegawai adalah lulusan SD! Pemilik diploma hanya sekitar 3 juta orang dan sarjana sekitar 5 juta orang.

Jika sebagian besar lapangan kerja hanya tersedia untuk lulusan SD, lalu untuk apa anak-anak kita harus buang-buang waktu dan uang demi melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi?

Sir Ken Robinson, profesor pakar pendidikan dan kreativitas dari Inggris, dalam orasi-orasinya, yang menyentakkan ironisme: menggambarkan betapa sekarang ini sudah terjadi inflasi gelar akademis sehingga ketersediaannya melampaui tingkat kebutuhan. Akibatnya, nilainya di dunia kerja semakin merosot. Lebih dari itu, ia menilai sekolah-sekolah hanya membunuh kreativitas para siswa. Maka, harus dilakukan revolusi di bidang pendidikan yang lebih mengutamakan pembangunan kreativitas.

Paul Krugman, kolumnis The New York Times yang disegani, dalam tulisannya pada 6 Maret 2011, menegaskan fakta-fakta di Amerika Serikat bahwa posisi golongan kerah putih di level menengah "yang selama beberapa dekade dikuasai para sarjana dan bergaji tinggi" kini digantikan peranti lunak komputer. Lowongan kerja untuk level ini tidak tumbuh, malah terus menciut. Sebaliknya, lapangan kerja untuk yang bergaji rendah, dengan jenis kerja manual yang belum bisa digantikan komputer, seperti para petugas pengantaran dan kebersihan, terus tumbuh.

Kreativitas dan Imajinasi

Fakta lokal dan kondisi global tersebut harus segera diantisipasi oleh para pemangku kepentingan dalam dunia pendidikan. Persepsi kultural dan sosial yang mengangankan bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan semakin mudah mendapatkan pekerjaan adalah mimpi di siang bolong!

Namun, jika orientasi masyarakat tetap untuk jadi pegawai, yang harus difasilitasi adalah sekolah-sekolah dan pelatihan-pelatihan murah dan singkat. Misalnya untuk menempati posisi operator, baik yang manual seperti pekerjaan di bidang konstruksi, manufaktur, transportasi, pertanian, ataupun yang berbasis komputer di perkantoran. Untuk itu, tak perlu embel-embel (sekolah) bertaraf internasional yang menggelikan itu karena komputer sudah dibuat dengan standar internasional.

Akan tetapi, kualitas peradaban sebuah bangsa tak cukup hanya ditopang oleh para operator di lapangan. Mutlak perlu dilahirkan para kreator yang kaya imajinasi. Oleh karena itu, seluruh potensi kecerdasan anak bangsa harus dibangun secara lebih serius yang hanya bisa dicapai jika rangsangannya diberikan sejak usia dini. Maka, diperlukan metode pengajaran yang tak hanya membangun kecerdasan visual-auditori-kinestetik, juga kreativitas dan kemandirian.
Kata kuncinya adalah kreativitas dan imajinasi; dua hal yang belum akan tergantikan oleh komputer secerdas apa pun! Zaman terus berubah. Sistem pendidikan dan paradigma usang harus diganti dengan yang baru. Era teknologi analog sudah ketinggalan zaman. Kini kita sudah memasuki era digital.

Itu artinya, konsep tentang ruang dan waktu pun berubah. Hal-hal yang tadinya dikerjakan dalam waktu panjang, dengan biaya tinggi, dan banyak pekerja, jadi lebih ringkas. Maka, tujuan paling mendasar dari suatu sistem pendidikan baru harus bisa membangun semangat cinta belajar pada semua peserta didik sejak awal. Dengan spirit dan mentalitas cinta belajar, apa pun yang akan dihadapi pada masa depan, mereka akan bisa bertahan untuk beradaptasi, menguasai, dan mengubahnya.

Membangun semangat cinta belajar tak perlu harus ke perguruan tinggi. Kini seluruh ilmu pengetahuan sudah tersedia secara digital, bisa diakses melalui komputer di warnet ataupun melalui telepon genggam.

Jadi, cukup berikan kemampuan menggunakan komputer, mencari sumber informasi yang dibutuhkan di internet, dan bahasa Inggris secukupnya karena di dunia maya tersedia mesin penerjemah aneka bahasa yang instan. Anak-anak cukup sekolah 12 tahun saja (mulai dari pendidikan anak usia dini, PAUD)! Mereka tidak usah jadi pegawai. Dunia kreatif yang bernilai tinggi tersedia untuk mereka, sepanjang manusia masih ada.

Salam
Yudhistira ANM Massardi

Makanan Sebagai Obat

”Jadikanlah makanan sebagai obat bagi tubuh kita....” Itu kata ilmuwan Yunani, Hippocrates. Boleh jadi itu semacam slogan karena kini ”desakan” berbagai jenis makanan berhamburan di sekitar kita, dan itu menggoda....

Christopher Emille (38) masih ingat runtutan peristiwa ketika dia terkena serangan jantung, lima tahun lalu. Dadanya tiba-tiba terasa sakit saat berenang. Ketika sakit ini tak kunjung hilang, ia dibawa saudara-saudaranya ke rumah sakit.

Setelah menjalani serangkaian tes, oleh dokter, Emille dinyatakan terkena serangan jantung. ”Saya bisa bertahan karena punya kebiasaan berolahraga,” kata Emille, yang memang hobi berenang jarak jauh.

Peristiwa inilah yang kemudian mengubah kebiasaan Emille meski pola hidup sebelumnya sebenarnya tidak terlalu buruk. Emille khawatir karena di lingkungan keluarganya terdapat riwayat penyakit jantung. Pola makan menjadi lebih diperhatikan. Konsumsi sayur dan buah diperbanyak, terutama yang berjenis organik. Setiap kali minum, Emille selalu memilih air putih.

”Selain terasa lebih sehat, berat badan saya juga turun. Jadi, saya percaya bahwa makanan adalah obat bagi tubuh kita,” tutur Emille. Ia seolah membenarkan dalil yang dikemukakan Hiprocrates itu.

Sadar akan pentingnya pola hidup yang teratur, Emille membentuk Komunitas Organik Indonesia (KOI) untuk menyosialisasikan gaya hidup organik, termasuk kebiasaan mengonsumsi makanan sehat. Anggotanya tak hanya individu yang sudah dan baru berniat menjalankan gaya hidup organik, tetapi juga lembaga dan perusahaan yang bergerak di bidang produk organik.

Pola Makan Sehat

Vonis dokter karena mengidap penyakit tertentu juga memaksa Willy A. Roffi dan Hendra Alimin mengubah pola makan mereka. Tahun 2004, ginjal Roffi dideteksi bermasalah oleh dokter. Kondisi ini terjadi karena Roffi punya kebiasaan jarang minum dan menyukai makanan dengan rasa asin.

”Oleh dokter, saya disuruh mengonsumsi makanan sehat. Akhirnya saya mencari katering dengan menu sehat. Saat itu masih sulit untuk mencari katering makanan sehat. Kalaupun ada, harganya mahal,” tutur Roffi.

Meski mahal, demi kesehatan tubuhnya, Roffi berlangganan katering seharga Rp 70.000 per porsi, di luar ongkos kirim, selama empat bulan. ”Lumayan berat juga, tetapi mau bagaimana lagi, saya ingin sembuh,” kata Roffi.

Pola makan sembarangan juga membuat tubuh Hendra memberikan sinyal adanya penyakit. Sewaktu masih bekerja kantoran, Hendra memiliki kadar kolesterol dan asam urat yang tinggi. Ini terjadi karena dia sering kali tak bisa menghindar ketika mengajak atau diajak teman makan di restoran. ”Kalau sudah makan di restoran, yang dimakan pasti daging,” kata Hendra.

Takut kondisi tubuhnya semakin tak sehat, Hendra mulai memperbanyak konsumsi sayuran. Kebiasaan baru ini cukup terbantu dengan hobinya berkebun.

Hendra dan Roffi kemudian mengembangkan kebiasaan yang mereka lakukan menjadi bisnis yang berpengaruh positif kepada orang lain. Roffi membuka bisnis katering yang diberi nama Katering Hijau Organik.

Katering ini menyediakan berbagai menu dari produk organik untuk mereka yang mengidap penyakit tertentu, ibu menyusui, menu diet, termasuk untuk pengidap autis dan ADHD. Beberapa kali Roffi bahkan menerapkan program subsidi silang dengan memberikan pelayanan katering gratis untuk kalangan bawah.

Adapun Hendra bersama istrinya, Yosefina Skolastika, membuat rumah makan Sedap Alami, yang produknya berasal dari kebun sendiri.

Membiasakan diri mengonsumsi makanan sehat, dalam hal menjadi vegetarian, dijalani Andri (53) dan Budi Dharma Surya. Budi, yang merupakan master yoga, bahkan sudah meninggalkan daging, ikan, dan telur sejak tahun 1978. Budi pun kini merasa lebih sehat karena lebih banyak mengonsumsi sayur dan buah-buahan.

Pola Hidup Sehat

Kebiasaan orang-orang mengonsumsi makanan organik atau menjadi vegetarian dinilai dokter spesialis gizi klinik Samuel Oetoro sebagai pola makan yang baik. Tanpa kebiasaan ini, obesitas menjadi salah satu ancaman yang tak bisa dianggap remeh.

Kolesterol tinggi, darah tinggi, serangan jantung, dan serangkaian kondisi lain yang ditimbulkan dari obesitas membuat obesitas dikategorikan sebagai penyakit. ”Ancaman ini terjadi juga kepada anak-anak. Apalagi dengan banyaknya iklan junk food dan minuman kaleng yang menarik perhatian mereka,” kata Samuel.

Produk organik yang tak tersentuh bahan kimia, dinilai Samuel, memang menjadi bahan pangan yang baik untuk tubuh. Akan tetapi, jika bahan ini masih sulit didapat karena harganya mahal, bukan berarti pola makan sehat tak bisa dilakukan.

”Dengan makanan seadanya yang dijual di sekitar kantor, kita juga bisa makan sehat. Pilih saja makanan yang banyak sayur, seperti gado-gado atau keredok. Jangan milih ayam goreng terus,” ujarnya.

Namun, Samuel mengingatkan, pola makan sehat tak menjamin seseorang bisa hidup sehat dan bugar. Ada empat faktor lain yang juga penting, yaitu berpikir sehat, istirahat sehat, aktivitas sehat, dan lingkungan sehat.

”Semuanya memiliki porsi yang sama untuk mewujudkan pola hidup sehat dan bugar. Tidak ada faktor yang pengaruhnya lebih dominan,” kata Samuel.

Salam
Yulia Sapthiani

Kamis, 07 April 2011

Makna Kerja

MANUSIA itu tempatnya lupa dan alpa. Kegiatan dan kerja rutin sering melenakan, sehingga para karyawan bisa lupa terhadap tujuan-tujuan besar yang ditetapkan oleh manajemen perusahaan.

Lupa terhadap tujuan-tujuan atau visi dan misi perusahaan, akan mengakibatkan perusahaan berjalan limbung. Karyawan akan kehilangan arah dan makna kerja. Kerja akan menjadi rutinitas yang hampa. Kreatifitas dan inovasi berhenti. Jika itu berlanjut, bisa dipastikan kuantitas dan kualitas kerja akan merosot, dan perusahaan gulung tikar!

Kata kuncinya adalah “makna.” Tanpa makna, segala suatu akan jadi tidak menentu, dan lebih dari itu: tidak bermutu. Jadi, kerja tanpa makna adalah kerja tidak bermutu. Lebih jauh lagi: hidup tanpa makna adalah hidup tidak bermutu.

Maka, kita harus segera bertanya untuk memperoleh jawaban atas makna. Pertanyaan paling inti adalah: dari mana datangnya rezeki (pekerjaan) yang kita terima, untuk apa kita bekerja, dan ke mana tujuan akhir dari kerja kita?

Makna kerja yang dipahami selama ini hanyalah bahwa kerja itu kewajiban, dan merupakan ibadah, tanpa pengertian lebih dalam. Sebagai kewajiban, kerja merupakan keharusan untuk mencari nafkah. Tetapi, sebagai ibadah?

Menurut “manajemen Ilahi” – meminjam istilah Ustadz Amin dalam pengajian bulanan kami -- kerja sebagai ibadah adalah kerja profesional dan optimal. “Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.” (QS.Al-Insyiraah: 7-8).

Kerja sebagai ibadah adalah dalam rangka mendapatkan rezeki halal dan mulia di sisi Allah. “Makanlah di antara rezeki yang baik yang telah Kami berikan kepadamu, dan janganlah melampaui batas padanya, yang menyebabkan kemurkaan-Ku menimpamu.” (QS. Thaahaa: 91).

Kerja sebagai ibadah adalah bagian dari gerak hijrah di jalan Allah. “Niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak. Barangsiapa ke luar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul Nya..., maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah.” (QS. An-Nisaa: 100).

Kerja sebagai ibadah adalah, yang sebagian dari hasilnya disedekahkan di jalan Allah. “...orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya...(QS.Al-Anfaal: 3-4).

Wallahu a’lam
Yudhistira ANM Massardi

Creative Writting

Seorang teman dekat mengeluhkan tulisannya banyak diambil oleh orang lain. Kalau nama penulisnya masih ada, itu masih mending. Ini sudah dirampok semua, tak ada nama penulisnya sama sekali. Plagiarisme nampaknya telah menjadi gejala yang luar biasa. Copy paste telah menjadi budaya baru di kalangan generasi muda. Sedikit sekali orang yang menulis dengan tulisannya sendiri. Berusaha keras untuk terus mempertahankan keaslian tulisan. Namun bagi orang kreatif, dia akan terus menerus menulis, dan sangat sulit bagi orang lain mengikuti kelincahannya dalam menulis. Sebab menulis adalah sebuah kebiasaan yang bisa melekat erat dalam alam bawah sadar kita. Menulispun akhirnya telah menjadi sebuah kebutuhan. Kebutuhan untuk menciptakan sendiri dari apa-apa yang dituliskannya. Menulispun akhirnya menjadi indah. Seindah kita memandang danau yang diciptakan oleh sang Maha Kuasa.

Menulis kreatif sebenarnya mudah. kitalah yang membuat susah sendiri. Kita seringkali tak percaya diri dengan kemampuan diri. Kita lebih mempercayai tulisan orang lain. Padahal sebenarnya kita punya potensi untuk itu. Hanya saja diperlukan sebuah kreativitas agar tulisan kita menarik, dan membuat orang interest dengan tulisan-tulisan kita. Terjadilah proses interaksi antara penulis dengan pembaca.

Creative writting atau menulis kreatif harus mulai dilatihkan dari sekarang bila kita ingin menjadi penulis kreatif. sering membaca tulisan orang lain akan menginspirasi kita membuat sesuatu yang berbeda. inovasipun akhirnya kita luncurkan, dan menarik minat orang lain untuk membaca tulisan kita.

Adanya blog di internet jelas sangat menguntungkan kita untuk belajar menjadi penulis yang kreatif. Di dalam blog kita bisa berlatih menulis. Menulis apa yang disenangi, dan menulis apa yang dikuasai. Kita bebas merdeka dalam berkreativitas, dan berinovasi, namun tetap bertanggung dengan tulisan-tulisan yang dibuat. Kita pun pada akhirnya menjadi cermat dalam memilah, dan memilih kata serta menjadi bijak dalam memposting setiap tulisan. Ada proses editing yang harus kita lakukan sebelum akhirnya kita memutuskan untuk mem-publish-kannya ke ranah maya. Berpikir sebelum memposting adalah sebuah kebijaksanaan agar tulisan yang dibuat bermanfaat buat orang banyak.

Kembali kepada keluhan teman saya di atas. Tulisannya banyak diambil oleh orang lain. Diapun mengeluh karena tulisannya sudah dibajak oleh orang lain. Kalau kita sendiri yang mengalaminya, tentu kita juga akan marah, tetapi ketika kita menjadi orang yang bijak, maka kita akan tersenyum bangga karena ternyata tulisan kita telah bermanfaat buat orang yang membajak tulisan kita itu. Ikhlaskan saja, dan buat lagi yang baru.

Penulis kreatif tak akan pernah kehabisan ide. Sebab dia akan seperti mata air yang terus menerus mengalir sampai jauh. Diambil dan terus diambil airnya, tetapi tak pernah habis. Semakin diambil, semakin jernih airnya.

Di dalam dunia blog, kita akan menjadi seorang blogger bila kita telah memiliki blog pribadi. Jadikan blog pribadi kita seperti mata air yang terus menerus mengeluarkan air. Dari blog kita itu mengalir dengan deras tulisan-tulisan yang kreatif, dan membuat orang banyak terkagum-kagum dengan tulisan kita.

Tak usahlah merasa malu. Pede aja lagi. Tulisanmu akan menjadi wajahmu dalam dunia maya. Bila tulisanmu menarik, maka kamu akan menjadi magnet yang akan mampu menarik pasir-pasir magnet ke dalam blogmu itu. Pasir-pasir magnet itu adalah para netter yang haus akan informasi baru, dan tulisanmu pun pada akhirnya akan terus ditunggu pembaca setiamu.

Content is the king
Pertahankan konten dalam blog yang kamu kelola dengan baik. Jangan biarkan blog yang sudah dibuat tak terupdate lagi. Bahkan banyak diantara kita yang sudah lupa login dan passwordnya. Kalau sudah begitu jadilah blog kita menjadi sampah abadi dalam dunia maya.

Sampah akan bisa membawa berkah di tangan orang yang kreatif. Jadi jangan biarkan sampah-sampah informasi menguasai dunia maya. Kita harus kreatif dalam menulis. Seperti halnya Raditya Dika, dan bena blog dengan gayanya yang super ngocol, konyol, dan banyol, tidak justru membuatmu tolol, tetapi justru disitulah nilai keunikan yang kamu tuliskan.

Penulis kreatif akan selalu dicari, dan terus dicari sepanjang jaman. Tulisannya akan terus laku, dan tak mudah layu. Hanya persoalannya tidak mudah menjadi penulis kreatif. Di jaman yang serba instan saat ini, banyak orang yang tak mau bersusah payah membangun gaya menulisnya sendiri. Dia lebih senang menjadi pengekor ketimbang pelopor.

Orang kreatif selalu menciptakan hal-hal baru. Dia akan berusaha menjadi pelopor dalam inovasi terbaru. Kreatif dan inovasi akan menjadi sesuatu yang berbeda manakala kita mampu menyatukannya. Masalahnya tak mudah untuk melakukannya, diperlukan kerja cerdas, dan kerja keras untuk mewujudkannya.

Akhirnya, creative wriiting akan bisa kamu gelontorkan dengan kencang bilamana kamu mampu melawan kemalasan diri. Ayo buang jauh-jauh dari dalam dirimu untuk merampok hak cipta orang lain. Bila kamu ingin mengambilnya, ijinlah terlebih dahulu, dan lakukan inovasi dari tulisan yang kamu ambil. Ajak otakmu untuk berpikir kreatif, dan biasakan mengolahragakan otak dengan menulis. Bila otak telah terbiasa berolahraga, maka tulisan kreatif akan dengan sendirinya mengalir menjadi sebuah karya tulis yang menarik minat pembaca.

Salam blogger persahabatan
Omjay

Pemimpin

Sepeninggal Nabi Muhammad saw, sejarah Islam memberikan empat teladan kepemimpinan yang kuat. Teladan utama tentulah Abu Bakar ash-Shiddiq, khalifah pertama (632-634).

Pada pidato pelantikannya yang memukau, ia sudah meletakkan dasar-dasar kepemimpinan yang lurus:

"Wahai manusia, aku telah diberi tanggungjawab untuk memimpin kalian, dan aku
bukanlah orang yang terbaik di antara kalian. Kalau aku berlaku benar, bantulah
aku. Dan jika aku berlaku salah, maka luruskanlah diriku... Taatilah perintahku
yang tidak menyalahi perintah Allah dan rasul-Nya. Dan jika aku berbuat maksiat,
maka jangan sampai kalian taati perintahku
. ”

Abu Bakar mengikuti kesahajaan kehidupan Nabi dengan disiplin ketat. Ia selalu berkata benar. Ia pun berani melawan kemungkaran: tegas memerangi kaum murtad dan para nabi palsu, serta para pembangkang yang menolak membayar zakat.

Umar bin Khattab, khalifah kedua(634-644) adalah teladan dalam penegakan hukum dan keadilan, termasuk terhadap anaknya sendiri. Meskipun di masa pemerintahannya kejayaan Islam meluas hingga meliputi separuh dunia, ia pun hidup sangat sederhana.

Ia berhasil membangun sistem administrasi pemerintahan yang luas dan rumit. Ia juga memulai proses kodifikasi hukum Islam, dan menetapkan penanggalan Islam dimulai dari peristiwa hijrah.

Teladan ketiga ialah Umar bin Abdul-Aziz, khalifah Bani Umayyah yang berkuasa pada usia sekitar 35 tahun (717-720). Ia meneguhkan kembali kehidupan yang bersahaja, kepemimpinan yang lurus, adil, dan tegas.

Sehingga, dalam pemerintahannya yang singkat, rakyat hidup tenang dan makmur. Dikabarkan, di masa itu, tidak ada satu pun warga yang layak mendapatkan zakat,
karena semuanya hidup berkecukupan. Tetapi, sebagaimana Nabi, Abu Bakar dan Umar
bin Khattab, ketika meninggal, iapun dalam keadaan “miskin” tanpa harta warisan. Ia tidak memilih dunia, melainkan surga.

Pemimpin keempat yang mengagumkan ialah Abdurrahman bin Muawiyahalias Abdurrahman ad-Dakhil. Ia berkuasa sebelum usia 30 tahun, namun di bawah pemerintahannyalah (756-787), dari Andalusia (Spanyol), Islam memberikan cahaya benderang ke seluruh dunia. Memberikan kemakmuran kepada rakyat, dan menjadikan negerinya sebagai sumber segala ilmu yang kelak membuat seluruh Eropa bangkit dari kegelapannya. Itulah (salah satu) masa, ketika Islam menjadi rahmat bagi alam semesta.

Kini, kita, di tengah kemerosotan akhlak dan lemahnya kepemimpinan umat, adakah yang berani meneladani mereka? Lebih dari itu, sungguh-sungguhkan umat Islam
Indonesia ingin mengubah nasib kaumnya, dengan memilih pemimpin yang benar?

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.” (QS. Al-Anfaal [8]:27).

Wallahu a’lam.
Yudhistira ANM Massardi

Senin, 04 April 2011

Membaca itu Makanan Sehari-hari

Ada anak Sekolah Dasar (SD) sedang membaca buku di perpustakaan. Asyik sekali, bahkan ada temannya yang ingin bertanya sesuatu pun tidak dianggapnya. Ia memilih fokus berlayar bersama buku yang sedang dibacanya. Saking terlalu fokusnya, bel tanda masuk pun tidak didengarnya. Itulah membaca. Jika kita menghayati, menyenangi, menjadikannya sebagai hobi, membaca seperti makanan yang lezat. Makanan yang tidak membuat bosan, walau ia santap setiap hari.

Lalu ada yang beralasan membaca itu membosankan, dan membuat kita mengantuk. Alasan itu berjawab karena kita belum terbiasa. Maka wajar, kita menganggapnya bosan dan membuat mata lelah. Ibaratnya ketika berada di lingkungan yang baru kita tempati. Rasanya tidak enak, risih. Tetapi karena setiap hari menempati lingkungan itu, kita menjadi terbiasa. Apalagi kita berusaha enjoy. Membaca pun demikian.

Bahkan ada seseorang yang sangat gemar membaca, sampai ia tidak bisa tidur. Akhirnya ia habiskan waktunya untuk membaca buku yang ia punyai. Lalu, apakah dengan demikian membaca hanya menghabiskan waktu dengan percuma? Jawabannya, tentu tidak. Membaca adalah aktivitas mulia. Karena membaca adalah sebuah anjuran. Tentunya sebagai manusia bisa menempatkan situasi. Membagi waktu antara membaca dan melakukan kewajiban.

Aktivitas membaca untuk sementara ini bagi masyarakat Indonesia masih menjadi aktivitas yang kerap diabaikan. Maka tidak mengherankan jika kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia jika dibandingkan dengan negara lain sangat jauh berbeda. Membaca itu memupuk otak kita, oleh sebab itu membaca itu kebutuhan bagi otak kita. Jika tidak kita pupuk, seperti halnya tanaman akan mudah terserang hama yang mematikan.

Ada anekdot mengatakan demikian, "jalannya orang berduit itu berbeda dengan jalannya orang tak berdiut (miskin)". Penulis pun memberanikan diri membuat anekdot demikian, "cara bertuturnya orang gemar membaca berbeda dengan bertuturnya orang tak gemar membaca". Hal itu harus diakui. Orang yang gemar membaca bertuturnya cenderung sistematis dan jika berargumen selalu diselingi dengan referensi tepercaya. Tidak membual alias omong kosong. Tetapi bagi orang yang jauh dari bacaan, pandai ngomong, namun cenderung `tong kosong'.

Sayangnya hingga sekarang ini, kaum terdidik (pelajar) enggan menjadikan perpustakaan kota, daerah atau sekolah sebagai tempat paling nyaman. Mereka lebih memilih mengistirahatkan diri ke kantin, pacaran, atau bersendau gurau tidak jelas temanya dengan bergerombol di beberapa sudut tempat. Apakah itu salah? tentu tidak, tetapi akan lebih baik jika waktu luang yang kita punyai digunakan untuk mengasah otak.

Jika kondisi demikian (miskin membaca) semakin berlanjut. Mimpi untuk menyejajarkan diri dengan negara maju, seperti Jepang misalnya, perlu waktu yang sangat lama. Atau lebih kasar lagi, tidak mungkin menyejajarkan diri. Tidak dimungkiri mereka maju karena pendidikan, etos kerja yang tinggi, serta etos `membaca' yang tinggi pula.

Sudah tak terhitung lagi, berapa orang menulis tentang kebiasaan orang Jepang di manapun tempat selalu membiasakan diri membaca. Mungkin penulis menjadi urutan keseribu orang yang menulis tentang hebatnya masyarakat Jepang dalam hal aktivitas membaca.

Sudah tak terhitung pula bukti sukses seseorang berkat aktivitas membacanya yang tergolong tinggi. Lalu apakah kita masih meremehkan budaya baca? Sedari dini, mari sisihkan uang jajan, penghasilan yang kita miliki untuk berburu bahan bacaan. Buku, majalah, browsing, koran, dan lainnya. Jika Anda telah menemukan nikmat dan manfaat dari membaca, ajak orang lain. Mengajak orang untuk melakukan hal baik itu merupakan perbuatan positif.

Dalam agama Islam sendiri, membaca menjadi poin tersendiri dalam amalan ibadah. Tercantum dalam Al Quran surat Al Alaq, berbunyi Iqra' bismirabbikalladzi khalaq. Yang memiliki arti "Bacalah dengan atas nama Tuhanmu yang menciptakan'. Ayat tersebut menjadi bukti otentik sebagai penguat bahwa aktivitas membaca pun disebutkan di dalam kitab suci yang merupakan kalam Tuhan yang kudus. Ayo membaca, kita buka pintu dunia, kita jelajahi lebat hutan dunia, kita selami dalamnya lautan dan jejahi angkasa raya, kita buka lembar cakrawala.

Salam
Wahyu Prasetiyo

Renungan di Negeri 1001 Masalah

Orang tua dan sekolah paling khawatir jika anaknya tidak pintar. Kita tidak pernah khawatir jika anak kita tidak jujur dan Berahklak atau berkarakter. Tidak ada tempat bagi raport anak disekolah untuk masalah karakter melainkan hanya sebatas kolom Alpha-Ijin dan Sakit. Ukuran akhlak atau karakter bagi anak kita adalah sebatas seberapa banyak dia Alpha dan Ijin.

Kita gencar melakukan Remedial bagi nilai-nilai anak kita yang merosot dibawah standar, namun kita tidak pernah sibuk melakukan REMEDIAL bagi Karakter anak yang dibawah standar. Kita sibuk mengirim anak kita ke kursus dan les agar nilai kepintaran anak kita meningkat, tapi kita santai-santai saja melihat nilai akhlak anak kita yang merosot jauh dibawah standar.

Padahal kita sudah punya contoh yang "terang benderang", gamblang segamblang-gamblangnya tentang sebuah negeri, yang orang2nya pintar tapi tidak jujur dan berkarakter. Namun sayangnya kita masih tidak juga sadar. Raport zaman kita dulu bersekolah dan Raport zaman anak kita bersekolah sekarang masih sama saja, nilai karakter yang tercermin di raportnya masih sebatas kolom Alpha-Ijin & Sakit.

Dalam kehidupan nyata kita mendapati bahwa untuk bisa menjadi seorang pembantu rumah tangga saja agar bisa bisa di cintai oleh majikannya, yang dibutuhkan bukanlah KEPINTARANNYA melainkan karena ia JuJur dan Rajin. Jujur dan rajin adalah sebagian kecil saja dari unsur karakter. Jika anda Bos, saya yakin dan bisa di jamin pasti lebih suka memilih Assisten yang jujur ketimbang yang pintar tapi tidak jujur.

Tapi sayangnya mengapa kita belum juga sadar, bahwa dengan Karakter atau Ahlak orang bisa menjadi Mulia, Besar, Terkenal & menjadi Panutan manusia sepanjang Zaman. Kita memuja dan memuji orang yang berakhlak mulia ini disetiap doa kita, namun setelahnya kembali lagi fokus pertanyaan kita pada anak adalah ada PR gak hari ini! Berapa nilai ujian remedial kamu dan bukan berapa banyak kebaikan yang telah kamu lakukan hari ini? Tidak ada remedial bagi karakter atau akhlak anak yg dibawah standard.

Kita rindu pemimpin bangsa yang berkarakter seperti Bapak Pendiri Bangsa ini, tapi bagaimana mungkin pemimpin yang seperti ini akan datang di negeri ini...? Jika anak-anak kita terus di didik untuk mendapatkan nilai yang tinggi dan bukan karakter yang mulia?? Bagaimana mungkin ia akan hadir jika target2 sekolah dan Pengambil Kebijakan di Negeri 1001 masalah ini masih pada hasil ujian & nilai yg tinggi bukan akhlak yang tinggi dan mulia?

Semoga kita segera tersadarkan atas kekeliruan kita selama ini dalam mendidik putra-putri kita tercinta dirumah dan disekolah. Agar negeri ini bisa segera keluar dari 1001 masalah yang setiap hari terus mendera silih berganti tanpa jelas kapan akan berakhir.

Jika seandainya pemimpin di Negeri 1001 masalah tersebut belum juga mau berubah, mengapa kita tidak memulainya dari merubah keluarga kita sendiri..? Jika kita mau pasti BISA !!!! dan bukannya seandainya saya bisa PASTI MAU.

Salam
Yusuf Mansur

Minggu, 03 April 2011

Keteladanan Seorang Pemimpin

Bila anda menjadi seorang pemimpin atau anda mendapat amanah menjadi seorang pemimpin, maka anda harus mampu mawas diri. Tidak sombong, dan memiliki kerendahan hati. Harus berani dikritik, dan siap menerima kecaman dari bawahan. Tetapi yakinlah bila anda mampu memberikan keteladanan atau contoh yang baik kepada orang-orang yang anda pimpin, maka mereka pun akan sungkan dengan anda. Merekapun akan malu bila tak seide dengan pemimpinnya. Sebab keteladanan adalah cara jitu dalam memimpin.

Sekarang ini, banyak pemimpin yang mau benarnya sendiri. Tak peduli dengan omongan orang bawahan. Padahal, seorang pemimpin itu harus lebih banyak mendengar, dan melayani dengan sepenuh hati orang-orang yang dipimpinnya. Bukan justru minta dilayani, dan banyak ngomongnya.

Bila kita mampu memberikan contoh yang baik, dan satu kata antara perkataan dan perbuatan, maka orang yang dipimpin oleh anda akan takluk dan tunduk dengan kepemimpinan anda. Tetapi bila anda tak banyak memberikan contoh, lalu selalu menyalahkan bawahan anda, maka apapun yang anda katakan akan disepelekan. Orang betawi bilang, “Kagak Ngepek”. Artinya, omongan pemimpin sudah tidak didengar lagi oleh orang yang dipimpinnya. Kalau sudah begitu, seorang pemimpin harus instrospeksi diri. Bacalah istighfar memohon ampun kepada Allah.

Keteladanan seorang pemimpin saat ini mungkin menjadi barang langka di negeri ini. Menjadi pemimpin di negeri ini bukan untuk melayani, tetapi justru minta dilayani. Kalau ada urusan duit, maka pemimpin yang seperti itu akan berdiri di depan, dan bila tak ada duitnya dia akan lesu tak bernafsu.

Keteladanan seorang pemimpin sebenarnya ada dalam diri kita. Misalnya bila kita beragama Islam, maka setiap kali mendengar suara adzan dilantunkan dari rumah Allah, maka segeralah berhenti dari pekerjaan. Lalu lakukan sholat berjamaah. Dengan sholat berjamaah selain pahalanya berlipat ganda, di situ ada kedispilinan soal waktu. Kita menjadi tepat waktu dalam menegakkan sholat. Bila pemimpin yang tak amanah, maka cuek saja bila suara adzan terdengar. Baginya, pekerjaannya adalah Tuhannya.

Contoh pemimpin yang baik adalah tepat waktu, dan tidak membiarkan orang lain menunggu. Baginya waktu bagaikan pedang. Bila tak tepat waktu, maka dia tak akan memberikan keteladanan yang baik. Itu baru soal waktu, dan belum soal lainnya. Tidak mudah menjadi seorang pemimpin yang tepat waktu.

Keteladanan adalah kunci pendidikan sepanjang masa. Siapa yang mampu memberikan contoh yang baik, maka dia akan menjadi seorang pemimpin yang sejati. Tak perlu banyak omong cukup keteladanan saja.

Menjadi seorang pemimpin selain memberikan contoh dan tauladan yang baik, Dia juga sudah harus siap untuk mendapatkan masukan dan saran dari bawahan ke arah perbaikan kinerjanya. Bila ada bawahan yang mengkritiknya, justru dia bersyukur. Bukan justru mencari-cari kesalahan orang yang mengkritiknya.

“Barang siapa yang memberikan contoh yang baik dalam Islam maka baginya pahala atas perbuatan baiknya dan pahala orang-orang yang mengikutinya hingga hari kiamat. Yang demikian itu tidak menghalangi pahala orang-orang yang mengikutinya sedikitpun. Dan barang siapa yang memberikan contoh yang buruk didalam Islam maka baginya dosa atas perbuatannya dan dosa orang-orang yang mengikutinya hingga hari kiamat. Yang demikian itu tanpa mengurangi sedikitpun dosa orang-orang yang mengikutinya” (HR Muslim).

Sungguh hadits ini mengingatkan kita untuk selalu berhati-hati dalam memberikan contoh, apalagi sebagai orang tua yang telah memiliki anak. Kita dituntut lebih hati-hati dalam memberikan contoh. Sengaja atau tidak, ada efek negatif maupun positif. Kesalahan dalam membentuk karakter anak misalnya tanpa sengaja dapat terjadi dengan keteladanan yang buruk. Akibatnya bisa fatal, yaitu membentuk karakter yang rusak. Anak kita pun tak menjadi anak yang sholeh.

Sebagai seorang pendidik saya berusaha keras untuk memberikan keteladanan di depan peserta didik. Bila saya tak memberikan contoh yang baik, maka anak-anakpun akan “mencla-mencle” bila bertemu dengan saya. Keteladanan dalam dunia pendidikan adalah sangat penting, apalagi kita sebagai orang tua yang diamanahi Allah berupa anak-anak, maka kita harus menjadi teladan yang baik buat anak-anak. Kita harus bisa menjadi figur yang ideal bagi anak-anak. Kita harus menjadi panutan yang bisa mereka andalkan dalam mengarungi kehidupan ini.

Para pembaca yang saya banggakan. Keteladanan seorang pemimpin akan terlihat ketika dia marah. Pada saat itulah sebenarnya musuh utamanya. Seorang pemimpin yang tak mampu menahan marah, maka sesungguhnya dia bukanlah seorang pemimpin.

Keteladanan sangat kita butuhkan sekarang di semua sisi kehidupan, baik berkaitan dengan diri sendiri, keluarga, lingkungan sekitar, sekolah, masyarakat, umat, negara dan bangsa. Keteladanan yang kita lihat saat ini sudah mulai berkurang sehingga tatanan negara, bangsa, umat dan keluarga akhir-akhir ini menjadi sangat buruk. Tentu kita prihatin akan hal ini.

Solusinya adalah mari menjadi seorang pemimpin yang mampu memberikan keteladanan, dan itu dimulai dari diri kita sendiri. Tak perlu sibuk mencari kesalahan orang lain, karena sesungguhnya kita yang masih banyak kekurangannya dalam memimpin. Terutama memimpin diri kita sendiri.

Bila anda sudah menjadi orang tua, maka jadilah orang tua yang mampu memberikan keteladanan untuk anak-anak kita. Karena keteladanan seorang ayah dan ibu yang baik, maka sang anak bisa menjadi anak yang shaleh, berbakti dan mampu menyenangkan kedua orang tuanya.

Bila anda seorang guru, maka jadilah guru yang mampu memberikan keteladanan. Karena keteladanan seorang guru dan pengajar, seorang murid/siswa mampu dididik menjadi pelajar yang tidak hanya pintar dalam hal akademik namun berbudi luhur. Cerdas Otak dan cerdas watak.

Bila anda pemimpin instansi, berilah keteladanan bawahan anda. Karena keteladanan seorang pimpinan di instansi, seorang bawahan akan mengerti cara-cara bekerja yang baik dan efektif untuk melayani kepentingan masyarakat. Bila anda seorang dai, berilah keteladan yang baik berupa tindakan dan bukan ucapan semata. Karena keteladanan pulalah dari seorang dai, umat akan merasakan langsung aplikasi dari semua ceramah ataupun tausyiah yang telah disampaikan oleh dai tersebut.

Bila anda seorang presiden, maka jadilah presiden yang mampu memberikan keteladanan. Karena keteladanan dari seorang pemimpin bangsa, maka rakyat akan bersemangat dalam membangun bangsanya menyongsong pembangunan di era sekarang. Terkadang, tidak dibutuhkan sesuatu yang sulit untuk memberi contoh kepada orang lain selain modal Keteladanan.

Oleh karena itu keteladanan seorang pemimpin harus ada dalam diri kita masing-masing. Setiap diri kita adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan diminta pertanggungjawabannya di akhirat kelak. Mari mencontoh baginda nabi Muhammad SAW dalam memberikan keteladanan. Jadikan sifat Siddiq, tabligh, amanah, dan fathonah (STAF) ada dalam diri kita sebagai seorang pemimpin.

Salam Blogger Persahabatan
Omjay

Revolusi Putih

Teriakan "merdeka" itu bebas. Menggema hingga ke tulang sumsum setiap nyawa di Republik ini. Tetapi sejak merdeka pada 17 Agustus 1945, negara ini tidak betul-betul merdeka. Ukurannya sangat sederhana. Indonesia masih menyimpan belasan juta anak-anak putus sekolah dan 31 juta orang paling miskin dan tak kurang dari 40 juta "setengah miskin." Sewaktu-waktu mereka bisa tergelincir menjadi miskin.

Tidak harus kaya untuk bisa benar-benar merdeka. Para pendiri Republik mengingkan rakyatnya hanya sejahtera lahir batin. Hingga 66 tahun merdeka dari penjajahan, bangsa ini justru terpuruk pada perang kekuasaan. Perebutan kekuasaan dilakukan mulai dari pusat ibu kota, provinsi, kabupaten/kota hingga ke pelosok-pelosok desa. Rakyat terombang-ambing dalam ketidakpastian politik.

Elite penguasa yang mewakili rakyat di parlemen dan eksekutif hanya menghabiskan energinya di meja perdebatan dan saling curiga. Rakyat diajak untuk menggunjing dan berburuk sangka. Sesekali diajak demo dan gontok-gontokan. Publik diracuni pikiran untuk saling bermusuhan, saling menghujat, dan menjatuhkan. Suasana bangsa menjadi benar-benar "democrazy".

Akhirnya tujuan didirikannya Republik ini diabaikan. Berkurangnya angka kemiskinan hanyalah permainan angka. Meningkatnya kelas menengah cuma statistik sunyi. Pertumbuhan ekonomi berhenti pada bab laporan kementerian yang disusun di rak perpustakaan. Republik ini belum ke mana-mana.

Saatnya kita kibarkah Revolusi Putih. Revolusi yang bergerak untuk meningkatkan kualitas rakyat melalui pendidikan. Siapa pun kita, saatnya membuang jauh-jauh pertikaian, rebutan kekuasaan, memuntahkan dendam, iri, dan saling menjatuhkan. Saatnya kita bergandengan tangan, mengibarkan panji-panji pendidikan sebagai pilar utama perjuangan bangsa.

Tirulah Irlandia. Dari negeri miskin, Iralandia kini menjadi kekuatan baru Eropa. Padahal negerinya tak kaya seperti kita. Buminya tak semakmur kita. Daratannya tak seluas milik kita. Orangnya pun tak sebanyak kita. Tapi Irlandia punya semangat. Punya pemimpin yang bisa membakar semangat rakyatnya untuk maju.

Pemerintah Irlandia membuka seluas-luasnya sekolah dan perguruan tinggi. Semua rakyat harus sekolah tanpa dipungut biaya alias gratis. Investasi besar-besaran dilakukan. Dan dalam satu generasi, Irlandia tampil sebagai pemenang. Irlandia menjadi kekuatan baru dengan GDP mengalahkan negara-negara Eropa seperti Jerman dan Perancis.

Beri kesempatan kepada anak-anak muda untuk belajar. Buka sekolah pemerintah mulai pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi dengan subsidi negara. Jangan ada lagi pendidikan mahal. Bangun sistem pendidikan semurah-murahnya agar setiap rakyat bisa belajar. Jika kelak mereka pintar, mereka bisa menciptakan sendiri pekerjaan dan menghapus buku kemiskinan. Ayo anak muda, kita harus merebutnya...!!!

Ayo bangun kekuatan, tumbuhkan profesionalitas, mutu, lalu kita rebut semua kesempatan agar kita yang muda, yang menentukan perubahan!

Jangan pernah loyo, kendor semangatnya, dan putus asa. Bangsa ini memerlukan kita. Orang-muda yang aktif, yang berani. Sejarah hanya ditentukan oleh mereka yang berani. Tidak ada yang mengenal Mbah Maridjan jika ia tidak berani. Tidak ada yang tahu Che Guevara jika ia tak berani. Tidak ada yang tahu Soekarno jika ia tidak berani.

Revolusi harus terjadi di dunia pendidikan. Sekarang, ya sekarang kita mulai, saat ini kita mempersiapkan diri. Hari ini kita busungkan dada untuk membangun semangat. Tidak boleh ada yang takut atau pasrah pada keadaan. Ayo bangkitlah anak-anak muda.

Bangkitlah guru-guru bangsa penentu revolusi kemajuan Republik Indonesia. Kita pasti bisa. Kita pasti menang. Kita pasti bisa mengubah keadaan. Kita tak mungkin kalah karena kita punya semangat pantang menyerah!!!

Salam
Bli Fajar