Kamis, 07 April 2011

Makna Kerja

MANUSIA itu tempatnya lupa dan alpa. Kegiatan dan kerja rutin sering melenakan, sehingga para karyawan bisa lupa terhadap tujuan-tujuan besar yang ditetapkan oleh manajemen perusahaan.

Lupa terhadap tujuan-tujuan atau visi dan misi perusahaan, akan mengakibatkan perusahaan berjalan limbung. Karyawan akan kehilangan arah dan makna kerja. Kerja akan menjadi rutinitas yang hampa. Kreatifitas dan inovasi berhenti. Jika itu berlanjut, bisa dipastikan kuantitas dan kualitas kerja akan merosot, dan perusahaan gulung tikar!

Kata kuncinya adalah “makna.” Tanpa makna, segala suatu akan jadi tidak menentu, dan lebih dari itu: tidak bermutu. Jadi, kerja tanpa makna adalah kerja tidak bermutu. Lebih jauh lagi: hidup tanpa makna adalah hidup tidak bermutu.

Maka, kita harus segera bertanya untuk memperoleh jawaban atas makna. Pertanyaan paling inti adalah: dari mana datangnya rezeki (pekerjaan) yang kita terima, untuk apa kita bekerja, dan ke mana tujuan akhir dari kerja kita?

Makna kerja yang dipahami selama ini hanyalah bahwa kerja itu kewajiban, dan merupakan ibadah, tanpa pengertian lebih dalam. Sebagai kewajiban, kerja merupakan keharusan untuk mencari nafkah. Tetapi, sebagai ibadah?

Menurut “manajemen Ilahi” – meminjam istilah Ustadz Amin dalam pengajian bulanan kami -- kerja sebagai ibadah adalah kerja profesional dan optimal. “Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.” (QS.Al-Insyiraah: 7-8).

Kerja sebagai ibadah adalah dalam rangka mendapatkan rezeki halal dan mulia di sisi Allah. “Makanlah di antara rezeki yang baik yang telah Kami berikan kepadamu, dan janganlah melampaui batas padanya, yang menyebabkan kemurkaan-Ku menimpamu.” (QS. Thaahaa: 91).

Kerja sebagai ibadah adalah bagian dari gerak hijrah di jalan Allah. “Niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak. Barangsiapa ke luar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul Nya..., maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah.” (QS. An-Nisaa: 100).

Kerja sebagai ibadah adalah, yang sebagian dari hasilnya disedekahkan di jalan Allah. “...orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya...(QS.Al-Anfaal: 3-4).

Wallahu a’lam
Yudhistira ANM Massardi

Tidak ada komentar: