Minggu, 18 Januari 2009

Info Bencana Alam lewat telematika

Oleh: Vandha
Mendengar berita tentang Presiden ingin memasukkan Tsunami dalam Kurikulum, saya menjadi geli dan senyam-senyum. Sebelumnya juga digagas Korupsi agar masuk ke dalam kurikulum. Kalo begni, otak siswa bisa pecah menerimanya !!!
Sebagai perbandingan, di Madrasah Aliyah sekarang saja sudah ada 20an Mata Pelajaran (M.P.), padahal materi dan pemanfaatannya juga gak optimal. Banyak materi yang dinilai tumpang tindih, kurang bermanfaat bagi kehidupan siswa kelak dan mubazir serta mahal.
Terkait dengan Bencana Alam …
Dengan Telematika (Teknologi Informasi dan Komunikasi) sekarang, pemerintah bisa menggunakan berbagai macam media untuk penyebaran info penting khusunya untuk tanggap terhadap bencana alam. Salah satu yang paling mudah adalah SMS konten kepada masyarakat. Jadi bukan hanya SMS iklan melulu, ringtone, terkadang membodohi dengan segala macam Quiznya.


Registrasi 4444 bisa dioptimalkan …
Andai saja pendaftaran 4444 saat registrasi kartu perdana dibuat sedemikian rupa, dan pemerintah telah memetakan kota untuk seluruh penduduknya (se-Indonesia) “bila perlu”, maka pemerintah tinggal berikan info saja via SMS (atau saat cek saldo) untuk berhati-hati, untuk waspada, dsb bagi penduduk di sekitar pantai. Pemerintah bisa membuatnya, pasti tidak susah.

Kota-kota (kecamatan+desa/kelurahan) di sekitar pantai se Indonesia bisa dibuat databasenya, jadi jika pendaftaran mengikutsertakan kecamatan/desa saat pendaftaran di 4444 tersebut, maka bisa diinfokan kepada pengguna HP yg bermukim di tepi pantai, meskipun penduduk tersebut tidak sedang di tempat tinggalnya, tapi yang pasti ybs pasti punya keluarga.

Tower/BTS memposisikan Ponsel …
Cara lainnya bisa dari Tower (BTS) operator selular. Sejatinya bisa terposisikan letak sebuah HP. Mungkin kita sering melihat di layar ponsel/HP saat kita memasuki kota lain, kelihatan nama kota tempat posisi kita berada. Dengan metode ini, bisa langsung diinfokan, saat seseorang memasuki kota tepi pantai, daerah mudah longsor/gempa, info Tsunami, serta bahaya dan kepentingan lainnya yang bisa dikirimkan.

TV, Media dengan Pemirsa Terbanyak …
TV juga bisa dimanfaatkan sebagai info terkini jika dalam keadaan darurat. Mungkin kita pernah melihat/mendengar siaran TV bisa disabotase (siaran sebuah stasiun TV diambil alih orang lain, maaf bukan menganjurkan). Jika dalam keadaan darurat, info terkini Bencana Alam bisa saja langsung di Top Up di Layar TV, orang Indonesia termasuk pintar-pintar kalau soal yang beginian, apalagi kondisi darurat, pemerintah bisa aja membuat UUnya.

Selain media di atas, radio juga tidak kalah pentingnya. Dengan cara yang sama, radio bisa menjadi Alarm Peringatan bagi pemirsanya. Info juga bisa diupdate di internet, begitu ada gejala Bencana Alam, tinggal infokan ke seluruh milist di dunia …

Apa sulitnya?
Ada cara lain atau ada yang mau menambahkan?

Never say...

Hati manusia bagaikan telaga.
Kedalamannya adalah ilmu.
Kejernihannya adalah akhlak.
Semakin jernih, maka semakin indah manusia itu dipandangannya.
Eko Prasetyo

Never say
I love youIf you really don't care..
Never talk about fellings
If they aren't really there
Never hold my hand if you are gonna break my heart..
Never say
you are going to..
If you don't plan to start..
Never look into my eyes
If all you do is lie
Never say hiIf you really mean goodbye...
If you really mean forever
Then say you will try.....
Never say forever
Cuz forever makes me cry...

Kamis, 15 Januari 2009

gaji GURU-DOSEN rendah

"IBU TAU KAN GAJI GURU ITU BERAPA ??".
Pekerjaan guru (termasuk dosen) di Indonesia memang unik.
Kalau di perusahaan swasta gaji = penghasilan.
Kalau guru/dosen gaji = yang tertera di struk gaji, sedang penghasilan = uang yang didapat(dibawa pulang sejak tanggal 1 sampai akhir bulan setiap bulannya).
Gaji maksimum 3 juta, tapi penghasilan ada yang bisa ratusan juta setiap bulannya.
Ah masa iya sech, lha iya ya dunk (ada contoh otentiknya walau ya sangat juarang sekali).
"KALAU SUDAH TAU GAJI GURU KECIL, KENAPA MASIH MAU JADI GURU ?
MENDING KELUAR DAN CARI KERJA LAIN"

Kalau karyawan perusahaan tidak puas dengan gaji, dia keluar melamar tempat lain untuk pekerjaan sama untuk mencari gaji yang lebih tinggi mungkin bisa.
Guru gak puas dengan gaji lalu keluar cari pekerjaan guru di tempat lain, ya kira2 tidak berubah banyak gaji yang ditawarkan. hehehe. Tapi kalau keluar lalu cari pekerjaan lain
sesuai dengan kemampuan yang dimiliki ya silahkan akan lebih jantan
(Harusnya begitu dari pada ngomel apalagi demo)
"HABIS SEKARANG CARI KERJA SUSAH...?
Nah jawaban ini yang tidak konsisten.
Gaji atau penghasilan cukup atau tidak itu relatif.
Kalau akan dibandingkan jangan dengan beberapa negara saja (yang sudah maju),
tapi bandingkan juga dengan negara yang lain juga sesama Asia (misal India, Thailand, China)
Lalu bandingkan juga pola konsumtifnya, budaya mengajarnya dan pola berpikirnya.
Banyak guru mengeluh masalah rendahnya gaji/penghasilan, tapi jumlah anaknya banyak (berarti menambah jumlah mulut/perut yang perlu diberi makan),
ada kreditan motor/TV/ kulkas/handphone dll (yang bunganya besar) ya diambil.
Akhir bulan yang dibawa pulang amplop berisi struk gaji tanpa uang, lho yang salah siapa??
Solusi alternatifnya bagaimana?
Pemerintah dengan kewenangannya membatasi produksi
motor/TV/handphone dan barang-barang konsumtif lain
(India berani mengapa kita tidak berani?).
Kalau barang tidak ada (seperti zaman Belanda dulu) kan guru atau masyarakat
yang "pas-pasan" ga perlu kredit atau "kepingin" punya.

Budayakan pola hidup sederhana atau sesuaikan pola hidup dengan penghasilan,
gak perlu iri dengan kehidupan orang lain yang memang
mempunyai penghasilan yang memungkinkan.
Salam
Dari Prita

Wanita paling BAHAGIA

Penulis DR. Aidh Bin Abdulllah Al- Qarni, M.A
Selamat Datang
Saudariku yang mendirikan shalat dan berpuasa dengan taat dan khusyuk
Selamat Datang
Saudariku yang menutup aurat dan mempunyai rasa malu, yang berwibawa dan memiliki sikap teguh
Selamat Datang
Saudariku yang terpelajar, terdidik, serta selalu menelaah dengan penuh kesadaran dan selalu di tuntun oleh petunjuk
Selamat Datang
Saudariku yang memenuhi janji dan memegang amanah, yang jujur dan mempercayai kebenaran
Selamat Datang
Saudariku yang bersabar, bertaubat dan hanya tunduk serta berharap kepada Allah
Selamat Datang
Saudariku yang selalu berzikir, bersyukur dan berdakwah dengan giat dan cekatan
Selamat Datang
Saudariku yang meneladani Asiyah (istri Fir'aun), Maryam dan Khadijah
Selamat Datang
Saudariku yang mendidik anak-anaknya dan mencetak generasi-generasi sejati
Selamat Datang
Saudariku yang memelihara nilai-nilai kesucian dan menjaga keteladanan Nabi-Nya
Selamat Datang
Saudariku yang merasa terusik terhadap pelanggaran ketentuan yang diagungkan dan dihormati, serta menjauhkan diri dari perkara-perkara yang haram
Selamat Datang
Jadilah wanita paling BAHAGIA di DUNIA dan AKHERAT

Ke Skul jangan bawa HP yah.?!

Jepang Pertimbangkan Larang Ponsel di Sekolah
Ardhi Suryadhi - detikinet
Jakarta - Kedekatan ponsel dengan anak-anak bisa menjadi bumerang. Terutama ketika si anak menyalahgunakan alat komunikasi tersebut di sekolah. Bisa-bisa konsentrasi belajarnya terganggu. Hal itulah yang kini tengah dikhawatirkan pemerintah Jepang. Mereka pun sedang mempertimbangkan untuk melarang siswa-siswi untuk membawa ponsel ketika berada di sekolah. Pasalnya, insiden kekerasan yang melibatkan ponsel dinilai semakin marak di negeri Sakura itu. Berdasarkan data yang dimiliki pemerintah Jepang, hampir 6000 insiden kekerasan terkait ponsel telah terjadi pada 2007 lalu. Seperti dikutip detikINET dari Cellular News, Senin (22/12/2008), jumlah tersebut melonjak drastis dari kasus yang terjadi tahun sebelumnya, dengan peningkatan lebih dari 1000 insiden.
Pemerintah Jepang sendiri saat ini sudah membentuk tim khusus untuk menanggulangi masalah tersebut. Tim ini pun telah memberi rekomendasi kepada seluruh sekolah di Jepang untuk melarang ponsel digunakan di lingkungan pendidikannya. Kebijakan tersebut memang masih belum final. Namun proposal pengajuannya menurut rencana bakal dikirimkan ke Perdana Menteri Jepang bulan depan. Penyalahgunaan ponsel memang dianggap bukan masalah sepele di Jepang. Tahun lalu misalnya, siswa sekolah di Kobe ingin melakukan bunuh diri karena foto tanpa busananya yang ia ambil lewat ponsel tersebar ke lingkungan sekolahnya. ( ash / fyk )

http://detikinet.com/read/2008/12/22/142119/1057639/398/jepang-pertimbangkan-larang- ponsel-di-sekolah

IPM "Memori di Hari Ibu"

Tahu IPM 'kan? Indeks Pembangunan Manusia (IPM) / Human Development Index (HDI) adalah ukuran kemajuan suatu bangsa/negara. Komponennya adalah pendidikan, kesehatan dan daya beli. Angka IPM untuk Indonesia tidak dapat dibanggakan, kalo tak salah peringkat ke 108, bandingkan dengan Malaysia yang peringkat ke 61. Perlu kerja keras untuk menjadikannya lebih baik.
Nah, peran Ibu sungguh penting dalam hal ini:
1. Pendidikan.
Ibu adalah guru pertama, sekolah pertama bagi anaknya. Setiap anak perlu mendapat rangsangan dan motivasi yang baik untuk belajar pada pada tahun-tahun awal kehidupannya, agar perilaku belajarnya baik. Siapa yang paling tepat untuk melakukannya? Ibu! Demikian pula setelah sekolah, setiap anak memerlukan dorongan dan dukungan sepanjang jalan pendidikan yang ditempuhnya di sekolah, terutama pada saat-saat ia merasa kesulitan. Siapa yang biasa memainkan peran ini? Ibu! Lihat saja, tak banyak Bapak-Bapak yang datang ke sekolah mengantarkan anaknya, menunggui, ikut kegiatan dialog dengan sekolah, mengambil rapot di akhir semester. (Tentu bukan karena tak peduli,...)
2. Kesehatan
Mulai dari proses mengandung, Ibu sudah berperan dalam kesehatan anaknya. Ibu yang makan makanan sehat berarti memberikan yang baik untuk bayinya. Demikian pula ketika dalam masa menyusui. Mutu ASI sangat bergantung pada konsumsi Ibu. Lalu, setelah anak-anak besar, biasanya Ibu pula yang bertanggung jawab atas penyediaan pangan keluarga. Sehat? Halal? Aman? Mutu pangan menentukan tingkat kesehatan 'kan? Dan, jika anak sakit, siapakah yang mengurus segala sesuatunya? Biasanya Ibu...
3. Daya Beli/Ekonomi
Hm, menteri keuangan keluarga biasanya Ibu..
Keamanan ekonomi keluarga sangat bergantung bagaimana kepiawaian Ibu mengelola pendapatan keluarga. Ibu mesti pandai mengatur dan berhemat. Uang sebanyak apa pun bisa habis dalam sekejap jika keluarga tak punya rencana dan tak punya skala prioritas dalam pengeluaran uang. Ibu yang baik juga akan mendorong suami juga untuk bekerja dengan baik dan mencari rejeki yang halal. Apalagi jika Ibu pandai menambah pendapatan keluarga dengan kemampuannya, maka makin baiklah daya beli dan status ekonomi keluarga.
Jadi, kalau mau naikkan IPM, pintarkanlah ibu-ibu...!
Selamat Hari Ibu!
Lisda

Turunnya Nabi Isa 'alaihissalam

Penulis: Al Ustadz Muhammad Umar As Sewed

Diantara tanda-tanda hari Kiamat Kubra adalah turunnya nabi Isa عليه السلام
sebagaimana disebutkan dalam riwayat-riwayat yang shahih dan mutawatir.
Bahkan Allah سبحانه وتعالى telah mengisyaratkan tentang turunnya Isa عليه السلام
sebagai tanda datangnya hari kiamat dalam firman-Nya:
[57] وَلَمَّا ضُرِبَ ابْنُ مَرْيَمَ مَثَلاً إِذَا قَوْمُكَ مِنْهُ يَصِدُّونَ
وَقَالُوا أَآلِهَتُنَا خَيْرٌ أَمْ هُوَ مَا ضَرَبُوهُ لَكَ إِلاَّ جَدَلاً بَلْ هُمْ قَوْمٌ خَصِمُونَ [58
[59] مَثَلاً لِبَنِي إِسْرَائِيلَ إِنْ هُوَ إِلاَّ عَبْدٌ أَنْعَمْنَا عَلَيْهِ وَجَعَلْنَاهُ
[60] وَلَوْ نَشَاءُ لَجَعَلْنَا مِنْكُمْ مَلاَئِكَةً فِي اْلأَرْضِ يَخْلُفُونَ
وَإِنَّهُ لَعِلْمٌ لِلسَّاعَةِ فَلاَ تَمْتَرُنَّ بِهَا وَاتَّبِعُونِ هَذَا صِرَاطٌ مُسْتَقِيمٌ [الزخرف: 57-61
Dan tatkala putra Maryam (Isa) dijadikan perumpamaan
tiba-tiba kaummu (Quraisy) bersorak karenanya.
Dan mereka berkata: "Manakah yang lebih baik tuhan-tuhan kami atau dia (Isa)?
Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu
melainkan dengan maksud membantah saja,
sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar.
Isa tidak lain hanyalah seorang hamba yang Kami berikan kepadanya nikmat (kenabian) dan Kami jadikan dia sebagai tanda bukti (kekuasaan Allah) untuk Bani Israil.
Dan kalau Kami kehendaki benar-benar Kami jadikan sebagai gantimu di muka bumi
malaikat-malaikat yang turun temurun.
Dan sesungguhnya Isa itu benar-benar sebagai ilmu tentang hari kiamat.
Karena itu janganlah kalian ragu-ragu tentang kiamat itu dan ikutilah Aku.
Inilah jalan yang lurus. (az-Zukhruuf: 57-61)
Ayat terakhir dalam Firman Allah di atas yaitu وَإِنَّهُ لَعِلْمٌ لِلسَّاعَةِ
bermakna "Beliau عليه السلام merupakan ilmu tentang hari kiamat".
Disebutkan dalam Tafsir al-Qurthubi bahwa yang dimaksud adalah turunnya nabi Isa عليه السلام merupakan ilmu tentang dekatnya hari kiamat. Lebih didukung lagi dengan bacaan yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Mujahid dan lain-lain dari para imam ahlut tafsir
yaitu وَإِنَّهُ لَعَلَمٌ لِلسَّاعَةِ dengan difathahkan huruf 'ain dan lam-nya menjadi 'alamun
yang bermakna "tanda" (yang berarti "Isa عليه السلام sebagai tanda hari kiamat" -pen.).
(Tafsir al-Qurthubi (16/ 105); lihat pula Tafsir ath-Thabari (25/90-91))
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dengan sanadnya kepada Ibnu Abbas
bahwa beliau berkata ketika menafsirkan وَإِنَّهُ لَعِلْمٌ لِلسَّاعَة:
"Yang dimaksud adalah keluarnya Isa عليه السلام sebelum hari kiamat".
(Musnad Imam Ahmad: 4/329 no. hadits 2921 dengan tahqiq Ahmad Syakir
dan beliau berkata: "Sanadnya Shahih")
Diangkatnya Nabi Isa عليه السلام
Termasuk isyarat akan turunnya Isa عليه السلام
adalah berita tentang diangkatnya Nabi Isa عليه السلام -ruh dan jasadnya- ke langit
dalam keadaan masih hidup. Sebagaimana disebutkan oleh Allah سبحانه وتعالى dalam firman-Nya:

وَقَوْلِهِمْ إِنَّا قَتَلْنَا الْمَسِيحَ عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ رَسُولَ اللَّهِ وَمَا قَتَلُوهُ وَمَا صَلَبُوهُ وَلَكِنْ شُبِّهَ لَهُمْ وَإِنَّ الَّذِينَ اخْتَلَفُوا فِيهِ لَفِي شَكٍّ مِنْهُ مَا لَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍ إِلاَّ اتِّبَاعَ الظَّنِّ وَمَا قَتَلُوهُ يَقِينًا (157) بَلْ رَفَعَهُ اللَّهُ إِلَيْهِ وَكَانَ اللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمًا (158) وَإِنْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ إِلاَّ لَيُؤْمِنَنَّ بِهِ قَبْلَ مَوْتِهِ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكُونُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا
GOD is its target,the YESUS CHRIST is its model,
the BIBLE its constitution: Martyrs & Sahid its path and death
for the sake of GOD is the loftiest of its wishes
AMEN

Senin, 12 Januari 2009

Suka Aja Yuk..?!



SERI PSIKOLOGI PERSUASI ( 5 )
PRINSIP RASA SUKA

Prinsip kelima dari Psikologi Persuasi menurut Robert B. Cialdini dalam bukunya
yang berjudul The Psychologi Influence Of Persuasion adalah apa yang disebut dengan Prinsip Rasa Suka. Untuk menjelaskan prinsip ini mungkin dapat kita lihat bagaimana sales kosmetik membuat strategi penjualannya. Kita sering mendengar apa yang disebut dengan demo kecantikan. Prinsip kerjanya seperti ini, seorang sales kosmetik akan menawarkan program demo kecantikan kepada salah seorang ibu yang cukup berpengaruh di lingkungannya. Kemudian, ibu yang berpengaruh ini akan mengundang rekan-rekannya dan biasanya yang memiliki hubungan cukup akrab dengannya. Dalam demo kecantikan itu, kemudian pada sessi akhirnya akan mempromosikan alat kosmetik yang akan dijualnya. Kemudian prinsip rasa suka akan bekerja, menurut anda siapa yang akan menjadi bahan pertimbangan para undangan itu untuk membeli alat kosmetik yang dijual oleh sang sales..? Apakah sales kosmetik itu..? Ternyata tidak..


Faktor yang paling berpengaruh dari kesuksesan penjualan dengan cara seperti ini adalah seberapa besar pengaruh ibu yang mengundang rekan-rekannya, bukan seberapa pandai sales ini menjelaskan tentang produk yang di jualnya. Para undangan akan menghubungkan antara produk yang dijual dengan orang yang mengundang. Di benak mereka, tidak membeli berarti mengecewakan orang yang mengundang. Prinsip rasa suka terhadap orang yang mengundang, sangat berpengaruh terhadap kesuksesan penjualan alat kosmetik ini. Hal ini juga terjadi dalam penjualan alat-alat masak yang di selubung dengan strategi demo masak.

Pada strategi yang lain dalam prinsip ini, seorang sales yang mendapatkan nama referensi dari klien nya akan menggunakan nama orang itu ketika menghubungi calon klien yang di referensikan oleh klien nya. Efeknya adalah bukan sales itu yang akan menjadi faktor penentu keputusan untuk membeli, melainkan kedekatan hubungan antara orang yang direferensikan dengan orang yang memberikan referensi.

Hal lain yang terkait dengan prinsip ini adalah prinsip kemiripan atau kesamaan status. Pernah mendengar seorang marketing yang menggunakan bahasa daerah yang sama dengan klien-nya saat menawarkan produknya..?? Atau seorang marketing yang berujar seperti ini; “Ayolah Bu, kita kan sama-sama orang marketing, pasti ibu mengerti kondisi saya..”. Kemiripan dan kesamaan status diangkat untuk memperkuat pengaruh persuasi yang dilakukannya.

Pada tahun 1970-an pernah diadakan penelitian dengan menggunakan prinsip kemiripan. Para peneliti menggunakan pakaian yang sama dengan para mahasiswa yang dijadikan obyek penelitian, kemudian mereka meminta uang sebanyak 10 sen untuk menelpon. Hasil penelitian menunjukkan dua pertiga dari obyek penelitian mengabulkan permintaan peneliti. Tapi ketika pakaian yang dikenakan berbeda dengan obyek penelitian, hasilnya keefektifan persuasi berkurang setengah nya.

Prinsip lain yang terkait rasa suka adalah prinsip asosiasi, dimana seseorang atau sesuatu akan dikaitkan dengan sesuatu atau orang yang lain. Prinsip ini yang banyak terjadi pada artis-artis film ataupun sinetron. Mereka diasosiasikan dengan peran-perannya di film ataupun sinetron. Artis yang banyak memerankan tokoh-tokoh baik akan cenderung disukai, dan sebaliknya artis yang memerankan tokoh antagonis akan cenderung untuk dibenci. Prinsip ini juga mengenai para politisi. Para politisi yang dimusuhi penguasa akan menjadi populer dan disukai jika penguasa yang memusuhinya memiliki kebijakan yang buruk. Prinsip ini pula yang menginspirasi perusahaan dalam memasang iklan mereka dengan mengasosiasikan dengan artis terkenal sebagai bintang iklan nya. Para Fans dari bintang-bintang iklan ini akan merasa telah mengecewakan idola nya jika tidak membeli produk yang menjadikannya bintang iklan. Para pengusaha restoran juga berusaha memasang papan tanda tangan artis terkenal yang pernah datang ke restoran itu, agar artis itu terasosiasikan dengan restoran miliknya.

Prinsip lainnya yang terkait prinsip rasa suka adalah prinsip intensitas kontak atau seberapa seringnya terjadi kontak. Dimana disebutkan dalam prinsip ini bahwa orang yang memiliki intensitas kontak lebih tinggi akan cenderung lebih disukai dibanding yang hanya memiliki intensitas kontak rendah. Untuk mengetahui lebih jelas tentang prinsip intensitas kontak ini, lakukanlah percobaan kecil ini. Ambil negatif film foto diri anda, kemudian anda cetak menjadi dua buah foto, dimana yang satu dalam posisi terbalik (sisi kiri dan kanan wajah anda tertukar), dan yang satu lagi dalam posisi yang sama persis dengan posisi anda. Sekarang lihat hasilnya mana yang lebih bagus menurut anda? Dan tanyakan kepada rekan-rekan anda. Jika anda seperti wanita Milwaukee yang menjadi korban metode ini, maka akan terjadi fenomena yang agak aneh. Anda akan lebih menyukai foto yang terbalik dan rekan-rekan anda akan lebih menyukai foto yang tidak terbalik. Mengapa bisa seperti ini? Karena anda dan rekan anda akan merespon wajah yang dianggap lebih familiar. Rekan anda selalu melihat anda sebagaimana posisi aslinya, sedangkan anda selalu melihat anda dalam posisi terbalik dalam pantulan cermin. Karena efek rasa suka, maka keakraban akan memainkan peran yang cukup besar untuk mengambil keputusan. Salah satu contohnya adalah saat pemilihan umum. Para pemilih yang belum menentukan pilihan sebelum masuk ke dalam bilik suara, dan memiliki Informasi yang sangat kurang terhadap kandidat atau partai yang akan dipilih, kemungkinan besar akan memberikan suara mereka kepada calon kandidat atau partai yang lebih familiar di matamereka. Baik itu yang fotonya atau lambang partainya sering muncul di TV, ataupun yang fotonya atau lambang partainya banyak tertempel di tempat-tempat umum.


Catur Suryopriyanto
Trainer & Motivator
http://www.sahabatsuryo.blogspot.com/
YM :
http://us.mc1108.mail.yahoo.com/mc/compose?to=zhoeryooo@yahoo.com
"Get Your Glory Point"
Licensed NLP Practicioner dari NLP Society
Certified Hypnotherapist dari IBH

Desain Kejiwaan Yang Sempurna

By: Prof. Dr. Achmad Mubarok, MA
Dari al Qur’an surat as Syams dapat disimpulkan bahwa manusia memiliki desain kejiwaan yang sempurna, memiliki potensi untuk memahami kebaikan dan kejahatan, bisa ditingkatkan kualitasnya menjadi suci dan dapat tercemar sehingga menjadi kotor. Artinya : "Dan (demi) jiwa serta penyempurnaan (ciptaan Nya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya. (Q/91:7-10).
Ayat tersebut mengisyaratkan bahwa Tuhan menciptakan jiwa manusia sebagai sesuatu yang sempurna. Kata wa pada wa nafsin adalah bentuk qasam. Dalam Al Qur’an, kata yang dijadikan sumpah Tuhan (yang didahului wawu qasam), seperti was syamsi, wad dluha, wal `ashri menunjuk pada sesuatu yang mengandung arti dahsyat, hebat atau rumit. Kalimat wa nafsin menunjuk bahwa nafs itu sesuatu yang memiliki kualitas hebat, dahsyat, rumit dan sempurna. Apalagi kalimat berikutnya, yakni wama sawwaha secara tegas menyebut kesempurnaan dari jiwa itu. Wujud kesempurnaan jiwa itu antara lain diberinya potensi (ilham) untuk memahami perilaku (nilai-nilai) buruk dan membedakannya dengan perilaku takwa atau perilaku baik. Semua manusia pada desain awalnya dipersiapkan untuk mampu membedakan yang buruk dari yang baik, tetapi apakah potensi itu akan menjadi aktual atau tidak masih bergantung pada proses berikutnya.
Dalam hadis Nabi disebutkan bahwa setiap bayi yang lahir, ia lahir dalam keadaan fitrah (jiwanya dalam keadaan memiliki potensi universal, dan bersih dari dosa warisan), kedua orang tuanya (lingkungan hidup) lah yang selanjutnya akan berperan mengaktualkan potensi fitrah itu menjadi Yahudi, Nasrani, Majusi atau yang lainnya. Jika seekor kuda dilahirkan langsung bisa berdiri dan sebentar kemudian sudah bisa berlari, maka potensi fitrah manusia baru bisa beraktual jika fungsi-fungsi kejiwaan yang lain dan fisiknya mencapai kesempurnaan. Bayi manusia secara berangsur-angsur dari bisa menangis dan menyusu ke bisa ngoceh, merangkak, duduk, berdiri, berlari, berbicara, menghitung, berimajinasi, berfikir logis, merenung, berfilsafat dan seterusnya, dalam waktu yang relatip panjang. Jika potensi anak kuda berhenti pada kemampuan lari kencang, maka aktualisasi potensi kejiwaan manusia berkembanag sangat luas seakan hampir tak berbatas.
Dalam ayat 9 surat as Syams tersebut diatas disebutkan bahwa secara fitri Allah mengilhamkan kepada jiwa manusia pengetahuan tentang keburukan (fujur) dan kebaikan (taqwa). Mengapa dalam ayat tersebut keburukan (fujur) disebutkan lebih dahulu, baru kebaikan (taqwa), bukanlah sekedar penyebutan, tetapi mengandung makna bahwa jiwa manusia lebih mudah mengenali keburukan dibanding kebaikan. Secara fitri, manusia akan langsung mempersepsi keburukan sebagai keburukan, karena keburukan berseberangan dengan fitrah dasar manusia sebagai makhluk yang baik.
Manurut al Qur’an manusia juga secara psikologis lebih mudah mengerjakan kebaikan, karena sesuai dengan desain fitrahnya (laha ma kasabat), sedangkan untuk berbuat jahat manusia harus “berjuang” melawan suara hatinya, suara nuraninya, sehingga terasa berat (wa `alaiha ma iktasabat). Kalimat kasabat dan iktasabat dalam bahasa Arab mengandung arti dasar yang sama, tetapi kasabat mengandung arti mudah mengerjakanya dan iktasabat mengandung arti susah mengerjakannya (Q/2:286). Dalam al Qur’an terdapat term al khair dan fahisyah. Al Khair mengandung arti kebaikan normatip yang datangnya dari Tuhan dan bersifat universal, seperti keadilan, kejujuran, berbakti kepada orang tua, menolong yang lemah dan sebagainya. Pandangan ini secara fitri dimiliki oleh semua manusia sepanjang zaman, bahkan pada masyarakat primitif yang belum mengenal pendidikan. Sedangkan bagaimana cara menegakkan keadilan dan kejujuran, atau bagaimana caranya berbakti kepada orang tua atau bagaimana caranya membela orang lemah, tidak lagi masuk kategori al khoir, tetapi masuk apa yang dalam al Qur’an disebut al ma`ruf, ya’muruna bi al ma`ruf. (Q/3: 104). Ma`ruf adalah sesuatu yang secara sosial dipandang memiliki kepantasan. Secara lughawi, al ma`ruf artinya sesuatu yang diketahui, tetapi kemudian diartikan sebagai kebaikan, mengandung makna bahwa pada dasarnya secara fitri manusia mengetahui nilai-nilai kepantasan, nilai-nilai kepatutan, yang secara sosial dipandang sebagai kebaikan. Sedangkan fahisyah mengandung arti sesuatu yang secara universal dipandang sebagai kekejian. Dalam al Qur’an (Q/4:15) fahisyah sering digunakan untuk menyebut perbuatan zina. Artinya secara fitri, semua manusia sepanjang sejarah kemanusiaan pada dasarnya mengerti bahwa hubungan seks di luar nikah (zina) adalah perbuatan keji. Para pezina professional pun tersinggung jika isterinya dizinahi orang lain karena secara fitri zina adalah fahisyah, sesuatu yang jelas kekejiannya. Berbeda dengan fahisyah adalah munkar. Term munkar disebut al Qur’an (wa yanhauna `an al munkar) untuk menyebut perbuatan jahat yang diperdebatkan.
Perbuatan munkar adalah kejahatan yang dilakukan sebagai wujud dari kecerdasan seseorang, sehingga kejahatannya bisa disembunyikan atau dilapis dengan logika, seakan perbuatan itu tidak jahat. Munkar adalah prestasi negatip dari kecerdikan. Mark up atau komisi adalah contoh perbuatan munkar, tidak nampak nyata kejahatannya, terhindar dari pasal-pasal hukum meskipun berdampak sangat buruk bagi kehidupan masyarakat.

Belajar Tidak Menyalahkan Orang

Aku baru masuk kuliah saat bertemu dengan Keluarga White. Mereka sangat berbeda dengan keluargaku, namun aku langsung merasa betah bersama mereka. Aku dan Jane White berteman di sekolah, dan keluarganya menyambutku-orang luar-seperti sepupu jauh. Dalam keluargaku, jika ada masalah, menyalahkan orang itu selalu penting. 'Siapa yang melakukan ini?' ibuku membentak melihat dapur berantakan. 'lni semua salahmu, Katharine,' ayahku berkeras jika kucing berhasil keluar rumah atau mesin cuci piring rusak.
Sejak kami kecil, aku dan saudara-saudaraku saling mengadu. Kami menyiapkan kursi untuk si Terdakwa di meja makan. Tapi Keluarga White tidak mencemaskan siapa berbuat apa. Mereka merapikan yang berantakan dan melanjutkan hidup mereka. lndahnya hal ini kusadari penuh pada musim panas ketika Jane meninggal. Keluarga White memiliki enam anak: tiga lelaki, tiga perempuan. Satu putranya meninggal saat masih kecil, mungkin karena itulah kelima yang tersisa menjadi dekat. Di bulan Juli, aku dan tiga putri White memutuskan berjalan-jalan naik mobil dari rumah mereka di Florida ke New York. Dua yang tertua, Sarah dan Jane, adalah mahasiswa, dan yang terkecil, Amy, baru menginjak enam belas tahun. Sebagai pemilik SIM baru yang bangga, Amy gembira ingin melatih keterampilan mengemudinya selama perjalanan itu. Dengan tawanya yang lucu, ia memamerkan SIM-nya kepada siapa saja yang ditemuinya. Kedua kakaknya ikut mengemudikan mobil pada bagian pertama perjalanan, tapi saat mereka tiba di daerah yang berpenduduk jarang, mereka membolehkan Amy mengemudi. Di suatu tempat di South Carolina, kami keluar dari jalan tol untuk makan. Setelah makan, Amy mengemudi lagi. Ia tiba di perempatan dengan tanda stop untuk mobil dari arah kami. Entah ia gugup atau tidak memperhatikan atau tidak melihat tandanya tak akan ada yang tahu. Amy terus menerjang perempatan tanpa berhenti. Pengemudi trailer semi-traktor besar itu tak mampu mengerem pada waktunya, dan menabrak kendaraan kami. Jane langsung meninggal. Aku selamat hanya dengan sedikit memar.
Hal tersulit yang kulakukan adalah menelepon Keluarga White dan memberitakan kecelakaan itu dan bahwa Jane meninggal. Sesakit apa pun perasaanku kehilangan seorang sahabat, aku tahu bagi mereka jauh lebih pedih kehilangan anak. Saat suami-istri White tiba di rumah sakit, mereka mendapatkan dua putri mereka di sebuah kamar. Kepala dibalut perban; kaki Amy digips. Mereka memeluk kami semua dan menitikkan air mata duka dan bahagia saat melihat putri mereka. Mereka menghapus air mata kedua putrinya dan menggoda Amy hingga tertawa sementara ia belajar menggunakan kruknya. Kepada kedua putri mereka, dan terutama kepada Amy, berulang-ulang mereka hanya berkata, 'Kami gembira kalian masih hidup.' Aku tercengang. Tidak ada tuduhan. Tidak ada tudingan. Kemudian, aku menanyakan Keluarga White mengapa mereka tak pernah membicarakan fakta bahwa Amy yang mengemudi dan melanggar rambu-rambu lalu lintas. Bu White berkata, 'Jane sudah tiada, dan kami sangat merindukannya. Tak ada yang dapat kami katakan atau perbuat untuk dapat menghidupkannya kembali. Tapi hidup Amy masih panjang. Bagaimana ia bisa menjalani hidup yang nyaman dan bahagia jika ia merasa kami menyalahkannya atas kematian kakaknya?' Mereka benar. Amy lulus kuliah dan menikah beberapa tahun yang lalu. Ia bekerja sebagai guru sekolah anak luar biasa. Putrinya sendiri sudah dua, yang tertua bernama Jane.
Aku belajar dari Keluarga White bahwa menyalahkan sebenarnya tidak penting. Bahkan, kadang-kadang, tak ada gunanya sama sekali

Kontroversi UU BHP


Rabu (17/12) lalu DPR mengesahkan Undang-Undang Badan Hukum Pendidikan (UU BHP). Pengesahan UU tersebut menimbulkan sejumlah polemik dan kontroversi.

Bahkan sejumlah mahasiswa di Makassar dan Jakarta ramai-ramai berdemo menolak UU tersebut. Mengapa UU BHP tersebut menimbulkan kontroversi dan mengapa DPR berkeras untuk mengesahkan UU tersebut? Apa manfaat dan kerugiannya bagi dunia pendidikan kita? Tulisan ini mencoba memberikan satu perspektif singkat mengenai pertanyaan-pertanyaan itu. Tentu saja akan ada perspektif lain dalam melihat UU BHP. Otonomi atau Liberalisasi?

Sejak awal disiapkan, RUU BHP—yang merupakan amanat UU No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional—memang menuai berbagai persoalan. Dominasi isu yang muncul adalah apakah negara bermaksud melepaskan tanggung jawab konstitusional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Isu ini semakin kuat jika dikaitkan dengan gejala liberalisasi (neoliberalisme)—atas nama profesionalisme dan korporasi—yang sudah terjadi pada sektor-sektor yang lain melalui privatisasi. Apalagi di dalam draf-draf awal RUU BHP tersebut dimungkinkan dan dimudahkannya lembaga pendidikan tinggi asing mendirikan BHP di Indonesia melalui kerja sama dengan BHP Indonesia yang telah ada. Pasal ini memiliki sisi positif untuk meningkatkan daya saing pendidikan tinggi untuk menyerap pengetahuan pendidikan tinggi asing,tetapi juga dapat memiliki dampak negatif berupa liberalisasi pendidikan tinggi yang dapat menyebabkan intervensi dan penguasaan pendidikan oleh lembaga pendidikan tinggi asing. Pasal ini telah dihapus dalam UU BHP yang ditetapkan oleh DPR. Kontroversi lainnya adalah seputar biaya pendidikan yang dikhawatirkan akan semakin mahal dengan terbentuknya BHP. Kekhawatiran ini berasal dari praktik perguruan tinggi badan hukum milik negara (PT BHMN) sebagai species BHP yang selama ini terjadi dan bertendensi memarginalisasi anak-anak tidak mampu untuk mengenyam pendidikan.

Perjalanan dan perenungan penulis terhadap praktik PT BHMN selama ini menyimpulkan bahwa pembiayaannya masih berpijak pada biaya operasional pendidikan (BOP) yang dipungut dari peserta didik. Hal ini terjadi karena berbagai persoalan, seperti aset PT BHMN yang masih dimiliki oleh negara menyebabkan kesulitan pengembangan sumber penerimaan lain dari ventura bisnis. Di sisi lain, betapa sulitnya melakukan perubahan budaya penyelenggara (baik pengelola, dosen dan tenaga kependidikan) dari budaya birokrasi ke budaya korporasi. Jalan mudah yang selama ini ditempuh adalah membebankan pembiayaan operasional kepada peserta didik. Kekhawatiran ini cukup beralasan, meski selama ini PT BHMN secara terbatas juga memberikan fasilitas bantuan pendidikan dan beasiswa kepada peserta didik. Demikian besarnya kekhawatiran masyarakat terhadap mahalnya biaya pendidikan tersebut, para wakil rakyat di DPR merasa perlu untuk mencantumkan kewajiban pemerintah dalam pembiayaan pendidikan oleh BHP. Dalam draf terakhir yang disahkan pada 17 Desember 2008 lalu, pasal-pasal tentang kekayaan dan pendanaan pendidikan oleh BHP diarahkan untuk memperkuat peran negara dalam pembiayaan pendidikan. Misalnya saja kekayaan BHP pemerintah/ pemerintah daerah (BHPP dan BHPPD) merupakan kekayaan pendiri (negara/pemerintah daerah) yang dipisahkan (Pasal 37). Sedangkan semua bentuk pendapatan dan sisa hasil usaha kegiatan maupun penggunaan tanah negara tidak termasuk pendapatan negara bukan pajak (Pasal 38) dan harus ditanamkan kembali ke dalam BHP untuk tujuan peningkatan kualitas pendidikan.

Khusus untuk pendanaan pendidikan bagi BHPP dan BHPPD, pemerintah dan pemerintah daerah menanggung paling sedikit 1/3 biaya operasional untuk pendidikan menengah dan paling sedikit 1/2 biaya operasional untuk pendidikan tinggi (Pasal 41 ayat 4 dan 6). Biaya penyelenggaraan pendidikan yang ditanggung oleh peserta didik dalam BHPP dan BHPPD paling banyak 1/3 dari biaya operasional. Dalam pasal lain UU BHP juga mewajibkan penyelenggara pendidikan untuk memberikan beasiswa, bantuan pendidikan, kredit mahasiswa dan pemberian pekerjaan kepada peserta didik (Pasal 40), dan wajib menjaring dan menerima warga negara Indonesia yang memiliki potensi akademik tinggi dan kurang mampu paling sedikit 20% dan jumlah keseluruhan peserta didik. Hal menonjol dan sampai saat ini tetap menjadi ganjalan dalam UU BHP adalah berlakunya ketentuan BHP bagi penyelenggara pendidikan swasta oleh masyarakat. Seluruh ketentuan BHP berlaku bagi BHP masyarakat (BHPM), kecuali mengenai ketegasan bantuan pemerintah untuk biaya investasi, beasiswa dan biaya operasional pendidikan sebagaimana berlaku bagi BHPP dan BHPD. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah memang ikut menanggung dana pendidikan untuk BHPM dan BHP penyelenggaraan (yayasan dan perkumpulan) dalam bentuk bantuan pendidikan, tetapi hal ini hanya berlaku bagi pendidikan dasar dan tidak ditentukan besaran minimal bantuan tersebut. Dapat dikatakan bahwa proporsi pengaturan pasal-pasal dalam UU BHP lebih condong dan lebih cocok untuk lembaga pendidikan pemerintah ketimbang lembaga pendidikan swasta. Menuju Implementasi UU BHP Berbagai kontroversi di atas seharusnya bermuara pada satu pertanyaan, dapatkah UU BHP ini diimplementasikan untuk menjamin kualitas pendidikan kita yang semakin baik?

Penulis sendiri berposisi mendukung penguatan profesionalisme otonomi penyelenggaraan pendidikan, tanpa harus melepaskan tanggung jawab negara terhadap pendanaan pendidikan. Tentu saja dengan berbagai catatan, bahwa implementasi UU BHP tidak boleh menyebabkan komersialisasi pendidikan yang dapat membatasi hak-hak masyarakat—termasuk golongan tidak mampu—untuk menikmati pendidikan. Pun bantuan dan subsidi yang diberikan oleh negara terhadap pendidikan tidak boleh menyebabkan hilangnya kreativitas dan inovasi lembaga pendidikan untuk melakukan knowledge sharing dan knowledge creation. Jika dilihat dari pasal-pasal dalam UU BHP, sejatinya cukup melegakan bahwa tanggung jawab negara dalam pendidikan tidak hilang dan dihilangkan.

Demikian pula tuntutan UU BHP untuk akuntabilitas, keterbukaan, partisipasi dan transparansi dalam penyelenggaraan pendidikan. Yang justru dikhawatirkan adalah kemampuan negara untuk membiayai 1/3 biaya operasional (pendidikan menengah) dan 1/2 biaya operasional (pendidikan tinggi) bagi seluruh BHPP dan BHPPD. Nilai itu belum termasuk biaya investasi, beasiswa, dan subsidi lain. Dana ini juga belum termasuk bantuan pemerintah dan pemerintah daerah kepada BHPM. Jika pemerintah tak memiliki dana cukup untuk membiayai itu semua, maka kekhawatiran sejumlah mahasiswa dalam praktik PT BHMN selama ini akan terjadi. Hal lain yang cukup mengganggu, sering kali implementasi UU terhambat oleh buruknya kapasitas sistem birokrasi negara. Jika bantuan dana tersebut dilakukan melalui birokrasi negara, bukan tidak mungkin proses pendidikan secara keseluruhan juga akan terwarnai oleh buruknya kompetensi dan rusaknya moralitas birokrasi. Kepada seluruh pemangku kepentingan penulis menghimbau, mari kita diskusikan polemik BHP ini dengan kerangka dan tujuan yang sama: untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

Tulisan ini merupakan pendapat pribadi

Eko Prasojo

Guru Besar FISIP UI dan anggota MWA UI

http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/197560/

Komitmen Terhadap GOAL...

Assalamu'alaikum
Tahun 1986, di New York diadakan lomba marathon internasional yang diikuti oleh ribuan pelari dari seluruh dunia. Lomba ini mengambil jarak 42 kilometer mengelilingi kota New York. Jutaan orang dari seluruh dunia ikut menonton acara tersebut melalui puluhan televise yang merelainya secara langsung. Ada satu orang yang menjadi pusat perhatian di lomba tersebut, yaitu *Bob Willen*.
Bob adalah seorang veteran perang Amerika dan dia kehilangan kedua kakinya karena terkena ranjau saat perang di Vietnam. Untuk berlari, Bob menggunakan kedua tangannya untuk melemparkan badannya kedepan. Dan lombapun dimulailah. Ribuan orang mulai berlari secepat mungkin kegaris finish. Wajah-wajah mereka menunjukkan semangat yang kuat. Para penonton tak henti-hentinya bertepuk tangan untuk terus mendukung para pelari tersebut, 5kilometer telah berlalu. Beberapa peserta nampak mulai kelelahan dan mulai berjalan kaki. 10 kilometer telah berlalu. Disini mulai nampak siapa yang mempersiapkan diri dengan baik dan siapa yang hanya sekedar ikut untuk iseng-iseng. Beberapa peserta yang nampak kelelahan memutuskan untuk berhenti dan naik ke bis panitia.
Sementara hampir seluruh peserta telah berada di kilometer ke-5 hingga ke-10. Bob Willen yang berada di urutan paling belakang baru saja menyelesaikan kilometernya yang pertama. Bob berhenti sejenak, membuka kedua sarung tangannya yang sudah koyak, menggantinya dengan yang baru dan kemudian kembali berlari dengan melempar-lemparkan tubuhnya kedepan dengan kedua tangannya. Ayah Bob yang berada bersama ribuan penonton lainnya tak henti-hentinya berseru "Ayo Bob ?... Ayo Bob ?? Berlarilah terus" Karena keterbatasan fisiknya. Bob hanya mampu berlari sejauh 10 kilometer selama satu hari. Dimalam hari, Bob tidur di dalam sleeping bag yang telah disiapkan oleh panitia yang mengikutinya. Akhirnya empat hari telah berlalu. Dan kini adalah hari kelima bagi Bob Willen. Tinggal dua kilometer lagi yang harus ditempuh, Hingga suatu saat hanya tinggal 100 meter lagi dari garis finish. Bob jatuh terguling. Fisik Bob benar-benar telah habis saat itu. Bob perlahan-lahan bangkit dan membuka kedua sarung tangannya. Nampak disana tangan Bob sudah berdarah-darah.
Dokter yang mendampinginya sejenak memeriksanya, mengatakan bahwa kondisi Bob sudah parah. Bukan karena luka di tangannya saja, namun lebih ke arah kondisi jantung dan pernafasannya. Sejenak Bob memejamkan mata, Dan ditengah-tengah gemuruh suara penonton yang mendukungnya, samar-samar Bob dapat mendengar suara ayahnya yang berteriak;*"Ayo Bob!!! Bangkit Selesaikan apa yang telah kamu mulai. Buka matamu dan tegakkan badanmu. Lihatlah ke depan garis finish telah di depan mata. Cepat bangun ! Tunjukkan ke semua orang siapa dirimu. Jangan menyerah! Cepat bangkit !!!"***
Pelan-pelan Bob mulai membuka matanya kembali. Saat itulah matanya melihat garis finish yang sudah dekat. Semangat mulai membara kembali di dalam dirinya. Dan tanpa sarung tangan Bob melompat-lompat kedepan.*"Ya, ayo Bob? satu lompatan lagi, Bob. Capailah apa yang kamu inginkan Bob!"* teriak ayahnya yang terus berlari mendampinginya. Dan satu lompatan terakhir dari Bob membuat tubuhnya melampaui garis finish. Saat itu meledaklah gemuruh dari para penonton yang berada di tempat itu. Bob bukan saja telah menyelesaikan perlombaan itu. Bob bahkan tercatat di *Guiness Book of Record* sebagai satu satunya orang cacat yang berhasil menyelesaikan lari marathon.
Beberapa saat kemudian, ketika ada puluhan wartawan yang menemuinya. Bob berkata ;*"Saya bukan orang hebat. Anda tahu saya tidak punya kaki lagi. Saya hanya menyelesaikan apa yang telah saya mulai. Saya hanya mencapai apa yang telah saya inginkan. Dan kebahagiaan saya dapatkan bukan dari apa yang saya dapatkan. Tapi dari proses untuk mendapatkannya. Selama lomba, fisik saya menurun drastic. Tangan saya sudah hancur berdarah-darah. Tapi rasa sakit dihati saya terjadi bukan karena luka itu. Tapi ketika saya memalingkan wajah saya dari garis finish, jadi saya kembali fokus untuk menatap goal saya. Saya rasa tidak ada orang yang akan gagal dalam lari marathon ini. Tidak masalah anda akan mencapainya dalam berapa lama, asal anda terus berlari. Anda disebut gagal bila anda berhenti. Jadi, janganlah berhenti sebelum tujuan anda telah tercapai".*
Diadaptasi dari Tayangan Guiness Book of World Records TV--
RAHMADSYAH
Certified Master NLP
Practitioner I
081511448147
I Motivator & Trauma Therapist
www.rahmadsyah.co.cc

Kerjasama Klub Guru & PGRI


assalamu alaikum

Spirit kita, memberdayakan guru agar segera jadi profesional..
Sudah ada PGRI dan sekarang ada Klub Guru...
dua organisasi ini perlu melihat kekuatan, keterbatasan, peluang dan tantangan masing-masing.

PGRI punya kelebihan :
Kenyataan ada PGRI yang sangat mengakar dan anggota banyak sampai ke kecamatan dengan struktur yang jelas. Kami beberapa kali acara di tingkat kecamatan, Ketua PGRI kecamatan itu datang atau kami kerja sama kepanitiaan. Tanggal 30 Nop kami dari mahasiswa S2 UPI seminar di kecamatan Cibatu Garut, pendaftaran dikoordinir oleh PGRI Kec. Cibatu.

PGRI punya keterbatasan :
Program pembinaan untuk profesionalisme guru yang belum optimal.

Klub Guru punya kelebihan :
Pemanfaatan teknologi informasi untuk pemberdayaan guru. Program share antar guru dalam bentuk seminar, pelathan, workshop dsb.

Klub Guru punya keterbatasan :
Belum mengakar sampai ke bawah karena masih muda dan pengurusnya belum banyak dibentuk...

Dua-duanya kalau sinergi maka saling melengkapi. Kekuatan klub guru akan memperkuat PGRI. Keterbatasan Klub Guru akan diperkuat oleh PGRI.

Tinggal silaturahmi yang tulus untuk saling sinergi.

wassalam
syamril

Kala Guru seperti Buruh

Akhir-akhir ini, banyak muncul organisasi guru alternatif di Tanah Air. Diawali dengan munculnya Federasi Guru Independen Indonesia pada tanggal 17 Januari 2002 yang menghimpun sebanyak 20 organisasi dan forum guru dari seluruh Indonesia. Ada pula Asosiasi Guru Nanggroe Aceh Darussalam (Asgu-NAD), Koalisi Guru Bersatu (Kobar-GB) Aceh, Ikatan Guru Honorer Indonesia (IGHI) Padang-Sumbar, Forum Martabat Guru Indonesia (FMGI) Lampung, Jakarta Teachers Club (JTC), Forum Aspirasi Guru Independen (FAGI) Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Subang, Purwakarta, dan Sumedang.
Di samping itu juga hadir Forum Interaksi Guru Banyumas (Figurmas) Purwokerto, Lembaga Advokasi Pendidikan (LAP) Jakarta, Forum Komunikasi Guru Tangerang (FKG), Forum Guru-Guru Garut (FOGGAR), Forum Guru Tasikmalaya (FGT), Solidaritas Guru Semarang (Sogus), Forum Komunikasi Guru Kota Malang (Fokus Guru), Perhimpunan Guru Tidak Tetap (PGTTI) Kediri, Aliansi Guru Nasional Indonesia (AGNI) Jawa Timur, Perhimpunan Guru Mahardika Indonesia (PGMI) Lombok, dan Forum Guru Honorer Indonesia (FGHI) Jakarta.
Begitu banyak dan menjamurnya organisasi guru alternatif yang lahir di era kebebasan berserikat ini. Fenomena ini menarik untuk disidik karena sebenarnya para guru di Indonesia telah memiliki wadah organisasi PGRI. Lalu, mengapa kemudian banyak bermunculan organisasi guru alternatif? Akankah kehadiran organisasi-organisasi guru alternatif ini menggeser fungsi PGRI? Pertanyaan-pertanyaan di atas, kiranya perlu kita jawab. Apalagi, Wakil Presiden Jusuf Kalla sebagaimana ditulis di beberapa media cetak, mengutarakan kegalauannya terhadap fenomena itu. Detik.com tanggal 14 November 2008 memberitakan bahwa JK meminta guru-guru di seluruh Indonesia tidak terpecah belah. Para guru diharap tetap bernaung di bawah organisasi PGRI. Dikatakan, jika guru terpecah-pecah, akan seperti buruh. Saat ini, para buruh bernaung pada berbagai organisasi. Tidak beralasan Meminta agar guru tidak mengikuti jejak para buruh Indonesia dan semua guru harus bernaung di bawah PGRI adalah sebuah kegalauan yang tidak beralasan. Ada beberapa alasan mengapa hal ini perlu disikapi.
Pertama, bahwa sekarang bukan zamannya menutup pintu demokrasi. Apalagi memilih organisasi lain sebagai wadah penyaluran aspirasi tidak dilarang oleh undang-undang. Munculnya organisasi-organisa si guru alternatif sebenarnya positif dan memang harus ada di alam demokrasi.
Kedua, munculnya kegalauan Wapres terhadap gerakan guru yang menyalurkan aspirasi di luar PGRI karena pemerintah sebenarnya tidak memahami akar masalah yang dihadapi oleh para guru di Indonesia. Padahal, Wapres sendiri pada tahun 2005 pernah berjanji menyelesaikan masalah guru di Indonesia. Harian Kompas, 8 Juni 2005, memberitakan bahwa Wapres berjanji untuk mengatasi masalah guru di Indonesia dalam waktu tiga tahun. Menurut Wapres, ada tiga masalah guru yang akan diselesaikan. Pertama, masalah guru bantu. Kedua, masalah kualitas dan profesionalitas guru yang rendah. Dan yang ketiga, soal tingkat kesejahteraan guru yang masih jauh dari garis kesejahteraan. Nah, sekarang sudah tahun 2008, mengapa masalah guru masih saja belum bisa diatasi?
Ketiga, Wapres tidak selayaknya mengatakan bahwa semua guru harus bernaung di bawah PGRI karena apa yang melatarbelakangi munculnya organisasi guru alternatif tersebut, justru sebagai jawaban lain terhadap kelemahan dan kekurangan PGRI yang tidak pernah mau diperbaiki. Kerana PGRI tidak dapat dijadikan sebagai wadah saluran aspirasi lagi. Apalagi sejak dulu, PGRI tidak dipimpin oleh guru, tetapi oleh para pejabat dinas pendidikan yang memiliki kepentingan dan menggunakan PGRI sebagai kendaraan politik. Jadi, sangatlah tidak adil bila guru dilarang mencari organisasi guru alternatif untuk memperjuangkan hak dan nasib mereka. Kiranya, bulan ini sebagai bulan lahirnya PGRI, merupakan saat yang tepat untuk merefleksi diri. Seharusnya para petinggi dan pengurus PGRI belajar memahami masalah anggotanya. Sudah saatnya juga kepengurusan PGRI diberikan kepada guru.
Keempat, kegalauan pemerintah terhadap guru juga tidak terlepas karena kelemahan pemerintah mengurus para guru. Pemerintah cenderung mendorong para guru melakukan aksi-aksi yang biasanya digunakan para buruh dalam menuntut kenaikan upah. Di Aceh misalnya, ribuan guru di Aceh Tenggara berdemonstrasi menuntut dicairkannya tunjangan fungsional guru yang tertahan selama setahun. Hal ini bukan saja masalah di Aceh, tetapi masalah guru secara nasional. Tunjangan profesi tersendat Darmanintyas dalam "Resentralisasi Kebijakan Guru" (Kompas, 29/9/2007) menyebutkan bahwa pembayaran tunjangan profesi pendidik untuk guru yang masuk kuota sertifikasi tahun 2006 dan 2007 saja amat lamban. Dana tunjangan profesi pendidik yang disediakan pemerintah senilai Rp2,8 triliun, baru sekitar Rp 600 miliar yang disalurkan kepada guru yang sudah dinyatakan lulus uji sertifikasi. Mengulur-ulur pembayaran.
Konon, dana itu sudah disalurkan ke provinsi. Nah, kalau begini caranya pemerintah mengurus guru di negeri, wajar saja sosok guru ideal sulit didapatkan. Selama ini, profesi guru selalu dituntut untuk bisa tampil ideal sebagai seorang tenaga edukasi yang profesional, yaitu guru yang menjalankan tugas mendidik, mengajar, dan membimbing peserta didik dengan mengikuti kode etik seorang guru. Ketika seorang guru terpaksa menjadi tukang ojek, lalu dikatakan itu tidak layak dijalankan para guru karena memperburuk citra guru, pertanyaannya, mengapa pemerintah atau dinas pendidikan di kota dan kabupaten menyiksa guru dengan mengabaikan kesejahteraan guru? Karenanya, berikanlah kebebasan kepada guru untuk membangun organisasi alternatif sebagai media perjuangan. Jadi, pemerintah tidak perlu memaksa semua guru harus menjadi anggota PGRI. Kalau PGRI ingin dicintai guru, PGRI harus mengubah gaya kepemimpinannya. Kalau pemerintah ingin proses pendidikan di Indonesia bisa berjalan baik, sudah saatnya pemerintah mengurus guru secara benar. Pemerintah harus lebih serius membangun profesionalitas dan kesejahteraan guru. Bila guru dihargai dan ditingkatkan harkat dan martabatnya, akan berdampak positif bagi dunia pendidikan di negeri ini.
Tabrani Yunis
Direktur Center for Community Development and Education (CCDE) Banda Aceh
Saya terus terang, malah baru tahu kalau ada "instruksi" wapres agar guru hanya boleh bergabung dengan organisasi guru tertentu saja... Tapi saya "beruntung" karena Klub Guru tidak disebut Pak Tabrani sebagai salah satu yang dianggap pihak tertentu berpotensi memecah belah persatuan guru, hehehe...

Kekerasan Siswa terhadap Guru

Dear Friends,
Ya ini adalah tema yang bagus sekali dimana kita harus saling koreksi baik sebagi orangtua murid atau dari sisi gurunya dalam hal mendidik anak-anak kita agar tidak timbul kekerasan diantara mereka. Tidak mungkin hanya guru saja yang mendidik juga tidak mungkin hanya ortu saja yang mendidik.
Sebagai manusia pada umumnya, kita seringkali tidak suka bila diharuskan untuk mengikuti peraturan yang sudah ditentukan oleh sesamanya. Dan manusia juga belajar untuk menolak apa yang tidak diinginkan oleh dirinya. Sehingga dapat dikatakan apabila terjadi hubungan antar manusia dibawah satu atap yang dipenuhi dengan rasa takut dan dendam, akan terjadi pola pembentukan pribadi yang menuju ke suatu keinginan balas dendam yang sangat energik sebagai pembelaan dirinya. Goethe pun pernah menjelaskan bahwa perlawanan pada diri manusia sudah diperlihatkan sejak usia dini disamping timbulnya rasa tertarik antar manusia.

Manusia merupakan mahluk yang selalu ingin bebas, berdikari (berdiri di kaki sendiri), serta dapat menentukan dirinya sendiri, dimana di sisi lain terlihat bahwa manusia begitu “Pasrah”. Memang benar bahwa manusia hampir tidak mungkin dapat langsung mampu menjadi “Mandiri” tanpa pertolongan dan kasih sayang serta pengarahan yang benar dari orang dewasa (Orangtua dan Pendidik serta lingkungannya). Proses ini membutuhkan waktu yang sangat panjang dan lama pada manusia. Oleh karena itu manusia tidak dapat “Mandiri” apabila hanya bersama orangtuanya saja, tetapi juga perlu bantuan lain untuk belajar bersosialisasi seperti di sekolah yang kita terapkan sebagai tempat pendidikan di luar rumah.
Di sekolah manusia akan mulai
· Belajar menemukan akar kepribadiannya.
· Belajar untuk bisa memecahkan masalah yang akan datang pada dirinya.
· Belajar bertindak bila terpilih sebagai pemimpin.
· Serta belajar untuk dapat diatur atau mengatur dirinya dalam suatu kelompok kemasyarakatan dimana dia akan berada dalam kehidupannya kelak.

Semua ini ditentukan oleh pengalaman hidupnya pada usia dini dan pada saat ini pula psikososioemosional anak mulai terbentuk. Yang mana kelak dikembangkan untuk belajar menghargai orang lain, belajar menghormati hak orang lain, belajar bertanggung jawab atas kewajiban yang diletakan pada pundaknya.

Dari semua apa yang saya tulis kan disini sudah terlihat betapa kita harus selalu bekerja sama antar guru dengan murid. Mudah-mudahan masukan ini bisa menjadi pencerahan juga bagi yang belum mengetahuinya.
Salam Peduli anak Bangsa,
Ratih Gds

EMPATI

By: Andy F. Noya

Suatu malam, sepulang kerja, saya mampir di sebuah restoran cepat saji di kawasan Bintaro. Suasana sepi. Di luar hujan. Semua pelayan sudah berkemas. Restoran hendak tutup. Tetapi mungkin melihat wajah saya yang memelas karena lapar, salah seorang dari mereka memberi aba-aba untuk tetap melayani. Padahal, jika mau, bisa saja mereka menolak. Sembari makan saya mulai mengamati kegiatan para pelayan restoran. Ada yang menghitung uang, mengemas peralatan masak, mengepel lantai dan ada pula yang membersihkan dan merapikan meja-meja yang berantakan. Saya membayangkan rutinitas kehidupan mereka seperti itu dari hari ke hari. Selama ini hal tersebut luput dari perhatian saya. Jujur saja, jika menemani anak-anak makan di restoran cepat saji seperti ini, saya tidak terlalu hirau akan keberadaan mereka. Seakan mereka antara ada dan tiada. Mereka ada jika saya membutuhkan bantuan dan mereka serasa tiada jika saya terlalu asyik menyantap makanan.
Namun malam itu saya bisa melihat sesuatu yang selama ini seakan tak terlihat. Saya melihat bagaimana pelayan restoran itu membersihkan sisa-sisa makanan di atas meja. Pemandangan yang sebenarnya biasa-biasa saja. Tetapi, mungkin karena malam itu mata hati saya yang melihat, pemandangan tersebut menjadi istimewa. Melihat tumpukan sisa makan di atas salah satu meja yang sedang dibersihkan, saya bertanya-tanya dalam hati: siapa sebenarnya yang baru saja bersantap di meja itu? Kalau dilihat dari sisa-sisa makanan yang berserakan, tampaknya rombongan yang cukup besar. Tetapi yang menarik perhatian saya adalah bagaimana rombongan itu meninggalkan sampah bekas makanan. Sungguh pemandangan yang menjijikan. Tulang-tulang ayam berserakan di atas meja. Padahal ada kotak-kotak karton yang bisa dijadikan tempat sampah. Nasi di sana-sini. Belum lagi di bawah kolong meja juga kotor oleh tumpahan remah-remah. Mungkin rombongan itu membawa anak-anak. Meja tersebut bagaikan ladang pembantaian. Tulang belulang berserakan. Saya tidak habis pikir bagaimana mereka begitu tega meninggalkan sampah berserakan seperti itu. Tak terpikir oleh mereka betapa sisa-sisa makanan yang menjijikan itu harus dibersihkan oleh seseorang, walau dia seorang pelayan sekalipun.
Sejak malam itu saya mengambil keputusan untuk membuang sendiri sisa makanan jika bersantap di restoran semacam itu. Saya juga meminta anak-anak melakukan hal yang sama. Awalnya tidak mudah. Sebelum ini saya juga pernah melakukannya. Tetapi perbuatan saya itu justru menjadi tertawaan teman-teman. Saya dibilang sok kebaratan-baratan. Sok menunjukkan pernah keluar negeri. Sebab di banyak negara, terutama di Eropa dan Amerika, sudah jamak pelanggan membuang sendiri sisa makanan ke tong sampah. Pelayan terbatas karena tenaga kerja mahal. Sebenarnya tidak terlalu sulit membersihkan sisa-sisa makanan kita. Tinggal meringkas lalu membuangnya di tempat sampah. Cuma butuh beberapa menit. Sebuah perbuatan kecil. Tetapi jika semua orang melakukannya, artinya akan besar sekali bagi para pelayan restoran.
Saya pernah membaca sebuah buku tentang perbuatan kecil yang punya arti besar. Termasuk kisah seorang bapak yang mengajak anaknya untuk membersihkan sampah di sebuah tanah kosong di kompleks rumah mereka. Karena setiap hari warga kompleks melihat sang bapak dan anaknya membersihkan sampah di situ, lama-lama mereka malu hati untuk membuang sampah di situ. Belakangan seluruh warga bahkan tergerak untuk mengikuti jejak sang bapak itu dan ujung-ujungnya lingkungan perumahan menjadi bersih dan sehat. Padahal tidak ada satu kata pun dari bapak tersebut. Tidak ada slogan, umbul-umbul, apalagi spanduk atau baliho. Dia hanya memberikan keteladanan. Keteladanan kecil yang berdampak besar. Saya juga pernah membaca cerita tentang kekuatan senyum. Jika saja setiap orang memberi senyum kepada paling sedikit satu orang yang dijumpainya hari itu, maka dampaknya akan luar biasa. Orang yang mendapat senyum akan merasa bahagia. Dia lalu akan tersenyum pada orang lain yang dijumpainya. Begitu seterusnya, sehingga senyum tadi meluas kepada banyak orang. Padahal asal mulanya hanya dari satu orang yang tersenyum. Terilhami oleh sebuah cerita di sebuah buku "Chicken Soup", saya kerap membayar karcis tol bagi mobil di belakang saya. Tidak perduli siapa di belakang. Sebab dari cerita di buku itu, orang di belakang saya pasti akan merasa mendapat kejutan. Kejutan yang menyenangkan. Jika hari itu dia bahagia, maka harinya yang indah akan membuat dia menyebarkan virus kebahagiaan tersebut kepada orang-orang yang dia temui hari itu. Saya berharap virus itu dapat menyebar ke banyak orang.Bayangkan jika Anda memberi pujian yang tulus bagi minimal satu orang setiap hari. Pujian itu akan memberi efek berantai ketika orang yang Anda puji merasa bahagia dan menularkan virus kebahagiaan tersebut kepada orang-orang di sekitarnya.
Anak saya yang di SD selalu mengingatkan jika saya lupa mengucapkan kata "terima kasih" saat petugas jalan tol memberikan karcis dan uang kembalian. Menurut dia, kata "terima kasih" merupakan "magic words" yang akan membuat orang lain senang. Begitu juga kata "tolong" ketika kita meminta bantuan orang lain, misalnya pembantu rumah tangga kita. Dulu saya sering marah jika ada angkutan umum, misalnya bus, mikrolet, bajaj, atau angkot seenaknya menyerobot mobil saya. Sampai suatu hari istri saya mengingatkan bahwa saya harus berempati pada mereka. Para supir kendaraan umum itu harus berjuang untuk mengejar setoran. "Sementara kamu kan tidak mengejar setoran?'' Nasihat itu diperoleh istri saya dari sebuah tulisan almarhum Romo Mangunwijaya. Sejak saat itu, jika ada kendaraan umum yang menyerobot seenak udelnya, saya segera teringat nasihat istri tersebut. Saya membayangkan, alangkah indahnya hidup kita jika kita dapat membuat orang lain bahagia. Alangkah menyenangkannya jika kita bisa berempati pada perasaan orang lain. Betapa bahagianya jika kita menyadari dengan membuang sisa makanan kita di restoran cepat saji, kita sudah meringankan pekerjaan pelayan restoran. Begitu juga dengan tidak membuang karcis tol begitu saja setelah membayar, kita sudah meringankan beban petugas kebersihan. Dengan tidak membuang permen karet sembarangan, kita sudah menghindari orang dari perasaan kesal karena sepatu atau celananya lengket kena permen karet.
Kita sering mengaku bangsa yang berbudaya tinggi tetapi berapa banyak di antara kita yang ketika berada di tempat-tempat publik, ketika membuka pintu, menahannya sebentar dan menoleh ke belakang untuk berjaga-jaga apakah ada orang lain di belakang kita? Saya pribadi sering melihat orang yang membuka pintu lalu melepaskannya begitu saja tanpa perduli orang di belakangnya terbentur oleh pintu tersebut. Jika kita mau, banyak hal kecil bisa kita lakukan. Hal yang tidak memberatkan kita tetapi besar artinya bagi orang lain.
Mulailah dari hal-hal kecil-kecil.
Mulailah dari diri Anda lebih dulu.

Rabu, 07 Januari 2009

Shortcut Ms.Word


Nur Ns
nur_komputer@yahoo.com

Lisensi Dokumen:
Copyright © 2003-2007 IlmuKomputer.Com
Seluruh dokumen di IlmuKomputer.Com dapat digunakan, dimodifikasi dan disebarkan secara bebas untuk tujuan bukan komersial (nonprofit), dengan syarat tidak menghapus atau merubah atribut penulis dan pernyataan copyright yang disertakan dalam setiap dokumen. Tidak diperbolehkan melakukan penulisan ulang, kecuali mendapatkan ijin terlebih dahulu dari IlmuKomputer.Com.

Jika anda sering mengetik menggunakan Microsoft Word, anda pasti sering menggunakan tombol-tombol pintas (shortcut) seperti CTRL+C (untuk meng-copy teks), CTRL+S (untuk menyimpan dokumen) atau yang lain. Tombol-tombol shortcut tersebut sangat membantu karena lebih praktis dan cepat, jadi tidak perlu lagi susah-susah meng-klik menu yang notabene membuang waktu dan membosankan. Dalam tulisan ini akan dilampirkan tombol-tombol shortcut beserta penjelasannya.
Harap diperhatikan, daftar tombol shortcut yang dijelaskan pada tulisan ini diambil dari dokumentasi Microsoft Word 2003, jadi bagi anda yang menggunakan versi Word di bawah versi 2003, kemungkinan akan menemukan beberapa shorcut yang tidak berfungsi sebagaimana yang dijelaskan. Namun tidak perlu kecewa, karena kebanyakan shorcut-shorcut yang dijelaskan di tulisan ini berlaku di semua versi Microsoft Word. Nah, semoga tulisan ini bisa bermanfaat dan selamat mencoba.

Berhubungan Dengan Dokumen dan Jendela dokumen/window

CTRL+N
Membuat dokumen baru
CTRL+O
Membuka dokumen.
CTRL+S
Menyimpan dokumen yang sedang dibuka/diedit
CTRL+W
Menutup dokumen. Jika dokumen belum disimpan, akan muncul kotak dialog yang menanyakan apakah dokumen ingin disimpan atau tidak.
CTRL+ALT+S
Membagi (split) jendela dokumen menjadi dua bagian. Setelah mengetik CTRL+ALT+ S, klik pada posisi yang diinginkan.
SHIFT+ALT+C
Menutup kembali jendela dokumen yang telah dibagi dua bagian / displit (CTRL+ALT+ S)
CTRL+ALT+P
Mengubah tampilan dokumen menjadi tampilan Print Layout. Lihat menu View
CTRL+ALT+O
Mengubah tampilan dokumen menjadi tampilan outline. Lihat menu View
CTRL+ALT+N
Mengubah tampilan dokumen menjadi tampilan Normal. Lihat menu View
ALT+R
Mengubah tampilan dokumen menjadi tampilan Reading. Lihat menu View


Berhubungan Dengan Pencarian dan Penelusuran Dalam Dokumen

CTRL+F
Mencari teks atau objek spesial lainnya dalam dokumen
ALT+CTRL+Y
Melanjutkan pencarian CTRL+F setelah kotak dialog pencarian ditutup
CTRL+H
Mencari teks tertentu di dalam dokumen kemudian menimpanya/menggantinya dengan teks lain
CTRL+G
Cara singkat untuk menuju ke suatu halaman, bookmark, footnote, tabel, komentar (comment), gambar,atau ke lokasi tertentu lainnya.
ALT+CTRL+Z
Pindah ke dokumen lain, atau ke bagian lain dalam dokumen, atau antar dokumen dengan email yang diedit di MS Word.
Tombol arah/panah:
← ↑ → ↓
Menggerakkan kursor sesuai arah tanda panah
PAGE UP atau PAGE DOWN
Pindah ke atas batas atau ke bawah batas halaman yang ditampilkan di monitor
ALT+CTRL+PAGE UP
Pindah ke awal tampilan di monitor
ALT+CTRL+PAGE DOWN
Pindah ke akhir tampilan di monitor
CTRL+HOME
Pindah ke awal dokumen
CTRL+END
Pindah ke akhir dokumen
HOME
Pindah ke awal baris
END
Pindah ke akhir baris

Berhubungan Dengan Cetak/Print dan Print Preview

CTRL+P
Cetak dokumen (membuka kotak dialog Print)
ALT+CTRL+I
Atau
CTRL+F2
Pindah ke tampilan
print preview atau sebaliknya ke tampilan standar
Tombol arah / panah:
← ↑ → ↓
Pindah ke halaman tertentu sesuai arah panah dalam tampilan
print preview
PAGE UP atau PAGE DOWN
Pindah ke halaman sebelumnya atau sesudahnya dalam tampilan
print preview
CTRL+HOME
Pindah ke halaman pertama dalam tampilan
print preview
CTRL+END
Pindah ke halaman terakhir dalam tampilan
print preview

Berhubungan Dengan Footnote dan Endnote

ALT+CTRL+F
Menambahkan footnote
ALT+CTRL+D
Menambahkan endnote

Berhubungan Dengan delete, copy dan move

BACKSPACE
Menghapus satu karakter ke kiri
CTRL+BACKSPACE
Menghapus satu kata ke kiri
DELETE
Menghapus satu karakter ke kanan
CTRL+DELETE
Menghapus satu kata ke kanan
CTRL+X
Cut : Mengambil teks/gambar
CTRL+C
Copy: menduplikat teks/gambar
CTRL+C, C
Memunculkan daftar teks yang telah di-copy atau di-cut
F2
Memindahkan teks atau gambar. Caranya: pilih dulu (sorot) teks yg akan dipindahkan, lalu tekan F2, lalu klik pada posisi dimana teks tersebut akan dipindahkan, lalu tekan ENTER.
CTRL+V
Paste: menyisipkan teks/gambar yang telah di-cut atau di-copy.

Berhubungan dengan Karakter/simbol spesial

CTRL+F9
Membuat sebuah field
SHIFT+ENTER
Membuat baris baru
CTRL+ENTER
Membuat halaman baru
CTRL+SHIFT+ENTER
Membuat bagian dokumen baru. Bagian yang baru ini bukan lanjutan dari halaman sebelumnya, jadi nomor halamannya bisa dimulai dari yang baru, atau orientasi halamannya (portrait/landscape) bisa beda.
CTRL+SHIFT+SPACEBAR
Membuat spasi yang tidak bisa dipisahkan. Maksudnya seolah-olah dua kata yang berada di antara spasi tersebut tetap berada dalam satu baris.
ALT+CTRL+C
Simbol Copyright ( © )
ALT+CTRL+R
Simbol Registered Trademark ( ® )
ALT+CTRL+T
Simbol Trademark ( ™ )
“kode simbol”, ALT+X
Memasukkan simbol tertentu. Caranya: tulis dulu kode simbolnya, lalu tekan ALT+X. Daftar simbol dan kodenya dapat anda lihat pada menu “Insert”, “Symbol…”, lalu pilih tab Symbol. Contoh : untuk menulis simbol ∑ , ketik 2211 lalu tekan ALT+X. Kode simbol berupa kode Unicode (Hexadesimal).
ALT+”kode simbol”
Memasukkan simbol tertentu sesuai dengan kode simbolnya (desimal ANSI). Kode simbolnya berupa angka-angka yang harus diketikkan melalui Keypad Numeric. Daftar simbol dan kodenya dapat anda lihat pada menu “Insert”, “Symbol…”, lalu pilih tab Symbol.

Berhubungan dengan menyorot / memblok teks

SHIFT+”tombol panah”
Atau
SHIFT+”klik mouse”
Menyorot teks. Caranya: tekan tombol SHIFT (jangan dulu dilepas) lalu tekan tombol tanda panah atau klik di tempat yang diinginkan.
CTRL+”sorot yang lain”
Menyorot teks terpisah. Caranya: setelah menyorot sebuah teks, anda bisa juga menyorot teks lain yang bukan lanjutan dari teks tersebut dengan menekan tombol CTRL.
F8
Menghidupkan mode penyorotan, yaitu menyorot teks tanpa menggunakan tombol SHIFT. Caranya: tekan F8 satu kali, lalu tekan tombol panah ke arah yang anda inginkan. Untuk mengakhiri mode penyorotan, tekan ESC. Jika anda tekan F8 dua kali, secara otomatis akan menyorot satu kata, jika tekan F8 tiga kali akan menyorot satu kalimat, dan seterusnya. Untuk mengurangi ukuran penyorotan, tekan SHIFT+F8. Jangan lupa menekan ESC untuk mengakhiri mode penyorotan.
ESC
Mengakhiri mode penyorotan.
SHIFT+HOME
Menyorot hingga ke awal baris
SHIFT+END
Menyorot hingga ke akhir baris
SHIFT+PAGE DOWN
Menyorot hingga satu layar ke bawah
SHIFT+PAGE UP
Menyorot hingga satu layar ke atas
CTRL+SHIFT+HOME
Menyorot hingga ke awal dokumen
CTRL+SHIFT+END
Menyorot hingga ke akhir dokumen
ALT+CTRL+SHIFT+PAGE UP
Menyorot hingga ke awal tampilan di monitor
ALT+CTRL+SHIFT+PAGE DOWN
Menyorot hingga ke akhir tampilan di monitor
CTRL+A
Menyorot seluruh isi dokumen
CTRL+SHIFT+F8 kemudian tekan tombol panah
Menyorot teks secara vertikal
TAB
Menyorot isi sel berikutnya dalam tabel
SHIFT+TAB
Menyorot isi sel sebelumnya dalam tabel

Berhubungan dengan pergerakan kursor

Panah (kiri, kanan, atas, bawah)
Pindah satu karakter/huruf ke (kiri, kanan, atas, bawah)
CTRL+”panah kiri”
Pindah satu karakter/huruf ke kiri
CTRL+”panah kanan”
Pindah satu karakter/huruf ke kanan
CTRL+”panah atas”
Pindah satu paragraf ke atas
CTRL+”panah bawah”
Pindah satu paragraf ke bawah
END
Pindah ke akhir baris
HOME
Pindah ke awal baris
ALT+CTRL+PAGE UP
Pindah ke awal tampilan di monitor
ALT+CTRL+PAGE DOWN
Pindah ke akhir tampilan di monitor
PAGE UP
Pindah satu halaman ke atas
PAGE DOWN
Pindah satu halaman ke bawah
CTRL+PAGE DOWN
Pindah ke awal halaman berikutnya
CTRL+PAGE UP
Pindah ke awal halaman sebelumnya
CTRL+END
Pindah ke akhir dokumen
CTRL+HOME
Pindah ke awal dokumen
TAB
Pindah satu sel ke kanan (dalam tabel)
SHIFT+TAB
Pindah satu sel ke kiri (dalam tabel)
ALT+HOME
Pindah ke sel paling kiri (dalam tabel)
ALT+END
Pindah ke sel paling kanan (dalam tabel)
ALT+PAGE UP
Pindah ke sel paling atas dalam satu kolom (dalam tabel)
ALT+PAGE DOWN
Pindah ke sel paling bawah dalam satu kolom (dalam tabel)
“panah atas”
Pindah ke baris sebelumnya/atas (dalam tabel)
“panah bawah”
Pindah ke baris sesudahnya/bawah (dalam tabel)

Berhubungan dengan pemformatan teks

CTRL+SHIFT+C
Meng-copy / menduplikat format dari teks (Ingat!, bukan tulisannya melainkan formatnya. Misalnya : ukuran dan jenis huruf, jarak spasi antar baris, dsb)
CTRL+SHIFT+V
Menyisipkan format teks setelah di CTRL+SHIFT+C
CTRL+SHIFT+F
Merubah jenis huruf
CTRL+SHIFT+P
Merubah ukuran huruf
CTRL+SHIFT+>
Memperbesar ukuran huruf
CTRL+SHIFT+<
Memperkecil ukuran huruf
CTRL+]
Memperbesar ukuran huruf 1 poin
CTRL+[
Memperkecil ukuran huruf 1 poin
CTRL+D
Mengubah format huruf. Ini akan memunculkan kotak dialog yang berkaitan dengan pemformatan huruf secara lengkap.
SHIFT+F3
Mengubah efek-efek pada teks. Untuk kembali ke efek yang semula, cukup tekan lagi SHIFT+F3 sampai kembali ke semula
CTRL+SHIFT+A
Mem-format teks menjadi huruf kapital semuanya
CTRL+B
Menebalkan teks. Contoh: Ini tebal
CTRL+U
Menambahkan garis bawah. Contoh: ini garis bawah
CTRL+SHIFT+W
Menambahkan garis bawah hanya pada teksnya saja, bukan pada spasi antar kata. Contoh: ini garis bawah
CTRL+SHIFT+D
Menambahkan garis bawah dobel. Contoh: ini garis bawah
CTRL+SHIFT+H
Memformat teks menjadi tidak terlihat (hilang). Untuk melihat teks yang diformat hilang, kllik menu Tools, Options, lalu pada tab View, perhatikan bagian Formatting marks, berikan tanda cek pada opsi All, lalu klik tombol OK.
CTRL+I
Memiringkan teks. Contoh: ini miring
CTRL+SHIFT+K
Memformat teks menjadi huruf kecil semuanya
CTRL + ”=” (tanda sama dengan)
Menempatkan teks pada posisi pangkat bawah. Contoh: H2O
CTRL + SHIFT + “+” (tanda tambah)
Menempatkan teks pada posisi pangkat atas. Contoh: 52 = 25
CTRL+SPACEBAR (tombol spasi)
Menghilangkan format yang telah dilakukan
CTRL+SHIFT+Q
Mengubah teks menjadi berjenis huruf simbol
CTRL + SHIFT + *
Menampilkan huruf-huruf yang tidak terlihat atau yang tidak dapat dicetak
SHIFT+F1
lalu klik pada teks yang ingin dilihat formatnya
Menampilkan detail format yang diberlakukan pada teks (Reveal Formatting)
CTRL+1
Menerapkan jarak antar baris 1 spasi
CTRL+2
Menerapkan jarak antar baris 2 spasi
CTRL+5
Menerapkan jarak antar baris 1.5 spasi
CTRL+0
Menambahkan/menghilangkan jarak 1 spasi pada awal paragraf
CTRL+E
Membuat teks menjadi rata tengah
CTRL+J
Membuat teks menjadi rata kiri dan kanan
CTRL+L
Membuat teks menjadi rata kiri
CTRL+R
Membuat teks menjadi rata kanan
CTRL+M
Menambah margin pada sebelah kiri
CTRL+SHIFT+M
Menghilangkan tambahan margin kiri setelah di CTRL+M
CTRL+T
Menambahkan indent menggantung
CTRL+SHIFT+T
Mengurangi jarak indent menggantung
CTRL+Q
Menghilangkan semua format yang telah dilakukan sehingga menjadi biasa / tanpa pemformatan
CTRL+SHIFT+S
Mengubah style teks
ALT+CTRL+K
Memulai AutoFormat
CTRL+SHIFT+N
Menerapkan style Normal
ALT+CTRL+1
Menerapkan style Heading 1
ALT+CTRL+2
Menerapkan style Heading 2
ALT+CTRL+3
Menerapkan style Heading 3
CTRL+SHIFT+L
Menerapkan style List / daftar

Berhubungan dengan mail merge

ALT+SHIFT+K
Menampilkan sebuah mail merge
ALT+SHIFT+N
Menggabungkan dokumen
ALT+SHIFT+E
Mengedit data dokumen mail merge
ALT+SHIFT+F
Memasukkan sebuah field mail merge
ALT+SHIFT+D
Memasukkan field tanggal (Date)
ALT+CTRL+L
Memasukkan field daftar (List)
ALT+SHIFT+P
Memasukkan field nomor halaman
ALT+SHIFT+T
Memasukkan field waktu (jam / Time)
CTRL+F9
Memasukkan field kosong
CTRL+SHIFT+F7
Mengupdate informasi-informasi yang saling berkaitan di dalam dokumen sumber sebuah mail merge
F9
Mengupdate field yang sedang ditunjuk kursor saat itu
CTRL+SHIFT+F9
Menghilangkan hubungan sebuah link
SHIFT+F9
Melihat sebuah field dengan hasilnya (secara bergantian)
ALT+F9
Melihat semua field beserta hasilnya (secara bergantian)
ALT+SHIFT+F9
Menjalankan GOTOBUTTON atau MACROBUTTON dari field yang sedang dilihat hasilnya
F11
Pindah ke field berikutnya
SHIFT+F11
Pindah ke field sebelumnya
CTRL+F11
Mengunci field
CTRL+SHIFT+F11
Membuka /menghilangkan kunci field yang terkunci

Shortcut Tombol Fungsi (Tombol F1, F2, F3, ….F12)

F1
Membuka panduan Microsoft Word
F2
Memindahkan teks atau gambar. Caranya: pilih dulu (sorot) teks yg akan dipindahkan, lalu tekan F2, lalu klik pada posisi dimana teks tersebut akan dipindahkan, lalu tekan ENTER.
F3
Memasukkan AutoText
F4
Mengulangi proses / pengetikan yang terakhir dilakukan
F5
Membuka kotak dialog pencarian (cara singkat menuju bagian tertentu di dalam dokumen)
F6
Menuju ke frame / panel berikutnya
F7
Membuka kotak dialog Spelling and Grammar
F8
Menghidupkan mode penyorotan, yaitu menyorot teks tanpa menggunakan tombol SHIFT. Caranya: tekan F8 satu kali, lalu tekan tombol panah ke arah yang anda inginkan. Untuk mengakhiri mode penyorotan, tekan ESC. Jika anda tekan F8 dua kali, secara otomatis akan menyorot satu kata, jika tekan F8 tiga kali akan menyorot satu kalimat, dan seterusnya. Untuk mengurangi ukuran penyorotan, tekan SHIFT+F8. Jangan lupa menekan ESC untuk mengakhiri mode penyorotan.
F9
Mengupdate field yang dipilih / disorot
F10
Mengaktifkan bar menu untuk diakses oleh keyboard
F11
Menuju ke field berikutnya
F12
Menyimpan dokumen dengan nama baru. Ini sama dengan meng-klik menu File, Save As.

Tombol CTRL dan Tombol Fungsi (Tombol F1, F2, F3, ….F12)

CTRL+F2
Pindah ke tampilan
print preview atau sebaliknya ke tampilan standar
CTRL+F3
Mengambil teks untuk Autotext
CTRL+F4
Menutup jendela dokumen (sekaligus menutup dokumen)
CTRL+F5
Mengembalikan (restore) ukuran jendela dokumen setelah di maximize
CTRL+F6
Pindah ke dokumen lain (jika membuka lebih dari satu file dokumen Word)
CTRL+F7
Menjalankan perintah Move (shortcut untuk title bar)
CTRL+F8
Menjalankan perintah Size (shortcut untuk title bar)
CTRL+F9
Membuat sebuah field untuk karakter spesial (simbol)
CTRL+F10
Membuat jendela Microsoft Word menjadi berukuran Maximize
CTRL+F11
Mengunci field pada mail merge
CTRL+F12
Membuka file dokumen Word. Ini sama dengan mengklik menu File, Open.

Tombol SHIFT dan Tombol Fungsi (Tombol F1, F2, F3, ….F12)

SHIFT+F1
Menampilkan detail format yang diberlakukan pada teks (Reveal Formatting)
SHIFT+F2
Menduplikat (copy) teks
SHIFT+F3
Mengubah efek-efek pada teks. Untuk kembali ke efek yang semula, cukup tekan lagi SHIFT+F3 sampai kembali ke semula
SHIFT+F4
Mengulangi /melanjutkan proses pencarian Find atau GoTo
SHIFT+F5
Meletakkan kursor pada posisi teks yang terakhir kali dilakukan perubahan
SHIFT+F6
Menuju ke frame / panel sebelumnya
SHIFT+F7
Membuka kotak dialog Thesaurus
SHIFT+F8
Menghilangkan tanda penyorotan / seleksi
SHIFT+F9
Melihat sebuah field dengan hasilnya (secara bergantian)
SHIFT+F10
Memperlihatkan menu klik kanan pada posisi kursor
SHIFT+F11
Pindah ke field sebelumnya
SHIFT+F12
Menyimpan dokumen. Ini sama dengan mengklik menu File, Save

Tombol ALT dan Tombol Fungsi (Tombol F1, F2, F3, ….F12)

ALT+F1
Meletakkan kursor pada field berikutnya. Field di sini bisa berupa teks yang mengandung link, ataupun teks-teks tertentu lainnya
ALT+F3
Membuat sebuah entry AutoText
ALT+F4
Keluar dari program aplikasi Microsoft Word
ALT+F5
Mengembalikan ukuran jendela Microsoft Word jika sedang maximize.
ALT+F7
Mencari kesalahan dalam penulisan. Ini bisa berfungsi jika kotak cek “Check spelling as you type” diaktifkan. (lihat di menu Tools, Options, klik tab Spelling & Grammar)
ALT+F8
Menjalankan sebuah macro.
ALT+F9
Melihat semua field beserta hasilnya (secara bergantian)
ALT+F10
Memaksimalkan (maximize) tampilan jendela program Microsoft Word
ALT+F11
Menampilkan jendela penulisan kode Microsoft Visual Basic

Tombol CTRL+SHIFT dan Tombol Fungsi (Tombol F1, F2, F3, ….F12)

CTRL+SHIFT+F3
Menuliskan isi dari Spike (entry AutoText spesial)
CTRL+SHIFT+F5
Mengedit bookmark. (membuka kotak dialog bookmark)
CTRL+SHIFT+F6
Pindah ke jendela dokumen yang lain (jika pada saat bersamaan, membuka lebih dari satu file Word)
CTRL+SHIFT+F7
Mengupdate informasi-informasi yang saling berkaitan di dalam dokumen sumber sebuah mail merge
CTRL+SHIFT+F8 kemudian tekan tombol panah
Menyorot teks secara vertikal
CTRL+SHIFT+F9
Menghilangkan hubungan sebuah link
CTRL+SHIFT+F11
Membuka /menghilangkan kunci field yang terkunci
CTRL+SHIFT+F12
Membuka kotak dialog Print. Sama dengan CTRL+P

Tombol CTRL+ALT dan Tombol Fungsi (Tombol F1, F2, F3, ….F12)

CTRL+ALT+F1
Menampilkan informasi mengenai komputer yang sedang digunakan.
CTRL+ALT+F2
Membuka file dokumen Word. Ini sama dengan meng-klik menu File, lalu Open.

Tombol ALT+SHIFT dan Tombol Fungsi (Tombol F1, F2, F3, ….F12)

ALT+SHIFT+F1
Meletakkan kursor pada field sebelumnya. Field di sini bisa berupa teks yang mengandung link, ataupun teks-teks tertentu lainnya
ALT+SHIFT+F2
Menyimpan dokumen yang sedang dibuka/diedit. Ini sama dengan meng-klik menu File, lalu Save.
ALT+SHIFT+F9
Menjalankan GOTOBUTTON atau MACROBUTTON dari field yang sedang dilihat hasilnya
ALT+SHIFT+F10
Menampilkan menu atau pesan untuk smart tag.
ALT+SHIFT+F11
Menjalankan Microsoft Script Editor

Referensi
Dokumentasi Microsoft Word 2003

Biografi Penulis
Nur Ns, saat ini sedang menyelesaikan S1-nya di STMIK Indonesia.

Polisi Tidur

Saat membaca judul tulisan ini, aku yakin teman-teman yang tinggal di ibukota semacam Jakarta, Medan, Bandung dan Surabaya pasti sudah terbayang sebuah gundukan yang menghalangi laju motor dan mobilnya. Jika gundukan itu tinggi, tak pelak mobil dan motornya yang disetel rendah pasti sasis bawah akan terantuk.
Di Tahun 1960 dan 1970an, gundukan yang menghambat laju kendaraan itu hanya bisa kita temui di kompleks militer atau polisi. Gunanya mungkin untuk mencegah paksa kendaraan agar tidak ugal ugalan. Meskipun aneh, karena siapa yang berani bergajulan berkendaraan di kompleks militer yang bertuliskan marka "kompleks militer, maks 40 Km". Warkop dulu suka memplesetkan "angin saja takut berhembus kencang di sana". Waktu berlalu dengan cepat, di Tahun 2008 ini, dimana mana mudah kita temui gundukan yang sudah punya nama menjadi "Polisi Tidur" itu. Entah siapa yang menciptakan nama yang menjelekkan citra Polisi kita itu. Mungkin, karena gundukan itu bertugas menghalangi laju kendaraan seperti polisi, maka dianggap saja gundukan itu "polisi sedang tidur" Di Depok dan banyak daerah lain bertebaran "Polisi Tidur", dan celakanya sudah merambah ke jalan utama yang sudah seharusnya dilarang ada halangan seperti itu, tetapi warga sekitar jalan itulah yang memasangnya.
Kupikir, mungkin warga tidak percaya, jika hanya memasang marka "hati-hati banyak anak kecil" atau "hati-hati banyak anak sekolah" atau sejenisnya akan dipatuhi oleh pengendara mobil, terutama motor pribadi atau sewaan (ojek), sehingga mereka memaksa pengendara pelan pelan dengan cara lain. Fenomena polisi tidur adalah fenomena perilaku determinstik yang hitam putih namun terpendam. Bayangkan, bujukan untuk berkendaraan dengan hati-hati dan pelahan dalam marka jalan, tidak lagi dipercaya efektif, artinya caranya harus dipaksa, ya dengan gundukan tadi.
Polisi tidur merupakan indikasi masyarakat yang masih harus dipaksa, artinya masyarakat yang belum punya adab tinggi, karena masih belum mampu (atau mau) berfikir jauh, akibat dari sikap ugal ugalan tadi. Kesadaran atas akibat itu belum tumbuh dari dalam, masih memerlukan paksaan. Polisi tidur itu indikasi masyarakat yang senang dengan pendekatan militeristik yang cenderung hitam putih dan pemaksa serta enggan berfikir jauh, Leo Tolstoy mengejek sebagai sebuah dosa besar jika prajurit harus berfikir.
Namun, itulah cermin masyarakat kita, terutama yang urban, jika kepatuhan luntur, maka pendekatan pemaksa yang dilakukan. Pernahkan kita hanya mendapatkan teguran dari Polisi ketika melakukan kesalahan, padahal baru sekali dan tentu tidak disengaja? Tetapi, siapa tau "Polisi Tidur" itu sebuah kearifan lokal masyarakat dalam mendidik korps Polisinya dan pernahkah kita bayangkan bagaimana perasaan pak Polisi, terutama yang mau berfikir, ketika mendendarai motor rendah dan melindas saudaranya yang sedang tidur itu? Mungkin dia bergumam "Betul juga, tidur aja ngrepotin, apalagi ketika bangun".
Bravo pak Polisi, saya selalu simpati kepada anda ketika sedang berdiri mengatur lalin yang sedang padat apalagi sambil tersenyum sabar.
By: Nanang