Kamis, 15 Januari 2009

gaji GURU-DOSEN rendah

"IBU TAU KAN GAJI GURU ITU BERAPA ??".
Pekerjaan guru (termasuk dosen) di Indonesia memang unik.
Kalau di perusahaan swasta gaji = penghasilan.
Kalau guru/dosen gaji = yang tertera di struk gaji, sedang penghasilan = uang yang didapat(dibawa pulang sejak tanggal 1 sampai akhir bulan setiap bulannya).
Gaji maksimum 3 juta, tapi penghasilan ada yang bisa ratusan juta setiap bulannya.
Ah masa iya sech, lha iya ya dunk (ada contoh otentiknya walau ya sangat juarang sekali).
"KALAU SUDAH TAU GAJI GURU KECIL, KENAPA MASIH MAU JADI GURU ?
MENDING KELUAR DAN CARI KERJA LAIN"

Kalau karyawan perusahaan tidak puas dengan gaji, dia keluar melamar tempat lain untuk pekerjaan sama untuk mencari gaji yang lebih tinggi mungkin bisa.
Guru gak puas dengan gaji lalu keluar cari pekerjaan guru di tempat lain, ya kira2 tidak berubah banyak gaji yang ditawarkan. hehehe. Tapi kalau keluar lalu cari pekerjaan lain
sesuai dengan kemampuan yang dimiliki ya silahkan akan lebih jantan
(Harusnya begitu dari pada ngomel apalagi demo)
"HABIS SEKARANG CARI KERJA SUSAH...?
Nah jawaban ini yang tidak konsisten.
Gaji atau penghasilan cukup atau tidak itu relatif.
Kalau akan dibandingkan jangan dengan beberapa negara saja (yang sudah maju),
tapi bandingkan juga dengan negara yang lain juga sesama Asia (misal India, Thailand, China)
Lalu bandingkan juga pola konsumtifnya, budaya mengajarnya dan pola berpikirnya.
Banyak guru mengeluh masalah rendahnya gaji/penghasilan, tapi jumlah anaknya banyak (berarti menambah jumlah mulut/perut yang perlu diberi makan),
ada kreditan motor/TV/ kulkas/handphone dll (yang bunganya besar) ya diambil.
Akhir bulan yang dibawa pulang amplop berisi struk gaji tanpa uang, lho yang salah siapa??
Solusi alternatifnya bagaimana?
Pemerintah dengan kewenangannya membatasi produksi
motor/TV/handphone dan barang-barang konsumtif lain
(India berani mengapa kita tidak berani?).
Kalau barang tidak ada (seperti zaman Belanda dulu) kan guru atau masyarakat
yang "pas-pasan" ga perlu kredit atau "kepingin" punya.

Budayakan pola hidup sederhana atau sesuaikan pola hidup dengan penghasilan,
gak perlu iri dengan kehidupan orang lain yang memang
mempunyai penghasilan yang memungkinkan.
Salam
Dari Prita