Minggu, 15 Mei 2011

To Forgive Is To Forget

Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu. Berhati-hatilah kamu terhadap mereka. Jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni mereka, Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan bagimu. Di sisi Allah-lah pahala yang besar. (QS At-Taghabun [64]: 14-15)

Dalam Jalan Rahmat, Kang Jalal merujuk ayat 14 dan 15 Surah At-Taghabun untuk menunjukkan bahwa ada tiga cara memberi maaf. “Ada tiga kata untuk menyebutkan arti kata memaafkan dalam ayat tersebut, yaitu ta’fu, tashfahu, dan taghfiru,” tulisnya. Selanjutnya Kang Jalal menguraikan bahwa ta’fu berasal dari kata afa yang berarti menghapus jejak atau menghilangkan bekas. Di padang pasir terkadang bukit pasir dapat hilang begitu saja ketika ada topan yang meniup habis bukit tersebut. Orang Arab berkata, “Afat al-rih al-jibal” (Angin menghapuskan bukit).

Tashfahu berarti melepaskan seseorang dari hukuman yang seharusnya dia terima. Ada seorang budak melarikan diri dan tertangkap. Budak itu pun dihadapkan kepada tuannya. Semestinya si budak mendapatkan hukuman berupa cambukan akibat kesalahan yang telah dilakukannya. Apabila majikan budak itu kemudian membebaskannya dari hukuman tersebut, sang majikan itu pun ber-tashfahu. Kata ketiga, taghfiru, pada awalnya berarti menutupi atau menyembunyikan. Inilah yang disebut to forgive is to forget (memaafkan berarti melupakan).

Kita tahu bahwa memberi maaf adalah perilaku terpuji. Bahkan, di dalam Al-Quran, perilaku memberi maaf ini merupakan salah satu ciri orang-orang yang bertakwa. Keluarga kita, anak-anak kita, sahabat-sahabat kita adalah manusia biasa. Mereka, termasuk diri kita, tentulah pernah tergelincir atau jatuh ke dalam jebakan setan. Mereka, termasuk diri kita, pernah terdorong oleh hawa nafsurnya sehingga berbuat kesalahan. Mereka, termasuk diri kita, sepanjang hidup menumpuk dosa. Akan tetapi, lewat kasih sayang-nya, Allah menyembunyikan dosa-dosa itu.

“Salah satu nama Allah adalah Sattar Al-‘Uyub, penutup aib,” tulis Kang Jalal. “Maka, jika kita ingin menyembunyikan aib diri, sembunyikan pula aib orang-orang yang pernah berbuat zalim kepada diri kita.” Apabila kita mampu melakukan tiga hal—sebagaimana ditunjukkan dalam tiga arti kata maaf: menghapuskan luka hati hingga tak kelihatan lagi, membebaskan seseorang dari hukuman akibat kesalahannya, dan menutup aib orang lain atau melupakan kesalahan orang lain seetlah pemberian maaf—dapat dipastikan bahwa Allah akan mengampuni dosa-dosa kita. Dengan begitu, Allah juga akan menghapuskan akibat buruk dari dosa tersebut. Apa dampak yang akan kita terima jika Allah menghapuskan akibat buruk dari dosa-dosa kita?

Seorang Arab dari pedalaman datang menemui Ali bin Abi Thalib. Dia menyampaikan keluhannya kepada Imam Ali karena beratnya kehidupan, sempitnya rezeki, dan banyaknya tanggungan yang harus diurus. Imam Ali pun memberikan nasihat kepadanya, “Hendaklah kamu ber-istighfar karena Allah berfirman, ‘Minta ampunlah kamu kepada Tuhanmu. Sesungguhnya, Dia Maha Pengampun. Nanti Allah akan mengirimkan hujan (rezeki) kepada kamu dengan berlimpah. Dan Dia akan memperbanyak harta kamu dan anak-anak kamu dan Dia jadikan bagimu kebun-kebun dan sungai-sungai.’”

“Wahai Amirul Mukminin, aku sudah banyak ber-istighfar tetapi aku tidak melihat diriku terlepas dari kesusahanku.” Imam Ali lantas menjelaskan bahwa ada kemungkinan doa dan permintaan ampun kita tertahan gara-gara kita tidak mau memberikan maaf kepada orang-orang di sekeliling kita—termasuk istri dan anak-anak kita—yang telah melakukan kesalahan terhadap kita. Memberi maaf akan membantu terlepasnya doa dan permintaan ampun dari diri kita yang tertahan itu.
Wallahu a’lam.

Salam
Hernowo

Pemimpin Berkualitas

Kepada Para Agen Perubahan,

Saya percaya bahwa sebagai warga dunia dan bangsa yang majemuk, kita memiliki tujuan sama, yaitu menjembatani perbedaan budaya. Kita berkewajiban membangun dan mengembangkan hubungan yang berkesinambungan dan saling menguntungkan di bidang-bidang strategis seperti perekonomian, perdagangan, dan keamanan.

Pemimpin berkualitas merupakan syarat utama bagi aspirasi ini. Pertanyaannya adalah, siapakah para pemimpin berkualitas ini? Mereka adalah orang-orang yang memiliki empati terhadap rekan sejawatnya di seluruh nusantara. Mereka juga orang-orang yang secara pragmatis mampu mencapai konsensus melalui musyawarah mufakat.

Dewasa ini kita dihadapkan pada tantangan sosial dan politik. Bagi negara-negara berkembang, baik yang berada di bawah kekuasaan individu atau kelompok elit, peluang korupsi yang kerap hadir bersama kekuasaan menjadi sumber kegagalan. Hal ini berimbas pada terbatasnya akses terhadap kesejahteraan yang adil bagi seluruh rakyat akibat tangan-tangan koruptor yang berkuasa. Upaya-upaya penanggulangan akan eksploitasi kemiskinan yang sudah tersistem di masyarakat, kebijakan-kebijakan eksklusif yang hanya menguntungkan sebagian kelompok, dan pelanggaran hak asasi manusia akan sia-sia kekurangan pemimpin yang mampu bertindak tegas. Pemimpin tersebut adalah mereka yang bertanggung jawab, cerdas, berpengetahuan luas, dan berasal dari masyarakat di negara itu sendiri.

Upaya mengatasi korupsi, sifat elitis, dan keterbatasan masyarakat hanya bisa dicapai melalui kepemimpinan yang diwarnai kekuatan intelektual serta moral yang kental. Karakter ini dibutuhkan untuk memerangi kondisi buruk dan keluar sebagai pemenang.

Perhatikan peristiwa-peristiwa di sekitar Anda. Kisah-kisah yang disiarkan di televisi menceritakan bencana dan kelaparan. Kisah-kisah tersebut mendorong para donor membuat program wajib penanggulangan bencana secara kolektif. Kisah lainnya, perhatian terhadap upaya pengentasan buta huruf, angka kematian bayi, dan masalah kesehatan gagal mengatasi akar permasalahan, walaupun dimulai dengan sebuah niat mulia.

Apakah yang sebenarnya telah kita raih melalui upaya pemberantasan buta huruf dan peningkatan usia harapan hidup apabila tidak mampu memberikan pertolongan nyata yang berkesinambungan bagi masyarakat yang benar-benar membutuhkan?

Kita semua menyadari bahwa pendidikan adalah kunci utama dalam membangun dinamika perekonomian yang berdemokrasi serta kokoh. Namun sayangnya, kata “pendidikan” yang diterapkan di negara-negara berkembang umumnya hanya diterjemahkan tidak lebih dari sekadar upaya penanggulangan buta huruf dan mendukung sistem hafalan yang berlaku. Ketimbang “pendidikan” semata, dewasa ini Indonesia masih membutuhkan “kepemimpinan yang analitis, berpengetahuan luas, dan bertanggung jawab”.

Karena berbagai alasan, lembaga-lembaga pendidikan tinggi kita belum mampu menciptakan pemimpin-pemimpin yang tercerahkan secara intelektual, moral, dan beretika untuk membaktikan diri mereka kepada kepentingan masyarakat. Lembaga-lembaga pendidikan tinggi ini umumnya masih bersifat tradisional dan dikelola oleh pemerintah.

Beruntung, beberapa negara maju menyediakan kesempatan bagi sekumpulan kecil pemimpin berkualitas dan pegawai pemerintahan sebagai sandaran masyarakat. Seiring berjalannya waktu, Indonesia dapat belajar dari pengalaman Amerika Serikat. Pendidikan merupakan kunci utama yang berhasil meluncurkan negara AS menjadi sebuah bangsa yang lebih demokratis dan makmur. Undang-undang yang menjamin pendidikan tinggi atau ketrampilan bagi veteran Perang Dunia ke-II (G.I. Bill) berperan besar dalam membuka kesempatan bagi jutaan orang Amerika. Generasi muda di sana berhasil meraih posisi tertinggi dalam hal kepemimpinan dan produktivitas. Bantuan berupa hibah, pinjaman, dan beasiswa dari Badan Federal, Negara Bagian, dan swasta berperan besar dalam membuka akses ke pendidikan berdasarkan prestasi. Hal ini merangsang kecakapan intelektual dan kreativitas di masyarakat yang membantu AS mengatasi tantangan-tantangan di era modern.

Presiden Barack Obama merupakan cermin keberhasilan dari metode tersebut. Jaringan klub-klub eksklusif Amerika yang hanya membukakan akses pada segelintir kelompok elit bukanlah jalur yang ditempuhnya untuk meraih kepemimpinan. Melainkan, Ia melangkah dengan hasrat pribadi untuk maju dan membuka kesempatan meraih pendidikan yang berlandaskan meritokrasi. Perjalanannya menuju Gedung Putih tidak melalui lembaga hukum elit atau korporasi, tetapi melalui kerja keras tanpa pamrih untuk meningkatkan taraf hidup lapisan prasejahtera di lingkungannya.

Beberapa teori ekonomi politik menganggap bahwa kelompok kelas menengah yang besar memiliki pengaruh baik dan menciptakan stabilitas masyarakat. Ini dikarenakan kelompok kelas menengah tidak memiliki kecenderungan kelas bawah yang revolusioner dan eksplosif maupun kecenderungan absolutis yang tertanam kuat di kalangan atas.
Klasifikasi golongan masyarakat sebagai kelas menengah atau bukan dilihat berdasarkan tingkat pendidikan, kondisi fisik tempat mereka bekerja, dan gaya hidup mereka daripada hubungan mereka dengan alat-alat produksi.

Jika kita menyepakati bahwa makna “kelas” memasukkan unsur-unsur intelektual dan material, lalu pendidikan merupakan syarat utama seseorang dapat mempertahankan statusnya, dapat dipahami mengapa dewasa ini kita menyaksikan tingkat pertumbuhan di negara-negara bekas komunis yang telah menerapkan kapitalisme lebih cepat daripada tingkat pertumbuhan di negara-negara terbelakang yang semula memiliki pendapatan per kapita sama dengan mereka.

Sebagai perbandingan, negara-negara bekas komunis secara umum beruntung karena mewarisi penduduk yang berpendidikan sangat tinggi sehingga negara-negara bekas komunis itu telah lepas landas meninggalkan kita. Sementara mereka melesat membangun kapasitas material, kita di Indonesia masih berjuang untuk membangun kapasitas intelektual sebelum dapat berlanjut membangun kapasitas material.
Penanggulangan masalah pendidikan untuk kesejahteraan masyarakat luas adalah tangung jawab orang-orang yang memiliki kepekaan moral. Oleh karena itu, saya yakin sepenuhnya bahwa negara ini, dengan jumlah penduduknya yang besar dan sumber dayanya yang luar biasa, perlu menciptakan sebanyak mungkin—dan secepat mungkin—upaya-upaya pembentukan pemimpin. Negara ini membutuhkan pemimpin yang mampu membuat lompatan besar untuk menghilangkan kesenjangan dan mengembangkan segala potensi yang ada di masyarakat.

Salam
Putera Sampoerna

Selasa, 10 Mei 2011

Pendidikan Keteladanan

Saya pun berharap wajah-wajah keceriaan mengiringi hari-hari indah anda bersama keluarga. Keluarga sakinah mawaddah warahmah. Keluarga yang di dalamnya ada figur keteladanan dari ayah dan ibu. Mampu memimpin keluarga kecil bahagia sejahtera dengan penuh kasih sayang, karena didalamnya telah ditanamkan pendidikan keteladanan.

Pendidikan keteladanan di mulai dari keluarga dan diajarkan pula di sekolah. Anak sudah harus diarahkan untuk mengikuti hal-hal baik yang dilakukan oleh para orang dewasa agar mereka mendapatkan contoh konkrit dari apa yang dilihatnya.

Seorang anak adalah mesin foto copy yang canggih, apapun yang diperbuat oleh bapak dan ibunya maupun lingkungan keluarga akan dicontoh oleh si anak. Tinggal sekarang kemana si anak akan diarahkan? Oleh karena itu bijaklah dalam berbicara maupun bertindak. Ingatlah dalam keluarga ada yang sedang menjiplak anda.

Pendidikan anak diawali dari rumah. Oleh karenanya semakin besar anak, sebagai orang tua harus semakin berhati-hati bertingkah laku & berkata-kata, takut anak meniru yang buruk. Anak-anak adalah peniru yang baik.

Pendidikan keteladanan sebenarnya ada dalam rumah-rumah kita. Dia bersemayam dalam hati kita masing-masing, karena pada hakekatnya keteladanan muncul dari dalam diri.

Hal itu terlihat dari bagaimana seorang ayah yang melindungi anak-anaknya dengan sepenuh hati dan sepenuh jiwa. Bagaimana seorang ibu yang menyayangi anak-anaknya dengan penuh kasih sayang dan belaian lembut seorang ibu. Semua itu mereka lakukan demi keberlangsungan hidup anak-anaknya.

Ketika ayah dan ibu tak lagi menjadi teladan bagi anak-anaknya. Ketika seorang kakak tak memberikan teladan kepada adiknya, dan ketika yang tua tak memberikan teladan kepada yang muda. Apa yang terjadi?

Kita tentu akan melihat bahwa budi pekerti telah hilang dari dalam diri.

Mereka yang muda tentu akan mengikuti gaya orang tuanya. Bila orang tuanya baik, maka anak pun akan cenderung baik. Ketika orang tuanya jahat, maka anak pun akan berkecenderungan jahat pula. Lingkungan sangat membentuk kepribadian anak.

Pendidikan keteladanan harus dimulai dari keluarga. Para orang tua harus dapat memberikan keteladanan kepada anak-anaknya.

Ketika orang tua mengajak anaknya untuk beribadah, maka orang tuanya itu harus memberikan keteladanan lebih dulu. Jangan sekali-kali mengajak anak untuk beribadah, ketika orang tua tak melakukannya. Sebab bila itu terjadi anak akan protes dan cenderuang memaki dan mengumpat.

Bisa saja keluar kalimat, “ayah saja tidak sholat, dan ibu saja tidak mengaji”.

Pada akhirnya anak melihat kelakuan buruk orang tuanya. Anak akan cepat meniru apa yang dilakukan oleh kedua orang tuanya. Keteladanan positif pun tak terjadi.

Menjadi orang tua ideal perlu ilmu. Menjadi guru ideal juga perlu ilmu. Jika orang tua dan guru mengamalkan ilmunya dengan benar, saya yakin keteladanan bisa diberikan pada anak.

Sayangnya, banyak suami istri tidak mencari ilmu mendidik anak karena sibuk dengan urusan pemenuhan kebutuhan keluarga. Mereka mengandalkan guru di sekolah untuk mendidik anaknya. Namun, ternyata guru telanjur dipusingkan dengan urusan administrasi sekolah dan urusan keluarga. Mereka hanya sempat mentransfer materi pelajaran tapi lupa menanamkan keteladanan. Kalau sudah begitu, semoga kita tidak termasuk golongan orang yang merugi.

Pendidikan keteladanan harus dipupuk dari anak masih usia dini. Tentu memori otaknya akan menyimpan semua hal baik yang dilihatnya. Tetapi bila kita sebagai orang tua tak memberikan keteladanan, maka jangan salahkan bila anak kita berkelakukan kurang ajar.

Dalam dunia persekolahan kita, pendidikan keteladanan harus diberikan guru kepada anak didiknya. Menyatu dalam kurikulum yang bernama pendidikan karakter atau watak di sinilah fungsi mendidik itu diperkukan. Para peserta didik diajarkan bagaimana mencontoh hal-hal baik yang ada dalam kehidupannya sehari-hari.

Banyak orang tua lupa bahwa mereka itu guru pertama bagi anaknya. Keluarga itu adalah sekolah pertama anak. Merah, putih, dan hitamnya anak tergantung pada orang tuanya. Sayangnya, urusan mendidik anak dianggap sebagian orang tua hanyalah urusan guru di sekolah.

Saya kira, pendidikan keteladanan akan berjalan dengan baik dalam dunia pendidikan bila kita sebagai orang tua, guru, dan dosen mampu memberikan keteladanan kepada anak-anaknya. Tak perlu ini dan itu dalam memberikan keteladanan, karena keteladanan itu sederhana. Sangat sederhana.

Tetapi kenapa di antara kita sering tak melakukannya???

Salam Blogger Persahabatan
Omjay

Guru

"...the true teacher is not the one who teaches us the ideal path, but the one who shows us the many ways of reaching the road we need to travel if we are to find our destiny." -Paulo Coelho-

Tapi apakah sebenarnya arti guru itu? Untukku semua orang yang aku jumpai adalah guru, ketika ia dapat memberikan hikmah, pelajaran, sekecil apapun itu.

Guru bukanlah orang yang dipuja-puji karena tahu semuanya. Bisa jadi murid belajar pada guru tersebut karena ketidaktahuannya. Murid jadi belajar bahwa mencari kebenaran itu tidak pernah berhenti.

Guru juga bukanlah yang ditiru begitu saja karena tidak pernah salah. Murid juga bisa belajar dari kesalahan guru. Ia jadi tahu bagaimana harus memperbaiki kesalahan, dan bertanggung jawab atas kesalahan yang telah ia buat.

Seorang penulis yang inspiratif, Coelho, banyak sekali menuliskan tentang guru. Salah satunya sudah membuka tulisan ini. Ada lagi yang lain:

"What is a teacher? I'll tell you: it isn't someone who teaches something, but someone who inspires the student to give of her best in order to discover what she already knows."

Ya, guru bukan sekadar orang yang mengajarkan ini itu kepada muridnya, tetapi orang yang membentuk sifat pembelajar hidup yang utuh pada anak didiknya.

Mudah-mudahan tidak berujung pada kata-kata kosong belaka.
Semoga

Salam
Dhitta Puti Sarasvati

Air Zam Zam

Penemuan air zam-zam yang dijual di Inggris mengandung racun berpotensi menimbulkan kontroversi. Air zam-zam buat umat Muslim adalah air yang suci karena sering disebut dalam kitab suci bahwa kualitas air ini memiliki kandungan mineral yang tinggi. Apa saja kandungan air zam-zam tersebut?

Sebagai negara yang wilayahnya didominasi oleh gurun pasir, Arab Saudi tidak punya banyak pilihan untuk mendapatkan air bersih. Selain dari sumur dan mata air, kebutuhan air bersih dipenuhi dari desalinasi atau pemurnian air laut dan air minum dalam kemasan.

Air Zam-zam yang berasal dari sebuah mata air suci di sekitar Masjidil Haram termasuk air tanah yang kaya akan mineral. Dibadingkan air bersih yang diperoleh dari sumber lain di Arab Saudi, air tanah memiliki kandungan mineral paling tinggi.

Sebuah penelitian pernah dilakukan oleh Dr Nour Al Zuhair dan Prof Rita Khounganian dari King Saud University untuk membandingkan kandungan mineral air Zam-zam. Sebagai pembandingnya adalah air keran yang ada di Arab Saudi, yang juga sering dikemas dalam botol.

Dari hasil penelitian tersebut seperti dikutip faculty.ksu.edu.sa, Senin (9/5/2011), salah satu kelebihan air Zam-zam adalah memiliki kandungan mineral khususnya fluoride yang lebih tinggi. Air Zam-zam yang diambil langsung dari sumbernya memiliki kadar fluoride 0,75 ppm sementara yang dialirkan melalui pipa sebanyak 0,68 ppm.

Kadar ini lebih tingi dibandingkan rata-rata kandungan fluoride dalam air keran di Arab Saudi yang hanya sekitar 0,28 ppm. Sementara menurut organisasi kesehatan dunia, tubuh manusia mampu menerima kandungan fluoride dalam air minum hingga kadar 1,5 ppm.

Bagi manusia, kadar fluoride yang tinggi dalam air minum bisa memberikan manfaat khususnya untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut. Kekurangan fluoride bisa memicu gigi keropos atau dental caries yang jika memburuk bisa memicu infeksi pada gusi.

Kelebihan lain dari Air zam-zam adalah memiliki kandungan ion kalsium yang lebih tinggi, yakni 96 ppm baik yang diambil dari sumbernya maupun yang dialirkan melalui pipa. Sementara kadar ion kalsium dalam air keran di Arab Saudi rata-rata hanya 75,2 ppm.

Penemuan air zam-zam yang tercemar arsenik di Inggris cukup mengejutkan banyak pihak. Bagi masyarakat yang ingin memastikan kualitas air zam-zam yang dimilikinya bisa langsung mengecek di BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan).

"Untuk di Indonesia tidak ada pengujian mengenai air zam-zam, tapi kalau masyarakat merasa ragu silakan lakukan pengujian ke BPOM," ujar ketua BPOM Dra Kustantinah, Apt, MApp, Sc saat dihubungi detikHealth, Senin (9/5/2011).

Kustantinah menuturkan air zam-zam biasanya dibawa oleh masing-masing orang dan digunakan sendiri. Namun karena sekarang banyak orang memerlukan air tersebut maka air itu dikomersilkan.Diakui Kustantinah, memang selama ini belum ada air zam-zam yang didaftarkan di BPOM.

"Setiap daerah umumnya memiliki laboratorium yang bisa dilakukan untuk melakukan pengujian terhadap air minum, jadi masyarakat silakan saja membawa sampel dan lakukan pengujian tapi tidak ada tujuan lain hanya ingin menguji saja," ungkapnya.

Kustantinah menambahkan isu ini sangat sensitif jadi harus hati-hati dalam menanggapinya. Kustantinah berharap mudah-mudahan memang tidak ada apa-apa, karena sampai saat ini tidak tahu apakah air zam zam yang tercemar itu benar atau tidak.

"Air ini dikonsumsi oleh penduduk seluruh dunia dan beberapa ilmuwan juga ada yang mengonsumsinya, jadi jika memang ada apa-apa pasti sudah ramai dibicarakan," ujar Kustantinah.

Selama ini air zam-zam diyakini oleh masyarakat untuk kesehatan, dan beberapa studi menujukkan bahwa air zam-zam mengandung kadar flouride yang tinggi, flouride ini memberikan manfaat khususnya untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut. Serta memiliki kandungan ion kalsium yang tinggi.

Namun hasil penyelidikan yang dilakukan oleh BBC menemukan bahwa air zam-zam yang dijual secara ilegal di beberapa toko di Inggris mengandung kadar arsenik yang melebihi ambang batas yang sudah ditetapkan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO).

Faktor Risiko yang Bikin Tercemar

Menurut ahli hidrogeologis UPN Veteran Yogykarta, Prof Dr Sari Bahagiarti, MSc, kemungkinan besar tercemarnya air zam-zam adalah pada saat distribusi dan penyimpanan.

"Kalau arsenik pada air tanah biasanya karena tercemar limbah industri, tapi kalau untuk air zam-zam kemungkinan besar tercemar pada saat distribusi dari Arab ke Inggrisnya. Proses penyimpanan yang lama juga bisa mempengaruhi pencemaran," jelas Prof Sari saat dihubungi detikHealth.

Menurut Prof Sari penyimpanan yang lama apalagi ditambah dengan temperatur wadah atau lingkungan yang tinggi, bisa menyebabkan zat-zat berbahaya pada wadah bereaksi dengan air.

"Biasanya itu karena wadahnya logam. Tapi kalau plastik yang dipanaskan juga bisa menyebabkan air menjadi tercemar oleh bahan pengawet pada plastik. Jadi proses distribusi dan penyimpanan sangat berpengaruh," lanjut Prof Sari.

Prof Sari juga menambahkan bahwa bila masyarakat ragu, sebaiknya periksakan sampel air zam-zam ke laboratorium kesehatan agar kandungan-kandungan berbahaya pada air bisa diketahui dengan jelas.

Sementara itu mantan ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), Anwar Ibrahim saat dihubungi detikHealth mengatakan air Zam-zam paling aman jika diambil sendiri di Mekkah. Di tempat asalnya, air Zam-zam disediakan gratis melalui pipa-pipa yang bisa diakses oleh siapapun.

"Sejauh yang saya tahu ya, belum pernah ada kasus keracunan atau pencemaran di tempat aslinya. Tapi nggak tahu kalau ada perkembangan terbaru," ungkap Anwar yang mengaku belum mendengar tentang air Zam-zam beracun yang dijual secara ilegal di Inggris.

Dalam kesempatan umrah terakhir, zamzam ini jadi andalan. Saya beli sebotol air mineral ukuran 1 liter seharga 2 riyal di depan masjid, tapi begitu masuk masjid airmya saya buang dan diganti zamzam. Saya hanya butuh botolnya doang. Dingin, segar, dan ada tuntunan hadits Nabi saat meminumnya. Alhamdulillah, saya sehat selalu selama di sana...

Salam
Mohammad Ihsan

Selasa, 03 Mei 2011

Pendidikan untuk Pengentasan Kemiskinan

Konsep pendidikan untuk pengentasan kemiskinan mempunyai dua makna. Makna pertama didasarkan pada teori human capitalyang menyatakan bahwa di samping modal dan teknologi, manusia juga merupakan salah satu faktor utama untuk mendukung pertumbuhan ekonomi suatu negara.

Pertumbuhan ekonomi di Jepang danKorea Selatan merupakan contoh. Kedua negara ini miskin sumber daya alam, tetapi pertumbuhan ekonominya tinggi karena mempunyai sumber daya manusia dengan kompetensi tinggi, terutama di bidang teknologi dan ilmu pengetahuan. Makna kedua berkaitan dengan kebijakan afirmatif. Kebijakan ini pada prinsipnya menegaskan bahwa pelayanan pendidikan harus bersifat non diskriminatif. Minat dan bakat menjadi satu-satunya dasar untuk melakukan seleksi (bukan mendiskriminasikan) setiap siswa untuk mendapatkan pelayanan pendidikan. Kebijakan pendidikan, baik di negara berkembang maupun maju, selalu diarahkan pada peningkatan pemerataan dan mutu pelayanan pendidikan.

Kriteria efisiensi dan efektivitas menjadi pertimbangan manajemen ketika ketersediaan sumber dana senantiasa terbatas. Akibatnya alokasi dana untuk menunjang kebijakan pendidikan selalu dihadapkan pada fenomena trade-off. Adanya fenomena trade-off menuntut kejelian pemerintah dalam melakukan prioritas.Penetapan target yang akan dicapai pada periode tertentu tentu saja tidak hanya mempertimbangkan jumlah anggaran yang dapat disediakan pemerintah, tetapi juga karakteristik target pendidikan.

Permasalahan Perenial


Paling tidak terdapat dua permasalahan perenial yang saling berkaitan antara kebijakan peningkatan pemerataan dan mutu pelayanan pendidikan dengan mempertimbangkan keterbatasan sumber dana. Kedua permasalahan tersebut adalah kemiskinan dan keterisolasian geografis. Kemiskinan menjadi pertimbangan karena berkaitan dengan kemampuan orang tua untuk menyisihkan sebagian penghasilan untuk menyekolahkan anaknya. Namun, hal ini tidak dapat dijadikan alasan bahwa mereka yang berasal dari keluarga yang tidak mampu secara ekonomis didiskriminasikan dari pelayanan pendidikan.

Keterisolasian geografis menjadi permasalahan yang sudah ada sejak Indonesia merdeka. Pengabaian terhadap masalah ini mempunyai konsekuensi terhadap efektivitas pencapaian kebijakan pendidikan. Mereka juga warga Indonesia yang mempunyai hak untuk mendapatkan pelayanan pendidikan yang bermutu. Di samping berkenaan dengan masalah kemiskinan dan keterpencilan geografis, kebijakan pendidikan juga dihadapkan dengan masalah pengangguran. Pendidikan dianggap bertanggung jawab terhadap pengangguran yang terjadi. Satuan pendidikan pada dasarnya tidak bisa menjamin bahwa setiap lulusannya mendapat pekerjaan. Perdebatan tentang peran pendidikan dalam menghantarkan peserta siswa memasuki dunia kerja adalah ready for trainatau ready for use.

Argumentasi yang dikemukakan di sini adalah peran pendidikan mengantarkan siswa untuk ready for trainpada saat lulus. Rekrutmen tenaga kerja selalu didasarkan pada mekanisme queing theory. Mereka yang berada dalam urutan terdepan dalam rekrutmen tenaga kerja adalah mereka yang relatif terampil sehingga memerlukan alokasi sumber daya paling minimum untuk pelatihan lebih lanjut. Sulit bagi kebijakan pendidikan untuk secara langsung mengikuti perkembangan kebutuhan dunia kerja yang bergerak lebih cepat daripada dunia pendidikan.

Intervensi Kebijakan

Bagaimana pendidikan dapat mengentaskan kemiskinan tentu sesuai kebijakan pendidikan yang diarahkan. Pemberian beasiswa bagi siswa miskin merupakan intervensi kebijakan pendidikan yang bersifat afirmatif. Pada acara Bukan Empat Matapada Maret 2011 ditampilkan seorang mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Dia adalah anak dari seorang tukang cendol yang tentu saja tidak akan mampu untuk membiayai anaknya masuk Fakultas Kedokteran.

Dengan program Beasiswa Pendidikan bagi calon Mahasiswa Berprestasi dari Keluarga Kurang Mampu (Bidik Misi), terbuka kesempatan baginya untuk mewujudkan cita-citanya menjadi dokter. Pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdapat program serupa seperti beasiswa miskin dan beasiswa berprestasi. Program-program seperti itu telah berhasil menghantarkan siswa untuk menyelesaikan pendidikannya pada jenjang menengah. Selanjutnya apabila diterima di perguruan tinggi, program Bidik Misi akan menyambutnya. Program untuk mendukung kebijakan afirmatif yang lainnya adalah menyediakan sarana dan prasarana pendidikan yang dapat memfasilitasi kegiatan belajar mengajar siswa dari keluarga kurang mampu secara ekonomis dan dari daerah terpencil.

Bentuknya tidak harus berupa bangunan, tetapi juga sarana transportasi yang dapat menjamin mobilitas mereka,serta penyediaan sumber belajar yang bisa dibawa pulang. Meskipun pendidikan tidak secara langsung dapat mengatasi pengangguran,kebijakan pendidikan tidak bisa lepas tangan dengan adanya pengangguran. Apa yang bisa dilakukan kebijakan pendidikan adalah membenahi kurikulum agar dapat selalu mengantisipasi kebutuhan dunia kerja. Bersamaan dengan hal itu, kompetensi guru ditingkatkan dan sarana pendidikan di tingkat satuan pendidikan diperhatikan.

Sistem Pendidikan Nasional menyediakan jalur pendidikan nonformal dan sekolah menengah kejuruan yang secara khusus mempersiapkan para lulusannya untuk tidak melanjutkan ke perguruan tinggi, tetapi untuk langsung masuk pada dunia kerja. Pada jalur dan sekolah menengah kejuruan ini orientasi pendidikan secara lebih khusus diarahkan untuk mempersiapkan lulusannya masuk dunia kerja. Kerja sama dengan dunia usaha menjadi suatu keharusan. Kerja sama ini bersifat saling menguntungkan. Sekolah akan lebih terarah dalam mempersiapkan program pengajarannya untuk memenuhi kebutuhan dunia kerja.

Di lain pihak, dunia usaha dapat menekan alokasi sumber dana untuk pelatihan dalam rangka orientasi kerja pada perusahaannya. Pada tingkat makro, pertumbuhan ekonomi perlu untuk dipelihara. Hanya dengan pertumbuhan ekonomi yang stabil pasar kerja dapat menyediakan tempat kepada para lulusan yang terampil dan kompetitif.

BAMBANG INDRIYANTO
Staf Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar, Kementerian Pendidikan Nasional

De Facto Pendidikan

"... kebijakan pendidikan juga dihadapkan dengan masalah pengangguran. Pendidikan dianggap bertanggung jawab terhadap pengangguran yang terjadi... "

sayang sekali, apa yang saya kutip di atas masih berupa retorika ....
sayang sekali, kebenaran yang saya yakini diatas masih dalam bentuk kata kata manis.

Dari berita koran, pandangan diskriminatif masih menjadi kebijakan saat ini, seperti "penyerobotan" fasilitas publik untuk dijadikan RSBI dan banyak yang lainnya. Pakai nalar yang bagaimana kita berharap anak orang miskin tidak menganggur saat mereka pada usia kerja kalau distribusi pendidikan (ilmu dan pelatihan life skills) tidak berjalan dengan fair pada saat ini?

Dari fakta yang diungkapkan di koran Jawa Pos hari, ratusan sekolah (persisnya silakan cek sendiri di koran hari ini) dalam kondisi rusak berat, sementara para pejabat pendidikan dan anggota DPR menganggap perlu menambah RSBI untuk dibiayai pemerintah kota Surabaya, belum lagi yang kerusakan ringan. Mana cerminan dari apa yang diungkapkan oleh pak Bambang, salah satu staff Kemendiknas bahwa pendidikan dianggap bertanggung jawab atas pengangguran di masa yang akan datang atau bahwa pendidikan akan mengentaskan kaum miskin? sekali lagi sayang ini masih sebuah retorika ...

Selain masalah diskriminasi, masalah pada tataran implementasi berjalan suka suka dan sering tidak rasional. Satu peningkatan kualitas kebijakan masih berperangai "garong" memaksa anak rakyat untuk menyiapkan diri untuk diuji dengan standard nasional dalam bentuk harus mengikuti ritual Ujian Negara, tanpa pernah ada rencana yang jelas dan menjalankan dengan sungguh sungguh untuk memenuhi fasilitas minimal untuk belajar, peningkatan kulaitas guru dengan siklus yang benar dan tidak sekedar formalitas, contoh banyak sekolah yang tak layak, assessment kualitas guru dan pembelajaran tidak secara konsisten dilakukan, apalagi pelatihan yang benar berdasarkan analisis kebutuhan pelatihan, lebih lebih target waktu hampir semuanya "memble" kalau yang akal akalan ya banyak.

Arah pendidikan yang berorientasi kedepan juga masih dalam bentuk retorika " pada tahun sekian kita akan ... sekian .." seperti itu blanko retorikanya. Kita memang tidak tahu pasti seperti apa pekerjaan di masa depan, namun setidaknya kita bisa melihat trend kedepan. Para futuris dengan lantang dan cemas bahwa rate of change bisa tak terbayangkan dan mungkin bisa di luar jangkauan daya adaptasi manusia kalau tidak disiapkan. Kata innovation dan speed sudah menjadi hal hal yang tak dapat kita abaikan, artinya kedepan kedua hal itu menjadi hal yang sangat menentukan dan berarti. Artinya, sudahkah proses pendidikan memberiakan kesempatan pada siswa untuk kreatif? Apakah ritual UN akan mendorong siswa untuk kreatif? Sudahkah kita memberikan kesempatan dalam proses pembelajaran dan tugas tugas yang melatih anak agar berhasil dalam kaitan dengan speed? Kalau tidak, pendidikan kita masih belum bertanggung jawab atas pengangguran di masa yang akan datang, apalagi mengentaskan kemiskinan, omong kosong.

Sekarang ini mestinya saatnya dokumen dokumen ritual pendidikan diganti dengan dokumen dokumen fakta peran pendidikan. Penilaian ritual harus segera diganti dengan penilaian actual. Atau bangsa ini tetap diajak untuk menipu diri sendiri dengan seluruh ritual kepalsuannya?

Salam Pendidikan untuk rakyat
Semino

Kelemahan dan Peluang

Sudah hampir 1 bulan jendela belakang Toyota Seinna pecah. Kontak ke Toyota Service Center, biaya ganti kaca dan lain-lain 750 dollar, biaya labor fee-nya 465 dollar. Mahalnya labor fee karena memang orang Amerika mempunyai standard yang tinggi untuk membayar keahlian seseorang. Tapi bisa jadi bukan masalah keahlian seseorang, akan tetapi Toyota juga mengambil untung dari tenaga ahli yang mereka miliki.

Hitungan gampangnya adalah misalnya labor fee yang sebenarnya adalah 250 dollar, maka keuntungan Toyota dengan ongkos buruh ini adalah 465 â€" 250 = 215 dollar. Belum keuntungan dari penjualan spare partnya. Jadi keuntungan dari penyediaan tenaga buruh dan spare part menjadi keuntungan ganda yang dimiliki oleh perusahaan ini. Bagi konsumen keuntungan ganda ini cukup memberatkan. Bagi Toyota sudah tentu hal yang menarik.

Kalau bukan karena takut gagal memasang jendela mobilnya, ingin rasanya memasang sendiri semuanya. Paling tidak bisa mengirit sekitar 465 dollar. Ketakutan itu memaksa untuk merogoh kantong celananya lebih dalam lagi.

Sering karena takut gagal dalam melakukan sesuatu, orang sudi membayar mahal untuk mendapatkan kesuksesan seperti yang ia inginkan. Termasuk dalam contoh pemasangan jendela mobil yang pecah itu. Terkadang bukan karena takut gagal, akan tetapi karena tidak mempunyai skil untuk mengerjakannya. Dan celah seperti ini banyak dimanfaatkan orang lain untuk membuka lahan bisnis.

Di Jepang ada sebuah perusahaan yang terkenal yang mempunyai nama "Benriyasan". Sebuah perusahaan yang memberikan servis apapun seperti yang diinginkan oleh konsumennya. Benriyasan terdiri dari tiga kata, Benri yang berarti praktis, ya yang berarti toko atau perusahaan, san yang berarti panggilan untuk seseorang.

Perusahaan ini menerima panggilan apapun untuk mereparasi/memperbaiki/memasang/membantu dari pelanggannya. Bahkan untuk membetulkan genting atau wc yang mampet sekalipun. Hebatnya lagi perusahaan ini melayani pelanggananya dalam waktu 24 jam. Karena itu ketika hujan turun, dan genting bocor di malam hari, atau wc mampet di pagi hari, benriyasan siap melayaninya. Mereka siap melakukan kerja apapun, ketika orang lain tertidur lelap di balik selimut dan bantalnya.

Bagi orang yang mempunyai jiwa wira usaha, kelemahan-kelemahan dalam kehidupan menjadi sebuah kunci pembuka kesempatan untuk melakukan usaha. Ia memandang semua kelemahan adalah celah untuk dibukanya lahan bisnis. Bagi kebanyakan orang, titik kelemahan bisa jadi menjadi tempat berhentinya melakukan usaha berikutnya. Ia menyerah dalam keadaan menerima semua kelemahannya. Tidak ada usaha untuk melakukan perubahan. Apalagi menjadikan kelemahannya sebagai sebuah kesempatan untuk membuka peluang bisnis. Rasanya mustahil.

Bagi orang yang berjiwa pendobrak, ia melihat kelemahan itu adalah sebuah peluang emas yang membuat dirinya tertawa riang, karena telah menemukan sebuah kesempatan besar. Yaitu sebuah peluang. Mereka bisa sukses justru karena kelemahan-kelemahan yang ada di sekeliling mereka. Mereka menemukan solusi dari kelemahan yang ada, ia tawarkan kepada konsumennya. Sebukit kelemahan adalah segunung peluang.

Ketika menghadapi kelemahan dalam hidup, yang manakah kita?
Salam
M. Yusuf Efendi

Renungan

Duhai para istri yang mendamba Surga…
Engkau telah memiliki jalan yang mudah untuk meraihnya
Jika saja engkau muliakan suamimu dan memenuhi hak-haknya atasmu
Tapi engkau pun bisa memilih jalan lain
Ketika engkau lalaikan dirimu dari ridhanya
Maka bersiaplah menuai sengsara di Neraka


Risalah ini adalah motivasi untukku dan untukmu wahai saudariku, baik yang telah menikah, yang belum menikah, dan yang akan menikah. Suami adalah Surga dan Neraka bagi para istri. Melalui perantara suamilah para istri akan mendapatkan ‘hadiah’nya di akhirat kelak. Apakah keridhaan ataukah murka dari Rabbul ‘Alamin yang akan kita dapat? Semua itu bermula dari bagaimana sikap kita terhadap suami. Maka perhatikanlah dengan seksama.

Suami adalah pemimpin dalam rumah tangga, suami ibarat raja dalam sebuah negara. Istri adalah wakil suami yang harus setia, istri adalah pelaksana semua hal yang diamanatkan padanya. Maka jagalah hal ini dengan sebaik-baiknya. Wahai saudariku, ketahuilah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengisyaratkan dalam sabdanya:

فَإِنِّيْ لَوْ كُنْتُ اَمِرًا أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ لِغَيْرِاللهِ لَأَمَرْتُ الْمَرْأَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا، وَالَّـذِيْ نَفْسُ مَحَمَّدٍ بِيَدِهِ لاَ تُؤَدِّيَ الْمَرْأَةُ حَقَّ رَبِّهَا حَتَّى تُؤَدِّيَ حَقَّ زَوْجِهَا

Sesungguhnya, jika sekiranya aku memerintahkan seseorang untuk sujud kepada selain Allah, maka aku akan memerintahkan seorang istri untuk sujud kepada suaminya. Maka demi Allah yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya! Seorang istri tidaklah menunaikan hak Rabb-nya sehingga dia menunaikan hak suaminya.”

Aduhai, alangkah besarnya hak suami terhadap istri-istrinya. Perhatikanlah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang amat agung di atas. Jika manusia dibolehkan sujud kepada manusia, maka yang paling berhak untuk itu adalah suami.

Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun hingga bersumpah: Maka demi Allah yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya! Seorang istri tidaklah menunaikan hak Rabb-nya sehingga dia menunaikan hak suaminya.

Tidaklah dikatakan seorang istri itu memenuhi hak Rabb-nya hingga dia memenuhi hak suaminya. Allahu Akbar…!

Banyak istri dan wanita yang telah lupa dengan pesan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada bibinya Hushain bin Mihshan ketika beliau bertanya tentang sikapnya terhadap suaminya:

فَانْطُرِيْ أَيْنَ أَنْتِ مِنْهُ فَإِنَّمَا هُوَجَنَّتُكِ و نَارُكِ

Perhatikanlah olehmu, dimanakah engkau dari (memenuhi hak)nya, karena sesungguhnya dia (suamimu itu) adalah surgamu dan nerakamu.”

Maka, suami itu adalah jalan para istri untuk meraih kenikmatan Surga atau menjadi sebab bagi para istri tenggelam dalam api Neraka. Manakah yang hendak engkau pilih wahai para istri? Surgakah atau Nerakakah?

Tahukah engkau, bahwa sedikit sekali kaum wanita yang akan menjadi penghuni Surga? Demikian khabar yang disampaikan oleh al-Mudzakir Muhammad bin ‘Abdullah ‘alaihish sholatu wa sallam dalam sabdanya:

إِنِّ أَقَلَّ سَاكِنِيْ الْجَنَّةِ النِّسَاءُ

Sesungguhnya penghuni Surga yang paling sedikit adalah perempuan.”

Bagaimanakah terjadi demikian?

Ketahuilah saudariku, para wanita yang menolak kenikmatan Surga adalah mereka yang durhaka kepada suaminya, kufur nikmat atas pemberian suaminya, dan lisan mereka banyak digunakan untuk melaknat.
Wal’iyyadzubillah…

Tidakkah terbetik dalam hatimu untuk menjadi kesayangan bagi suamimu? Untuk menjadi bidadari baginya di dunia dan akhirat? Dan dengannya engkau akan memperoleh ridha dari Rabb-mu yang amat berlimpah.

Habibullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menggambarkan sosok istri yang baik bagi seorang suami. Dan bagaimanakah seorang suami akan menolak istri yang seperti ini, sungguh suatu perkara yang mustahil.

عَنْ أَبِي هَرَيْرَةَ قَالَ: قِيْلَ لِرَسُوْ لُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: أَيُّ النِّسَاءِ خَيْرٌ؟
قَالَ: الَّتِيْ تَسُرُّهُ إِذَا نَظَرَ وَتُطِيْعُهُ إِذَا أَمَرَ وَلاَ تُخَالِفُهُ فِيْ نَفْسِهَا وَمَالِهَابِمَا يَكْرَهُ

Dari Abu Hurairah, dia berkata: “Pernah ditanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: ‘Siapakah istri yang baik itu?’ Maka beliau menjawab: ‘Yang menyenangkan apabila dia dipandang dan menta’atinya apabila dia memerintahkannya, dan dia tidak pernah menyalahi suaminya pada dirinya dan hartanya yang suaminya tidak menyukainya.’”

Tahukah engkau siapa istri yang baik itu?


Yang telah disabdakan oleh Nabi yang mulia shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika beliau ditanya.

Istri yang baik adalah...
Yang apabila suami melihat dan memandang kepadanya…
Pasti akan menyenangkan suaminya…
Pasti akan menyejukkan pandangan mata suaminya…
Dan dirinya selalu berhias…
Wajahnya selalu berseri dan menenangkan hati…
Penampilan dan pakaiannya selalu menarik…
Dan pada semuanya…
Demi menunaikan hak suaminya…
Sehingga sang suami akan mengatakan, istriku sangatlah menarik…

Akan tetapi, bagaimana dengan istri yang tidak baik…
Istri yang tidak baik itu adalah...
Istri yang tidak menyenangkan apabila dipandang…
Wajahnya selalu cemberut dan merengut ketika bertemu dengan suaminya…
Dirinya selalu menyusahkan hati dan fikiran suaminya…
Pada penampilan dan pakaiannya selalu kusut dan tidak menarik…
Sikap dan tutur katanya keras dan kasar…
Sehingga ketika suami berada bersamanya, maka dia seolah berada dalam Neraka…

Suamiku, engkau adalah Surgaku dan Nerakaku. Maka apa lagi yang akan kuutamakan sebagai seorang istri selain memenuhi hak-hakmu atas diriku. Akan kujadikan engkau senantiasa ridha padaku. Akan kujaga amanat yang telah engkau embankan di pundakku. Dan tidaklah aku akan membantah perintahmu selain perintah untuk bermaksiat kepada Allah…
***

Demikianlah risalah sederhana ini tersusun dengan mengharap wajah-Nya. Semoga shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarganya, dan para pengikutnya hingga yaumil akhir kelak.
Semoga Allah senantiasa melapangkan qulub-qulub yang sempit oleh syahwat dan syubhat kepada jalan kebenaran yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Shahabatnya ridwanullahu ‘alaihim ajma’in berada di atasnya.

Senin, 02 Mei 2011

Terlahir Miskin Itu Berkah

“Assalamu'alaikum…!” seseorang berteriak di depan rumah saya di Cibubur.

“Wa’alaikumsalam...” sahut saya sambil beranjak menuju pintu pagar.

Weis! Ternyata etek saya dari Padang yang dateng. Buset. Dia datang sendirian loh, padahal umurnya udah tua banget. Dan dia dateng ke rumah naik ojek, pasti dia udah mampir ke rumah anaknya di cileduk, pikir saya.

“Masuk Tek,” kata saya sambil membantu mengambil sebagian bawaannya ke dalam rumah, dari Cileduk ya Tek?”

“Indak. Etek dari kampung naik bis, terus dari terminal Kampung Rambutan Etek naik ke ojek ke sini.”

“Hah!! Etek naik bis sendirian dari Padang ke sini? Sumpe lo Tek?” Saya kaget bukan main. Dulu memang dia sering naik bis ke Jakarta tapi selalu ditemani anaknya. Lagipula dulu kan dia masih muda jadinya masih kuat badannya. Tapi sekarang? Udah lebih dari 70 tahun kali.

“Iya sendirian. Anak-anak Etek udah pada kerja jadi ga bisa nganter Etek.”

“Gile! Kan Etek udah tua? Sekarang umur Etek berapa?” tanya saya penasaran.

“Bulan depan etek pas 85 tahun.” sahutnya dengan suara biasa.

“Waaaaaa…Etek 85 tahun masih naik bisa sendirian dari Padang ke Jakarta?”

Saya jadi merenung sendiri. Hebat ya Etek saya ini? Coba bandingin sama anak muda jaman sekarang? Mana ada yang kuat naik bis sejauh itu? Orang jaman sekarang mah udah jarang bergerak, soalnya takut panas. Di rumah mereka pake AC, di mobil pake AC, di kantor pake AC. Udah gitu banyak orang jaman sekarang yang ga suka olahraga, kalo udah sakit gara-gara kurang bergerak baru deh pada ngegym. Kalo udah pada tua dan sakit-sakitan baru deh pada jogging atau Wai Tan Kung.

“Kok Etek kuat sih? Emang ga capek nak bis sejauh itu?”

“Capek sih capek, tapi Etek mau ziarah ke makam ibu kamu. Udah berapa tahun Etek ga nyekar. Mumpung badan masih kuat ya Etek datang ke sini.”

“Kalo saya mah ogah ke Padang naik bis. Mending naik pesawat.” sahut saya.

“Iya kamu anak kota, mana pernah hidup susah?” kata Etek. “Dari kecil Etek hidup susah. Orangtua Etek miskin. Etek ke sekolah harus jalan kaki 3 jam dari rumah ke Ombilin.”

“3 jam jalan kaki? Kenapa ga naik angkot?”

“Kami indak ado piti (ga ada uang), jadi jalan kaki saja. Dari Sekolah Rakyat sampe SMKK, Etek jalan kaki ke sekolah 3 jam. Jadi 6 jam jalan kaki termasuk pulangnya. 12 tahun Etek jalan kaki seperti itu.”

Kembali saya merenung. Etek tiap hari jalan kaki 6 jam sehari. Yang saya renungkan adalah: Apakah itu nasib sial? Saya rasa tidak! Bukankah gara-gara tiap hari jalan kaki 6 jam selama 12 tahun itu yang membuat badannya masih kuat sampai sekarang? Tanpa dinyana Tuhan telah memberi latihan fisik yang intens pada Etek ini. Dia ga butuh jogging, ngegym apalagi main golf. Badannya masih kuat sampe berusia 85 tahun. Subhanallah!

Banyak orang merasa dirinya menderita, merasa hidupnya miskin, merasa sengsara. Saya sendiri kadang suka iri sama kesuksesan temen-temen sementara nasib saya begini-begini aja. Ampuni hambaMu ya Allah. Saya tau kok bahwa iri pada rejeki orang lain sama saja dengan meragukan keadilan Tuhan. Astaghfirulah! Padahal kalo kita mau ngeliat dari sudut pandang yang lain, kita bisa mengubah bencana menjadi berkah. Apa yang terjadi pada Etek ini adalah bukti yang saya lihat dengan mata kepala saya sendiri.

Kemudian soal hidup miskin. Saya dilahirkan pas ketika ayah saya pensiun. Padahal orangtua saya punya 7 anak ya karuan lah kami jadinya hidup miskin. Dulu saya sering menyesalkan orangtua saya, kenapa kok miskin? Apalagi saya banyak temen yang oratuanya kaya…wah saya jadi sering menyesalkan nasib saya sendiri, kenapa kok bisa terlahir dari keluarga miskin. Waktu SD pun saya suka iri ngeliat temen-temen pada jajan, sementara saya nyaris ga pernah dikasih uang jajan setiap kali mau ke sekolah.

Tapi seiring jalannya waktu saya bisa mengintrospeksi diri. Saya sekarang justru mensyukuri terlahir miskin. Kenapa? Karena saya jadi menghargai setiap sen uang yang saya terima. Apalagi kalo uang itu saya peroleh dari keringat sendiri. Misalnya saya pernah bantuin kakak saya Alan Hakim jadi loper koran. Supaya bisa punya uang jajan, kakak saya bekerja sebagai agen koran. Nama korannya ‘PEDOMAN’ (mau nyaingin Kompas kali maksudnya). Jadi kakak saya agennya, saya dan kakak saya lainnya jadi lopernya. Kami nganter koran ke rumah-rumah sekitar Bendungan Hilir dan Pejompongan.

Nah setiap kali kakak saya ngasih uang upah jadi loper wah…saya bahagia banget. Uangnya saya cium-cium padahal baunya apek (mungkin pernah dikantongin sama tukang becak) tapi saya ga peduli. Buat saya uang hasil keringat sendiri harum baunya.

Sekarang bandingin dengan anak orang kaya

Mereka selalu dikasih uang sama orangtuanya. Mereka selalu dibelikan mainan setiap kali minta. Mereka hampir ga pernah merasa kekurangan. Lalu? Apa pelajaran hidup yang mereka terima? Menjadi orangtua kaya ternyata ga lebih mudah loh daripada jadi orangtua miskin. Kalo kita terlahir miskin, kita langsung tau problemnya. Problemnya adalah kita miskin, solusinya adalah kita harus kerja keras melawan kemiskinan itu. Tapi untuk orang kaya? Boro-boro nyari solusi, problemnya aja mereka ga pernah tau. Jadi bersyukurlah kalo kita terlahir miskin hehehehehe…

“Etek nginep 2 hari di sini ya Bud?” Tiba-tiba suara Etek mengagetkan saya.

“Mau 2 bulan juga boleh.” jawab saya sambil menepuk pundak Etek.

“Ga bisa 2 bulan. Lusa Etek harus ke rumah anak Etek yang di Batu. Dia baru buka warung Padang di depan rumahnya.” jelas Etek.

“Batu? Jalan Batu? Gambir?” tanya saya.

“Hahahaha…Batu itu kota kecil deket Malang. Anak Etek kan tinggal di sana ikut suaminya.”

“HAH?? Malang Jawa Timur?”

“Ya iya Malang di Jawa Timur. Kamu ga lulus pelajaran georafi ya?

“Terus Etek naik apa ke sana? Sama siapa?”

“Sendiri naik bis. Kenapa? Mau nganter Etek?”

“Kalo kesasar gimana?”

“Indaklah. Anak Etek kan jemput di Terminal.” sahut Etek lagi kalem.

Ampun nih si Etek! Kuat banget badannya ya? Saya naik bis dari Kampung rambutan ke Blok M aja rasanya capek banget.

Besok lusanya Etek pun pamit dari rumah saya. Sebelom berangkat saya kasih uang Rp 500 ribu buat nambah-nambah ongkos. “Ini Tek buat ongkos di jalan.”

“Heh! Ngapain kasih Etek uang? Etek masih ada uang.” Di luar dugaan Etek menolak pemberian saya.

“Kok dikasih uang nolak, kan lumayan bisa nambah-nambah beli oleh-oleh buat anak?”

“Etek ga mau minta-minta. Kita harus bersyukur sama yang sudah dikasih Allah ke kita. Kalo suka minta-minta kita jadi suka males kerja, males usaha, selalu merasa ga cukup”

“Jadi Etek nolak nih?”

“Bukan nolak, nanti kalo Etek terpaksa pasti Etek minta bantuan sama kamu. Suka minta-minta bikin mental kita jadi seorang peminta-minta yang indak ada bedanya sama pengemis.”

“Tapi kan ini Etek ga minta. Saya sendiri yang mau ngasih ke Etek.” debat saya.

“Tapi nanti Etek jadi kebiasaan, takutnya tiap ke Jakarta Etek ngarepin uang dari kamu, akhirnya sama saja hasilnya, Etek jadi peminta-minta.”

Ampun deh si Etek ini.

Semoga kita bisa mengambil pelajaran dan senantiasa bersyukur dengan apa yang telah diberikan Tuhan kepada kita.

Salam
Omjay

Kesempatan Kedua

Kesempatan hanya datang sekali. Begitulah yang sering kita ketahui. Jarang ada kesempatan datang kedua kali, apalagi ketiga, keempat, dan seterusnya. Tapi yang mau saya sharing mungkin bisa disebut kesempatan kedua.

Barusan usai ngimami sholat maghrib di musholla, kami saling bersalaman dengan seluruh jamaah. Dan oupss... seperti ada wajah baru tapi lama ya? Baru karena lama nggak nongol. Lama karena memang jamaah itu juga warga kampung tempat saya tinggal.

Beliau yang saya maksud adalah tukang tambal ban di kampung kami. Beberapa bulan terakhir, beliau terpaksa tinggal di penjara. Bukan karena urusan tambal menambal ban, tapi terkait kerjaan sampingannya: Judi Togel. Ya, beliau keciduk polisi, dan lalu dtahan.

Saya lupa berapa lama beliau mendekam di balik jeruji. Tapi saya senang akhirnya beliau bebas, dan seperti mendapatkan kesempatan kedua untuk memperbaiki kelakuannya. Bayangkan kalau beliau enjoy dengan judi, dan judi, dan terus larut dalam bius perjudian sampai ajal menjemputnya. Mungkin beliau tak sempat bertaubat atas kesalahannya.

Saya berharap penjara membuatnya berhenti dan berpikir sejenak. Stop and think. Bahwa judi adalah keharaman. Dan bahwa semua keharaman akan mendapatkan hukuman. Kalau hukuman di dunia paling hanya penjara dan nama jelek di masyarakat, tapi hukuman di akhirat (neraka) sangatlah berat. Begitu beratnya sampai tak bisa dibayangkan.

Oh ya? Neraka itu jauh lebih berat? Iya. Saya dan Anda semua tak ada yang bisa mendeskripsikan betapa beratnya siksaan di neraka, dan betapa panasnya api neraka kelak. Saya dan Anda hanya perlu menjaga agar jangan sampai masuk neraka dengan cara memperbanyak amal baik dan ketaatan kepada Alloh dan mencegah dari perbuatan buruk dan maksiat kepada-Nya.

Tapi, seberapa panas sih neraka itu? Untuk menungkap rasa penasaran kita, saya kutipkan sebuah hadits Nabi saat beliau menjelaskan neraka yang paling ringan:

"Inna ahwana ahlin nari adzaban yaumal qiyamah, la rajulun tuudho'u fii ahmashi qodamaihi jamrotaani yaghlii minhuma dimaaghuhu"

Terjemahan bebasnya kira-kira sbb:

"Sesunngguhnya siksaan paling ringan bagi penghuni neraka pada hari Kiamat nanti adalah salah seorang dari kalian meletakkan kedua telapak kaki pada alas (yang terbuat dari api neraka), lalu otak kalian mendidih karenanya" (Muttafaq Alaih)

Makanya, begitu melihat beliau bebas dari penjara tadi saya tersentak. Alhamdulillah, semoga beliau, dan saya, juga semua dari Anda, menjadi pribadi yang lebih baik dan tambah baik, dari waktu ke waktu. Mumpung ada kesempatan hidup di dunia, ayo jadikan ini kesempatan untuk menambah amal shalih. Jika tak lagi mampu berbuat baik, dan hanya menambah dosa dan maksiat, sebaiknya kita, saya dan anda, mati saja. Dan begitulah doa yang pernah diajarkan Nabi.

Salam
Mohammad Ihsan

Obama

President Barack Obama said Monday that students should take fewer standardized tests and school performance should be measured in other ways. Too much testing makes education boring for kids, he said.

"Too often what we have been doing is using these tests to punish students," the president told students and parents at a town hall hosted by the Univision Spanish-language television network at Bell Multicultural High School in Washington, D.C.

Obama, who is pushing a rewrite of the nation's education law that would ease some of its rigid measurement tools, said policymakers should find a test that "everybody agrees makes sense" and administer it in less pressure-packed atmospheres, potentially every few years instead of annually.

At the same time, Obama said, schools should be judged on criteria other than student test performance, including attendance rate.

"One thing I never want to see happen is schools that are just teaching the test because then you're not learning about the world, you're not learning about different cultures, you're not learning about science, you're not learning about math," the president said. "All you're learning about is how to fill out a little bubble on an exam and little tricks that you need to do in order to take a test and that's not going to make education interesting."

"And young people do well in stuff that they're interested in," Obama said. "They're not going to do as well if it's boring."

The president endorsed the occasional administering of standardized tests to determine a "baseline" of student ability. He said his daughters Sasha, 9, and Malia, 12, recently took a standardized test that didn't require advance preparation but was just used as a tool to diagnose their strengths and weaknesses, and areas where they could use more emphasis from teachers. The girls attend the private Sidwell Friends School in Washington.

Obama, who has been pushing his education agenda all month, has expressed concern that too many schools will be unable to meet annual proficiency standards under the No Child Left Behind law this year. The standards are aimed at getting 100 percent of students proficient in math, reading and science by 2014, a goal now widely seen as unrealistic.

The Obama administration has proposed replacing those standards with a loftier yet less prescriptive requirement that by 2020 all students graduating from high school should be ready for college or a career.

Obama wants Congress to send him a rewrite of the 2001 law before the start of a new school year this fall. Although his education secretary, Arne Duncan, has been working hard with lawmakers of both parties, the deadline may be unrealistic with Congress focused on the budget and the economy. Congressional Republicans also look unwilling to sign off on Obama's plans to increase spending on education.

By : Associated Press writer Stacy Anderson contributed to this report.

Hari Menghardik Nasional

Posisi saling hardik dan kritik jelas menggambarkan sikap dan tafsir mereka terhadap kehidupan demokrasi yang saat ini berlangsung di Indonesia. Sering disingkat dengan Hardiknas, Hari Pendidikan Nasional jelas harus tidak sama dengan `menghardik' yang berkonotasi negatif. Meskipun masih sering dijumpai praktik `menghardik' dalam proses pendidikan nasional, semangat menghardik patut dipelihara jika itu bagian dari praktik dan cara melakukan kritik terhadap proses dan kebijakan pendidikan yang kurang benar.

Seperti minggu-minggu terakhir ini, dunia pendidikan kita diselimuti fakta-fakta tentang adanya kecenderungan radikalisme keagamaan di tingkat sekolah. Data-data yang diungkap tentang adanya kecenderungan radikalisme di kalangan siswa SMP dan SMA di wilayah Jabodetabek membuat semua kalangan, mulai dari tokoh agama, pendidik, praktisi, pemerhati, hingga menteri memberikan komentar yang beragam. Bahkan dalam beberapa hal komentar-komentar tersebut nyaris seperti `menghardik' satu sama lain.

Seperti dilansir beberapa media, Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama bahkan me nilai bahwa radikalisme saat ini sudah `lampu merah'.

Dia mengatakan, jika banyak siswa dan bahkan guru di sekolah masih meragukan keandalan Pancasila sebagai ideologi berbangsa dan bernegara, ini tentu harus menjadi tamparan bagi Kementerian Agama sebagai penjaga moral anak-anak bangsa. "Depag itu guidance moral kita. Pertamatama tentu ya institusi ini yang harus ditanya, ngapain saja mereka? Kedua MUI-nya juga. Kalau radikalisme masih tumbuh subur di negeri ini, berarti mereka gagal. Saya melihat ketidaksetiaan pada Pancasila yang terekam dari survei itu bisa jadi benihnya radikalisme," paparnya.

Lain lagi komentar Mendiknas dan Menag. Mendiknas, sambil mengakui adanya kecenderungan radikalisme di sekolah, secara simpatik mengajak semua pihak terutama sekolah untuk memperhatikan isu-isu radikalisme di lingkungan mereka. Adapun Menteri Agama selalu mengatakan akan melihat dasar metodologis dari survei tersebut dan akan mengkajinya, tetapi sambil mengatakan bahwa kurikulum pendidikan agama Islam tak mengajarkan kekerasan.

Beberapa komentar soal hasil riset Lakip sebenarnya menandakan bahwa masih ada orang di negeri ini yang secara budaya sebenarnya mereka kelompok tertinggal (culturally lack).

Posisi saling hardik dan kritik jelas menggambarkan sikap dan tafsir mereka terhadap kehidupan demokrasi yang saat ini berlangsung di Indonesia. Namun, hal paling mendasar yang perlu kita ketahui bersama adalah apa makna penting sebuah riset dalam kehidupan demokrasi itu sendiri.

Bagi saya, sebagai sebuah cara untuk mengekspresikan dan mengungkapkan kebenaran, riset sangat diperlukan. Riset tentang radikalisme di kalangan siswa memang diperlukan dalam rangka me nyediakan informasi berbasis riset empiris bagi kebijakan dan strategi penanggulangan radikalisme itu sendiri.

Penting untuk dikemukakan di sini:
Pertama, sebuah riset sesungguhnya merupakan cara terbaik dalam mengidentifikasi suatu masalah. Di tengah maraknya serentetan kejadian kekerasan, baik yang bermotif agama maupun bukan, jelas kita perlu mengidentifikasi gejala ini dari beragam aspek.

Kedua, riset tentu saja ingin mengenali secara lebih mendalam preferensi masyarakat kita terkait isu-isu radikalisme. Di alam demokrasi, preferensi haruslah dipetakan secara jelas dan terukur agar kita mengetahui apa yang sebenarnya sedang ada, dipikirkan, bahkan coba dilakukan masyarakat. Dengan demikian, riset merupakan penanda bahwa demokrasi sedang bekerja di tengah-tengah kita.

Ketiga, dan ini yang paling penting, adalah bagaimana kita memaknai riset sebagai sebuah bentuk penanganan masalah (problem solving). Terlepas dari hasilnya yang mungkin bisa berhari-hari diperdebatkan, tetap saja itu membantu kita dalam membuat perencanaan strategis terkait radikalisme yang memang sedang marak terjadi di tengah-tengah masyarakat. Untuk itulah diperlukan sikap dan pikiran yang jernih, terbuka, mau menerima fakta dan menjadikan fakta tersebut sebagai bagian dari problem solving. Sebab, tak mungkin kita harus terus bertahan dan tak mau menerima fakta, apalagi sampai seperti orang yang kebakaran jenggot.

Hasil riset Lakip bukan sarana untuk kita saling menghardik di Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) ini. Perlu dipikirkan rencana strategis sebagai follow up dari riset tersebut untuk membantu proses pendidikan yang lebih baik. Misalnya, perlukah dilakukan survei pembanding untuk melihat kecenderungan radikalisme di sekolah sekolah nonurban atau kabupaten di kota-kota besar lainnya seperti Medan, Bandung, Surabaya, Makasar, Manado, dan Denpasar? Atau yang lebih operasional adalah bagaimana misalnya ada sebuah tim pendidikan yang bekerja secara khusus untuk me-review dan menganalisis konsep-konsep pedagogis yang lebih ramah dan rahmah dan kemudian mengintegrasikannya ke dalam seluruh bidang studi yang dipelajari siswa.

Kita juga dapat mendesain, baik melalui workshop maupun training, pendekatan lintas kurikulum (cross-curricula approach) terhadap guru-guru, terutama guru agama dan guru PPKN, dengan basis perubahan budaya sekolah. Atau kita usulkan juga agar Kementerian Agama dan Kementerian Pendidikan Nasional membentuk asosiasi guru agama Indonesia yang di dalamnya terdapat seluruh guru agama, untuk dan dalam rangka meningkatkan wawasan kebinekaan Indonesia, dan mungkin ada banyak ide lain yang relevan dan sejalan dengan temuan riset Lakip tersebut.

"Ketika berhenti berpikir, Anda akan kehilangan kesempatan"-- Publilius Syrus
Salam
Ahmad Baedowi

Minggu, 01 Mei 2011

Test IQ,, Apa perlunya ?!


IQ Bukan harga mati prediksi kesuksesan masa depan anak


Menjelang kenaikan kelas, banyak sekolah menggelar tes inteligensia secara massal. Psikolog Dr Endang Widyorini PhD mengatakan, tes massal asal dilaksanakan secara memadai juga bagus. "Kelemahannya, bila pemusatan perhatian anak kurang baik, ia tidak akan optimal mengerjakan. Selain itu, hasil tes inteligensi yang diungkap lebih terbatas."

Lalu, kapan seorang anak perlu dibawa ke psikolog untuk tes IQ secara khusus? Lakukan itu bila ada masalah belajar atau problem perkembangan pada anak. "Tes IQ juga dapat ditempuh anak saat ia berusia enam tahun untuk sekadar mengetahui potensi berpikir anak," tutur dosen Fakultas Psikologi Universitas Soegija pranata, Semarang itu.

Yanti Herawati ke psikolog karena penasaran dengan lompatan perkembangan ketiga buah hatinya. Ia ingin mendapat penjelasan yang cepat atas fenomena tersebut. "Saya juga berharap dapat mengetahui profil wawasan, memori, dan verbal mereka," kata ibu yang berdomisili di Bandung, Jawa Barat ini.

Semasa kecil, Nanda (13 tahun) kerap ber tanya dengan kritis hal-hal yang anak seusianya belum perbincangkan. Kebiasaan itu membuat Yanti tersurut. "Saya tertekan, takut tidak bisa menjawabnya, lalu meredam agar Nanda normal seperti anak lainnya."

Dengan tes IQ Weschler, Nanda terungkap memiliki IQ di atas 140 atau very superior. Tes yang sama memperlihatkan emosi Nanda tidak bagus. "Sekarang saya mengakomodasi ketertarikannya di bidang ilmu biologi dan ilmu komputer."

Sedangkan, Izzan (8) juga IQ-nya di atas 140. Namun, motivasi internalnya kurang. "Di salah satu psikolog yang kami datangi di daerah Jakarta Utara, Izzan malah dibilang anak indigo, anak kristal (crystal child)," kenang Yanti.

Lantas, si bungsu Fadhil (6) tes IQ-nya memperlihatkan tingkat inteligensia di atas rata-rata. Saat tes, psikolog di Bandung itu juga memperhatikan perilaku Fadhil yang sewaktu itu baru berusia lima tahun. "Kenyataan dia visual mirror tidak terdeteksi oleh psikolog sebelumnya," ujar Yanti.

Memang, tidak mudah untuk mendapatkan gambaran profil anak yang sempurna dari tes IQ. Selain faktor kecakapan penguji, ada kalanya ketika dites mood anak sedang berantakan. Anak mungkin bisa saja mengunci mulut ketika diminta menjelaskan pertanyaan sederhana. Padahal, di keseharian gamblang ia jawab.

Ketika kondisi anak sudah tidak mendukung, Endang menganjurkan agar tes dihentikan. Teruskan saat anak telah kembali prima. "Tak perlu dipaksakan ia menjawab saat itu juga."

Melacak Gangguan Perkembangan

Tes IQ juga dapat menunjukkan profil gangguan perkembangan anak. Masalah pada area komunikasi dan emosi juga bisa terlihat. "Silakan lakukan tes IQ secara berkala untuk anak yang mengalami gangguan perkembangan," ucap Endang.

Pada anak dengan gangguan perkembangan, skor IQ bisa naik. Misalnya pada anak penyandang attention deficit disorder (ADD)/attention deficit hyperactivity disorder (ADHD), learning difficulty (LD). "Setelah diterapi, tentunya ia akan lebih mudah memahami pertanyaan dan menjawabnya," ungkap Endang.

Sejumlah orang tua mendapati anaknya jenius namun tidak berprestasi. Mengapa itu bisa terjadi? Hasil tes tentu hanya mengungkap potensi. "Sedangkan, aktualisasinya bergantung pada faktor eksternal, antara lain keluarga, sekolah, serta fasillitas, dan internal anak, yaitu emosi, motivasi, dan gangguan belajar," tutur Endang.

Memilih Psikolog

Seperti shopping! Itulah kesan Yanti Herawati ketika hendak memilih biro psikologi tempat anak-anaknya akan menjalani tes IQ. "Dalam dua tahun, sudah empat psikolog saya sambangi untuk psikotes Nanda, Izzan, dan Fadhil," ungkapnya.

Untuk memilih biro psikologi tersebut, Yan ti meminta rekomendasi dari teman-temannya. Ke Jakarta pun tak masalah baginya. "Jakarta masih dekat lah dengan tempat tinggal kami di Bandung," komentarnya.

Yanti menilai biro psikologi pilihannya masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Hasil tes IQ putra-putrinya memang kurang lebih sama di keempat biro psi kologi. "Yang berbeda, label untuk tiap anak."

Seperti apa biro psikologi yang bagus? Psikolognya tentu harus komunikatif saat memandu anak mengerjakan soal dan menjawab pertanyaan. "Lantas, pelaporannya juga mesti terstruktur, ada detail penjelasan per aspek psikologis anak, juga ada skor verbal dan performance yang bisa kita lihat," urai Yanti.

Kendati telah berkonsultasi dengan empat psikolog, Yanti belum juga menemukan jawaban memuaskan tentang Izzan. Jomplangnya IQ-nya dengan kematangan emosi Izzan membuatnya mencari tahu kemungkinan lain dari indigo. "Setelah mempelajari ciri perkembangan Izzan, membaca literatur di internet, dan berdiskusi dengan pakarnya, saya pikir mungkin Izzan termasuk gifted-disinkroni yakni anak cerdas berbakat yang mengalami disinkronitas perkembangan".

Sekilas Tentang IQ

IQ merupakan singkatan dari intelligence quotient. Skornya menunjukkan seberapa cerdas seseorang dibandingkan orang lain. Skor IQ juga mengindikasikan potensi seseorang.

- IQ rata-rata skornya 100.
- IQ di atas 100 tingkat intelektualnya dikategorikan di atas rata-rata.
- Skor di bawah 100 menunjukkan tingkat intelektualitas di bawah rata-rata.

Separuh populasi memiliki IQ antara 90 sampai dengan 110.

Inilah yang Bisa Terungkap...
Ada banyak alat tes inteligensia. Tidak semua faktor bisa terungkap dari suatu alat tes. Sejumlah alat tes tersedia untuk mengungkap sejumlah aspek kecerdasan sebagai berikut:

1. Inteligensi umum
2. Kemampuan bahasa (bahasa reseptif) dan (bahasa ekspresif)
3. Kemampuan berhitung
4. Kemampuan abstraksi
5. Kemampuan visual
6. Pemusatan perhatian
7. Daya tangkap
8. Daya Ingat (jangka panjang dan jangka pendek)
9. Logika berpikir
10. Koordinasi visual motorik (motorik halus)
11. Problem solvingsehari-hari.

Jenis Tes IQ Umum Digunakan di Indonesia


- The Stanford Binet Intelligence Test bisa dipergunakan untuk menguji IQ dan kemampuan kognitif anak dan dewasa usia dua sampai 23 tahun. Tes ini menilai empat area, yaitu verbal reasoning, quantitative reasoning, abstract, visual reasoning, dan kemahiran ingatan jangka pendek.

- Wechsler Intelligence Scale for Children (WISC) merupakan tes inte ligensia untuk anak usia enam sampai 16 tahun dan dapat ditempuh tanpa harus membaca dan menulis. Butuh waktu 65 sampai 80 menit untuk melaksanakan dan menghasilkan penelusuran skor IQ.

IQ anak dapat berbeda 15 poin dengan alat tes yang berbeda.

Masa Depan Anak IQ Rendah

Tiga guru baca datang ke rumah, bergilir mengajar Fajri. Persoalannya, bocah berusia enam tahun ini teramat lamban mencerna pelajarannya. "Anak IQ rendah jangan dipaksa," ujar ahli pendidikan anak berkebutuhan khusus, Adi D Adinugroho, dalam seminar yang diadakan oleh Sekolah Alam Bandung beberapa waktu lalu.

Orang tua, lanjut Adi, harus mengetahui apa yang bisa dicapai anak. Coba pikirkan alternatif pendidikan untuk anak di luar materi sekolahan. "Misalnya dengan menyertakannya dalam kursus yang bersertifikat."

Sekolah memasak contohnya. Anak yang terampil motoriknya akan menjadi asisten memasak yang andal dengan kemampuannya memotong cepat dan saksama membersihkan bahan makanan. "Bisa juga menjadi sous chef jika ia mampu," kata Adi.

Orang tua mesti menyiapkan anak menjadi mandiri dan memiliki keahlian. Kelak ia harus menyongsong kehidupan, menghadapi persaingan. "Itu akan menjadi masa sulit baginya jika ia dibesarkan secara tidak realistis."

Jangan curang


Sejumlah orang tua kadang membekali anak-anaknya yang akan tes IQ dengan jawaban yang telah diarahkan. Misalnya, menentukan objek yang harus digambar atau cara menjawab. Tidakkah itu akan memengaruhi hasil tes IQ? "Dengan trik semacam ini, orang tua tak akan mendapatkan gambaran asli potensi anak, dan sama saja membohongi diri maupun anak," jawab Dr Endang Widyorini.

Meski begitu, kecurangan itu akan terdeteksi oleh psikolog. Hasil tes tampak tidak konsisten. "Pada anak, buku persiapan psikotes yang dijual umum tidak banyak pengaruhnya," komentar psikolog perkembangan pakar gifted-talentedini.

Tes IQ semata mengungkap tingkat inteligensia. Ini akan menggambarkan daya serap anak di bidang akademik. Selain itu, bakat juga dapat diketahui melalui pengamatan cara berpikir dan kemampuan khusus anak yang terlihat menonjol. Sedangkan untuk mengetahui minat tidak bisa dengan tes IQ.

Salam
Reiny Dwinanda

Pendidikan Kita

Tanggal 2 Mei 1889 adalah hari lahir Suwardi Suryaningrat, tokoh yang sangat peduli dengan pendidikan bangsa yang kemudian dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara. Sepanjang hayatnya, Ki Hajar Dewantara berjuang tanpa pamrih dan mengabdikan diri demi pemerataan pendidikan bagi kaum pribumi pada saat penjajahan Belanda.Aktivis, politikus, dan wartawan ini pun tak kenal lelah berjuang agar kaum pribumi mendapatkan hak pendidikan yang sama dengan golongan priyayi atau orang Belanda. Setelah diasingkan ke Belanda, Ki Hajar pulang dan mendirikan Taman Siswa, sekolah bagi orang-orang pribumi.

Setelah merdeka, Ki Hajar dipercaya menjadi menteri pendidikan pertama Indonesia. Perjuangan dan keuletan Ki Hajar patut menjadi contoh bagi semua anak bangsa di republik ini. Pengalaman Ki Hajar adalah inspirasi yang tak tergantikan bagi dunia pendidikan Indonesia yang sudah mengalami banyak kemajuan sejak kemerdekaan. Seluruh masyarakat Indonesia, terutama yang berkecimpung dalam dunia pendidikan, selalu memperingati tanggal 2 Mei sebagai hari yang bersejarah. Namun, masih banyak tantangan yang harus dihadapi. Anggaran pendidikan sudah memadai, tinggal bagaimana bisa memanfaatkannya pada pos-pos yang sesuai demi kemajuan dunia pendidikan kita.

Sejauh ini pendidikan adalah alat yang terbukti paling efektif untuk mengejar ketertinggalan bangsa ini dengan bangsa-bangsa lain. Kita bangga, tidak sedikit para pelajar dan mahasiswa Tanah Air yang mampu berprestasi di ajang internasional. Dalam lomba-lomba bergengsi, putra-putri Indonesia tidak kalah atau bahkan mampu mengungguli rivalnya dari negara-negara maju dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi. Ini prestasi luar biasa yang harus menjadi modal bagi optimisme bangsa.
Negara tidak boleh membiarkan begitu saja talenta-talenta berbakat ini. Jangan biarkan bibit-bibit unggul yang kita miliki diambil oleh negara lain seperti yang sudah terjadi belakangan ini.

Negara lain begitu gencar mempromosikan kampus dan sekolahannya di Jakarta dan kota-kota besar lain dengan harapan bisa menjaring bibit-bibit unggulan yang kita miliki. Mereka memberi banyak kemudahan, mulai beasiswa, akomodasi selama belajar, hingga ikatan kerja atau ikatan dinas. Suatu hal yang sangat kontras di sini,di mana banyak sekali siswa berprestasi yang tak bisa melanjutkan kuliah karena terbatasnya kursi di perguruan tinggi negeri.Tak semua keluarga Indonesia mampu menyekolahkan putra-putrinya di sekolah atau kampus favorit karena terbentur masalah biaya.

Banyaknya negara lain dan lembaga-lembaga donor asing yang menawarkan beasiswa kepada pelajar, mahasiswa, atau kalangan profesional kita ke luar negeri tentu harus kita syukuri sebagai bagian dari upaya memajukan pendidikan nasional. Namun, kita akan lebih bangga jika negara dan institusi dalam negeri sendiri yang secara rutin memberangkatkan para siswa dan mahasiswa kita ke kampus-kampus papan atas di seluruh dunia.

Mungkin sekarang sudah ada upaya itu. Tapi, tingkat kebutuhan sarjana, master, maupun doktor di negeri ini masih sangat besar. Karena, di pundak mereka bangsa ini bisa melakukan lompatan besar. Para pemimpin sekarang tugasnya menyiapkan dan mengantarkan generasi yang well educated sepuluh atau 20 tahun ke depan. Merekalah yang akan jadi pemimpin bangsa ini ke depan. Menyiapkan calon-calon pemimpin adalah tugas kita bersama sekaligus melanjutkan perjuangan yang sudah dirintis Ki Hajar Dewantara.

Jaya Pendidikan Indonesia
Salam
Habe Arifin