Minggu, 01 Mei 2011

Pendidikan Kita

Tanggal 2 Mei 1889 adalah hari lahir Suwardi Suryaningrat, tokoh yang sangat peduli dengan pendidikan bangsa yang kemudian dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara. Sepanjang hayatnya, Ki Hajar Dewantara berjuang tanpa pamrih dan mengabdikan diri demi pemerataan pendidikan bagi kaum pribumi pada saat penjajahan Belanda.Aktivis, politikus, dan wartawan ini pun tak kenal lelah berjuang agar kaum pribumi mendapatkan hak pendidikan yang sama dengan golongan priyayi atau orang Belanda. Setelah diasingkan ke Belanda, Ki Hajar pulang dan mendirikan Taman Siswa, sekolah bagi orang-orang pribumi.

Setelah merdeka, Ki Hajar dipercaya menjadi menteri pendidikan pertama Indonesia. Perjuangan dan keuletan Ki Hajar patut menjadi contoh bagi semua anak bangsa di republik ini. Pengalaman Ki Hajar adalah inspirasi yang tak tergantikan bagi dunia pendidikan Indonesia yang sudah mengalami banyak kemajuan sejak kemerdekaan. Seluruh masyarakat Indonesia, terutama yang berkecimpung dalam dunia pendidikan, selalu memperingati tanggal 2 Mei sebagai hari yang bersejarah. Namun, masih banyak tantangan yang harus dihadapi. Anggaran pendidikan sudah memadai, tinggal bagaimana bisa memanfaatkannya pada pos-pos yang sesuai demi kemajuan dunia pendidikan kita.

Sejauh ini pendidikan adalah alat yang terbukti paling efektif untuk mengejar ketertinggalan bangsa ini dengan bangsa-bangsa lain. Kita bangga, tidak sedikit para pelajar dan mahasiswa Tanah Air yang mampu berprestasi di ajang internasional. Dalam lomba-lomba bergengsi, putra-putri Indonesia tidak kalah atau bahkan mampu mengungguli rivalnya dari negara-negara maju dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi. Ini prestasi luar biasa yang harus menjadi modal bagi optimisme bangsa.
Negara tidak boleh membiarkan begitu saja talenta-talenta berbakat ini. Jangan biarkan bibit-bibit unggul yang kita miliki diambil oleh negara lain seperti yang sudah terjadi belakangan ini.

Negara lain begitu gencar mempromosikan kampus dan sekolahannya di Jakarta dan kota-kota besar lain dengan harapan bisa menjaring bibit-bibit unggulan yang kita miliki. Mereka memberi banyak kemudahan, mulai beasiswa, akomodasi selama belajar, hingga ikatan kerja atau ikatan dinas. Suatu hal yang sangat kontras di sini,di mana banyak sekali siswa berprestasi yang tak bisa melanjutkan kuliah karena terbatasnya kursi di perguruan tinggi negeri.Tak semua keluarga Indonesia mampu menyekolahkan putra-putrinya di sekolah atau kampus favorit karena terbentur masalah biaya.

Banyaknya negara lain dan lembaga-lembaga donor asing yang menawarkan beasiswa kepada pelajar, mahasiswa, atau kalangan profesional kita ke luar negeri tentu harus kita syukuri sebagai bagian dari upaya memajukan pendidikan nasional. Namun, kita akan lebih bangga jika negara dan institusi dalam negeri sendiri yang secara rutin memberangkatkan para siswa dan mahasiswa kita ke kampus-kampus papan atas di seluruh dunia.

Mungkin sekarang sudah ada upaya itu. Tapi, tingkat kebutuhan sarjana, master, maupun doktor di negeri ini masih sangat besar. Karena, di pundak mereka bangsa ini bisa melakukan lompatan besar. Para pemimpin sekarang tugasnya menyiapkan dan mengantarkan generasi yang well educated sepuluh atau 20 tahun ke depan. Merekalah yang akan jadi pemimpin bangsa ini ke depan. Menyiapkan calon-calon pemimpin adalah tugas kita bersama sekaligus melanjutkan perjuangan yang sudah dirintis Ki Hajar Dewantara.

Jaya Pendidikan Indonesia
Salam
Habe Arifin

Tidak ada komentar: