Minggu, 03 April 2011

Revolusi Putih

Teriakan "merdeka" itu bebas. Menggema hingga ke tulang sumsum setiap nyawa di Republik ini. Tetapi sejak merdeka pada 17 Agustus 1945, negara ini tidak betul-betul merdeka. Ukurannya sangat sederhana. Indonesia masih menyimpan belasan juta anak-anak putus sekolah dan 31 juta orang paling miskin dan tak kurang dari 40 juta "setengah miskin." Sewaktu-waktu mereka bisa tergelincir menjadi miskin.

Tidak harus kaya untuk bisa benar-benar merdeka. Para pendiri Republik mengingkan rakyatnya hanya sejahtera lahir batin. Hingga 66 tahun merdeka dari penjajahan, bangsa ini justru terpuruk pada perang kekuasaan. Perebutan kekuasaan dilakukan mulai dari pusat ibu kota, provinsi, kabupaten/kota hingga ke pelosok-pelosok desa. Rakyat terombang-ambing dalam ketidakpastian politik.

Elite penguasa yang mewakili rakyat di parlemen dan eksekutif hanya menghabiskan energinya di meja perdebatan dan saling curiga. Rakyat diajak untuk menggunjing dan berburuk sangka. Sesekali diajak demo dan gontok-gontokan. Publik diracuni pikiran untuk saling bermusuhan, saling menghujat, dan menjatuhkan. Suasana bangsa menjadi benar-benar "democrazy".

Akhirnya tujuan didirikannya Republik ini diabaikan. Berkurangnya angka kemiskinan hanyalah permainan angka. Meningkatnya kelas menengah cuma statistik sunyi. Pertumbuhan ekonomi berhenti pada bab laporan kementerian yang disusun di rak perpustakaan. Republik ini belum ke mana-mana.

Saatnya kita kibarkah Revolusi Putih. Revolusi yang bergerak untuk meningkatkan kualitas rakyat melalui pendidikan. Siapa pun kita, saatnya membuang jauh-jauh pertikaian, rebutan kekuasaan, memuntahkan dendam, iri, dan saling menjatuhkan. Saatnya kita bergandengan tangan, mengibarkan panji-panji pendidikan sebagai pilar utama perjuangan bangsa.

Tirulah Irlandia. Dari negeri miskin, Iralandia kini menjadi kekuatan baru Eropa. Padahal negerinya tak kaya seperti kita. Buminya tak semakmur kita. Daratannya tak seluas milik kita. Orangnya pun tak sebanyak kita. Tapi Irlandia punya semangat. Punya pemimpin yang bisa membakar semangat rakyatnya untuk maju.

Pemerintah Irlandia membuka seluas-luasnya sekolah dan perguruan tinggi. Semua rakyat harus sekolah tanpa dipungut biaya alias gratis. Investasi besar-besaran dilakukan. Dan dalam satu generasi, Irlandia tampil sebagai pemenang. Irlandia menjadi kekuatan baru dengan GDP mengalahkan negara-negara Eropa seperti Jerman dan Perancis.

Beri kesempatan kepada anak-anak muda untuk belajar. Buka sekolah pemerintah mulai pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi dengan subsidi negara. Jangan ada lagi pendidikan mahal. Bangun sistem pendidikan semurah-murahnya agar setiap rakyat bisa belajar. Jika kelak mereka pintar, mereka bisa menciptakan sendiri pekerjaan dan menghapus buku kemiskinan. Ayo anak muda, kita harus merebutnya...!!!

Ayo bangun kekuatan, tumbuhkan profesionalitas, mutu, lalu kita rebut semua kesempatan agar kita yang muda, yang menentukan perubahan!

Jangan pernah loyo, kendor semangatnya, dan putus asa. Bangsa ini memerlukan kita. Orang-muda yang aktif, yang berani. Sejarah hanya ditentukan oleh mereka yang berani. Tidak ada yang mengenal Mbah Maridjan jika ia tidak berani. Tidak ada yang tahu Che Guevara jika ia tak berani. Tidak ada yang tahu Soekarno jika ia tidak berani.

Revolusi harus terjadi di dunia pendidikan. Sekarang, ya sekarang kita mulai, saat ini kita mempersiapkan diri. Hari ini kita busungkan dada untuk membangun semangat. Tidak boleh ada yang takut atau pasrah pada keadaan. Ayo bangkitlah anak-anak muda.

Bangkitlah guru-guru bangsa penentu revolusi kemajuan Republik Indonesia. Kita pasti bisa. Kita pasti menang. Kita pasti bisa mengubah keadaan. Kita tak mungkin kalah karena kita punya semangat pantang menyerah!!!

Salam
Bli Fajar

Tidak ada komentar: