Kamis, 07 April 2011

Pemimpin

Sepeninggal Nabi Muhammad saw, sejarah Islam memberikan empat teladan kepemimpinan yang kuat. Teladan utama tentulah Abu Bakar ash-Shiddiq, khalifah pertama (632-634).

Pada pidato pelantikannya yang memukau, ia sudah meletakkan dasar-dasar kepemimpinan yang lurus:

"Wahai manusia, aku telah diberi tanggungjawab untuk memimpin kalian, dan aku
bukanlah orang yang terbaik di antara kalian. Kalau aku berlaku benar, bantulah
aku. Dan jika aku berlaku salah, maka luruskanlah diriku... Taatilah perintahku
yang tidak menyalahi perintah Allah dan rasul-Nya. Dan jika aku berbuat maksiat,
maka jangan sampai kalian taati perintahku
. ”

Abu Bakar mengikuti kesahajaan kehidupan Nabi dengan disiplin ketat. Ia selalu berkata benar. Ia pun berani melawan kemungkaran: tegas memerangi kaum murtad dan para nabi palsu, serta para pembangkang yang menolak membayar zakat.

Umar bin Khattab, khalifah kedua(634-644) adalah teladan dalam penegakan hukum dan keadilan, termasuk terhadap anaknya sendiri. Meskipun di masa pemerintahannya kejayaan Islam meluas hingga meliputi separuh dunia, ia pun hidup sangat sederhana.

Ia berhasil membangun sistem administrasi pemerintahan yang luas dan rumit. Ia juga memulai proses kodifikasi hukum Islam, dan menetapkan penanggalan Islam dimulai dari peristiwa hijrah.

Teladan ketiga ialah Umar bin Abdul-Aziz, khalifah Bani Umayyah yang berkuasa pada usia sekitar 35 tahun (717-720). Ia meneguhkan kembali kehidupan yang bersahaja, kepemimpinan yang lurus, adil, dan tegas.

Sehingga, dalam pemerintahannya yang singkat, rakyat hidup tenang dan makmur. Dikabarkan, di masa itu, tidak ada satu pun warga yang layak mendapatkan zakat,
karena semuanya hidup berkecukupan. Tetapi, sebagaimana Nabi, Abu Bakar dan Umar
bin Khattab, ketika meninggal, iapun dalam keadaan “miskin” tanpa harta warisan. Ia tidak memilih dunia, melainkan surga.

Pemimpin keempat yang mengagumkan ialah Abdurrahman bin Muawiyahalias Abdurrahman ad-Dakhil. Ia berkuasa sebelum usia 30 tahun, namun di bawah pemerintahannyalah (756-787), dari Andalusia (Spanyol), Islam memberikan cahaya benderang ke seluruh dunia. Memberikan kemakmuran kepada rakyat, dan menjadikan negerinya sebagai sumber segala ilmu yang kelak membuat seluruh Eropa bangkit dari kegelapannya. Itulah (salah satu) masa, ketika Islam menjadi rahmat bagi alam semesta.

Kini, kita, di tengah kemerosotan akhlak dan lemahnya kepemimpinan umat, adakah yang berani meneladani mereka? Lebih dari itu, sungguh-sungguhkan umat Islam
Indonesia ingin mengubah nasib kaumnya, dengan memilih pemimpin yang benar?

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.” (QS. Al-Anfaal [8]:27).

Wallahu a’lam.
Yudhistira ANM Massardi

Tidak ada komentar: