Rabu, 04 November 2009

Para “Guru” Menulisku

(sebuah catatan editorial)
Oleh Hernowo

Untuk “guru” membaca dan menulisku, Ustad Jalaluddin Rakhmat: Semoga buku MENGIKAT MAKNA UPDATE ini dapat mengungkapkan rasa terima kasihku kepada Ustad atas keteladan Ustad selama ini dalam mencontohkan membaca dan menulis yang baik. Salam. Hernowo

Saya tulis kata-kata di atas di halaman paling awal buku terbaru saya, MENGIKAT MAKNA UPDATE. Setelah itu, saya memberi tanggal, bulan, dan tahun, serta tanda tangan. Pada siang hari ini, Minggu, 1 November 2009, saya bertemu Ustad Jalaluddin Rakhmat di rumah putranya, Miftah Fauzi Rakhmat. Saya sampaikan buku saya itu dengan penuh takzim.

“Lho, buku Mengikat Makna diterbitkan lagi?” sambut Ustad Jalal ketika menerima buku terbaru saya. “Benar Ustad,” jawab saya. “Namun, buku itu saya terbitkan dengan maksud untuk membawa konsep ‘mengikat makna’ yang saya rumuskan pada 2001 lalu ke era Web 2.0.” Saya lalu mengisahkan sedikit isinya yang berbeda dengan Mengikat Makna edisi awal meskipujn inti-konsepnya tidak berubah.

Ada tiga “guru” membaca dan menulis saya: Ustad Jalal, Ustad Quraish, dan Cak Nun. Saya mengulas agak panjang tentang para “guru” saya itu di buku Langkah Mudah Membuat Buku yang Menggugah. Di buku MENGIKAT MAKNA UPDATE, saya mengulasnya lagi sembari menambah satu “guru” baru untuk saya, yaitu Ibu Ratna Megawangi. Saya mengenal baik beliau. Saya juga pernah terperangah karena Ibu Ratna pernah mengulas tentang Marxisme dengan rujukan buku-buku yang luar biasa.

Saya membayangkan waktu itu, bagaimana Bu Ratna menjalankan “deep reading” dengan buku-buku yang, tentunya, tidak mudah dibaca tersebut? Lantas, saya pelajari saja buku-buku yang dibuat oleh Bu Ratna. Salah satu buku karyanya yang menakjubkan saya adalah Semua Berakar pada Karakter. Buku ini saya jadikan pegangan ketika saya menuliskan “Bab 7” yang terdapat di “Bagian (Langkah) 1” di buku MENGIKAT MAKNA UPDATE.

Bu Ratna memberikan kepada saya trisula konsep pendidikan karakternya Thomas Lickona. Saya merasa cocok menggunakan konsep Lickona untuk mengajarkan kegiatan membaca dan menulis yang memberdayakan. Setelah saya menuliskan “Bab 7” tersebut, saya baru sadar bahwa saya belajar membaca dan menulis dengan mendapatkan para “guru” menulis itu dikarenakan saya menggunakan trisula konsep pendidikannya Lickona: knowing, loving, and acting the good.

Ayo para "Guru" kita menulis tularkan ilmu untuk anak didik kita yang tersayang.