Rabu, 04 November 2009

Hati, Mata, dan Telinga

“Sesunguhnya telah kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka apakah kamu tidak memahaminya?” (QS 21:10).

“Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap-gulita kepada cahaya yang terang-benderang dengan seizinNya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.” (QS 5:16).

“(Yaitu) jalan Allah yang kepunyaanNya segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Ingatlah, bahwa kepada Allah-lah kembali semua urusan.” (QS 42:53).

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertangungjawabannya.” (QS 17:36).

Dengan Al-Qur’an, Allah Swt telah memberikan petunjuk paripurna dan terang-benderang. Bagi mereka yang mau membaca dan berpikir, terbentang dua jalan: yang diridhai dan dimurkai Allah. Tetapi, begitu banyak manusia yang lebih tunduk kepada setan dan hawa nafsu, ketimbang kepada Tuhan yang menjanjikan surga.

Untuk sedikit kesenangan duniawi, kelalaian sengaja dimasuki. Untuk kemegahan di dunia, keseimbangan tatanan alam tak dihiraukan. Untuk kekuasaan kebendaan, isi bumi dikuras dengan kerakusan tiada tara. Untuk penaklukan wilayah, seluruh nilai kemanusiaan diabaikan: hati nurani dibungkam, akal sehat dibabat.

Kegagalan membaca dan memahami, menimbulkan bencana alam dan bencana kemanusiaan. Bencana-bencana itu menjerumuskan manusia ke dalam lingkaran “fakir-kafir-kufur.”

Manusia harus segera hijrah dari keadaan gelap-gulita kepada cahaya yang terang-benderang. Kembali kepada kemuliaan. Sebab, kita bukanlah binatang ternak atau makhluk yang lebih sesat lagi. Manusia diciptakan Allah dalam bentuk yang sebaik-baiknya (QS 95:4).

Manusia Indonesia harus segera kembali kepada Allah, pusat segala urusan. Kembali kepada Allah adalah kembali kepada Al-Qur’an. Kembali kepada tugas yang diberikan Tuhan, sebagai khalifah di muka bumi: untuk menjadi rahmat bagi semesta alam (QS 21:107). Tidak merugikan manusia pada hak-haknya, dan tidak merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan (QS 26:181-184).

“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmunya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya?” (QS 45:23).

“Demikianlah Allah mengunci mata hati orang-orang yang tidak (mau) memahami.” (QS 30:59).

Tentu, tidak seorang waras pun yang ingin termasuk ke dalam golongan yang terkunci mati dan merugi. Tidak ingin, bersama jin, menjadi isi neraka Jahanam. Menjadi golongan dari mereka yang “…mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi...” (QS 7:179).

Wallahu'alam...