Kamis, 01 Oktober 2009

Menulis dengan penuh percaya diri

Pak Hernowo, saya memiliki beberapa problem menulis. Berikut ini adalah beberapa problem menulis yang saya rasakan. Namun, intinya, Pak Hernowo, saya merasa tidak percaya diri akan rangkaian kata-kata atau kalimat yang telah saya tulis. Nah, ketidakpercayaan diri itu muncul dikarenakan saya kadang-kadang mengalami ketakutan kalau-kalau nanti ada orang lain yang menilai tulisan saya dan ternyata tulisan saya tersebut tidak sesuai dengan kaidah kebahasaan atau ejaan yang benar. Lantas, saya juga ketakutan kalau-kalau nanti orang yang membaca tulisan saya itu berkata bahwa banyak tulisan yang seperti yang saya buat. Dan, terakhir, soal kepemilikan kosakata yang masih minim sehingga tulisan saya cenderung monoton.
Semoga Pak Hernowo berkenan membahasnya. Terima Kasih Pak.

Terima kasih kembali. Problem ini sesungguhnya hanya Anda yang dapat mengatasinya. Benar, saya dapat membantu Anda untuk membahas problem tersebut. Namun, jika Anda ingin mengatasi secara tuntas, Anda sendirilah yang harus melakukannya. Problem yang Anda ungkapkan itu sesungguhnya tidak nyata. Problem itu hanya ada di dalam pikiran Anda. Secara lebih spesifik lagi, problem itu dibuat oleh pikiran Anda. Jadi, setelah dituliskan seperti ini dan dikomunikasikan kepada saya, Anda bisa melihat (membaca) bahwa problem itu sesungguhnya dapat Anda atasi segera karena memang tidak ada.

Lho kok tidak ada? Kan dapat dirasakan? Benar, problem menulis itu dapat Anda rasakan karena Anda menciptakannya dalam pikiran Anda. Sekarang begini, anggap problem itu tidak ada. Atau, anggap bahwa Anda hanya sendirian di muka bumi ini. Lantas Anda kepingin menulis sesuatu. Ketika Anda mulai menulis, Anda tidak memikirkan orang lain yang akan membaca dan menilai tulisan Anda. Anda menulis sesuai kehendak dan kemampuan Anda. Saya yakin Anda pasti dapat menulis dan tidak ketakutan lagi. Lalu, hasilnya bagaimana? Baik atau buruk?

Hasilnya pasti buruk apabila Anda hanya sekali jadi menulis. Menulis yang baik tidak dapat sekali jadi. Menulis untuk menghasilkan tulisan yang baik perlu kegiatan menulis yang mencicil, perlahan-lahan, dibaca ulang, diperbaiki, atau dituliskan kembali, dan seterusnya. Lantas, agar sesuai kaidah kebahasaan bagaimana? Ada banyak sekali buku pedoman EYD atau bagaimana menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Jika Anda ingin memiliki pengetahuan atasnya, bacalah buku-buku tersebut dan terapkan dalam tulisan Anda. Jika Anda melakukannya secara kontinu dan konsisten, Anda tentu akan piawai menggunakan kaidah-kaidah kebahasaan.

Bagaimana agar dapat memiliki kosakata yang kaya? Jawaban saya hanya satu: membaca. Dalam konsep saya “mengikat makna”, dengan jelas saya tunjukkan bahwa menulis perlu membaca dan membaca perlu menulis. Agar Anda dapat lancar dan mudah menulis, Anda perlu memperbanyak kata-kata yang Anda simpan di dalam diri Anda. Sebab menulis itu adalah merumuskan hal-hal yang Anda batin (yang ada di pikiran dan perasaan Anda) dengan bantuan kata-kata. Apabila kata-kata di dalam diri Anda sedikit, Anda akan tersiksa dalam menjalankan kegiatan menulis. Nah, membaca adalah cara paling ampuh untuk memperbanyak kata-kata. Apalagi jika setelah membaca, Anda “mengikat” atau menuliskan hasil pemahaman Anda atas apa yang Anda baca. Ditanggung Anda—selain akan kaya kosakata—akan juga memiliki keterampilan menulis tingkat tinggi karena setiap Anda membaca, Anda mengakhirinya dengan menulis. Bayangkan jika Anda setiap hari membaca dan menulis? Anda pasti akan menjadi orang yang sangat percaya diri dalam menulis. Insya Allah.

Oh ya, ada bagian yang belum saya jawab, yaitu soal hasil tulisan yang ternyata sama saja dengan tulisan orang lain. Atau, dalam bahasa Anda, Anda mengatakan “banyak tulisan yang seperti yang saya buat”. Begini. Manusia itu sesungguhnya unik jika setiap manusia mau kembali pada jatidirinya. Saya sangat meyakini soal ini. Jadi, kalau Anda menulis dengan pijakan menulisnya adalah diri Anda sendiri, tentulah hasil tulisan Anda akan unik. Cobalah menggali topik dari pengalaman Anda. Atau, jika topik itu berasal dari luar, kaitkan topik dari luar itu dengan diri-unik Anda. Jika hal-hal seperti ini terus Anda biasakan, saya yakin tulisan Anda nanti memiliki karakter sebagaimana diri Anda. Mungkin topik yang Anda tuliskan sama dengan topik milik orang lain. Namun, kesimpulan atau gaya Anda membeberkannya adalah khas Anda, yang tidak mungkin sama dengan kesimpulan atau gaya orang lain.

Demikian
Salam
Hernowo