Senin, 05 Oktober 2009

Menulis Dapat Membantu Memecahkan Masalah


Salah seorang yang mengikuti pelatihan menulis saya tampak terperanjat ketika saya mengatakan bahwa menulis dapat membantu diri kita untuk memecahkan masalah. Saya memahami keterperanjatan dia karena dia tidak menyangka jika menulis dapat dikaitkan dengan hal itu. Mungkin selama ini yang dia ketahui adalah kaitan antara menulis dengan kaidah-kaidah berbahasa atau bagaimana menulis untuk membuat makalah, skripsi, dan tugas-tugas kuliah lainnya.

Saya pun menghentikan pelatihan saya dan mencoba memahami keterperanjatan salah satu peserta pelatihan menulis saya. “Pak Hernowo, saya punya masalah. Saya punya utang sekian juta yang harus saya lunasi bulan depan. Apakah dengan menulis, saya lantas dapat memecahkan masalah utang saya itu?” Saya bisa saja mencari jawaban agar menulis dapat saya kaitkan dengan persoalan yang dia ungkapkan. Namun, entah kenapa, saya menjawab dengan jawaban yang berbeda.

“Begini Mas, jika Anda ingin memecahkan permasalahan utang Anda, tentu Anda harus mencari uang dengan bekerja lebih keras atau meminjam lagi uang untuk menambal lebih dahulu utang Anda yang telah jatuh tempo. Dapat sih, Anda memecahkannya dengan menulis, misalnya menulis setiap hari untuk koran-koran nasional sehingga Anda mendapatkan uang jutaan rupiah senilai utang Anda. Namun, bukan ini yang saya maksud dengan menulis dapat membantu memecahkan masalah.”

Setelah saya menyampaikan apa yang ingin saya sampaikan di awal, saya pun melanjutkan penjelasan saya dengan merujuk ke hasil-hasil penelitian ahli linguistik bernama Dr. Stephen D. Krashen. Dr. Krashen menulis sebuah buku untuk menampung hasil-hasil penelitian tentang membaca dan menulis dalam bukunya yang berjudul menarik, The Power of Reading: Insights from the Research. Saya lantas membacakan sebuah pandangan Dr. Krashen yang ada di dalam bukunya kepada peserta yang tadi terperanjat:

“Seperti diungkapkan Elbow (1973),” demikian tulis Dr. Krashen, “sulit untuk mengendalikan lebih dari satu gagasan dalam pikiran sekaligus. Tatkala kita menuliskan gagasan kita, hal-hal samar dan abstrak menjadi jelas dan konkret. Saat semua pikiran tumpah di atas kertas, kita bisa melihat hubungan di antara mereka, dan bisa menciptakan pemikiran yang lebih baik. Menulis, dengan kata lain, bisa membuat kita lebih cerdas.”

Saya kemudian mencontohkan bahwa diri saya setiap hari harus menerima informasi dari berbagai sumber dan harus mengingat banyak sekali hal, serta harus memilih dan memutuskan pelbagai masalah remeh-temeh hingga yang sangat penting. Ketika saya menuliskan semua itu—tentu harus diingat bahwa “menulis” yang saya lakukan di sini adalah menulis bebas sekadar untuk memetakan apa yang masuk ke pikiran saya—saya menjadi terbantu untuk memecahkannya.

Salam
Hernowo Hasim