Minggu, 04 Oktober 2009

Kau Bekerja - Kahlil Gibran

Kau bekerja
Supaya langkahmu seiring irama bumi
Serta perjalanan roh jagad ini

Berpangku tangan,
Menjadikanmu orang asing bagi musim,
serta keluar dari barisan kehidupan sendiri,
yang menderap perkasa,
megah dalam ketaatannya,
menuju keabadian masa.

Bila bekerja,
engkau ibarat sepucuk seruling,
lewat jantungnya bisikan sang waktu menjelma lagu.
Siapa mau menjadi ilalang dungu dan bisu,
sementara semesta raya melagukan gita bersama?

Selama ini kau dengar orang berkata,
bahwa kerja adalah kutukan,
dan susah payah merupakan takdir suratan.
Tetapi aku berkata kepadamu,
bahwa bila kau bekerja,
engkau memenuhi sebagian cita-cita bumi yang tertinggi,
yang tersurat untukmu,
ketika cita-cita itu terjelma.

Dengan selalu menyibukkan diri dalam kerja,
pada hakikatnya engkau mencintai kehidupan.
Mencintai kehidupan dengan bekerja
adalah menyelami rahasia hidup yang paling dalam.

Namun pabila dalam derita
Kausebut kelahiran sebagai siksa,
dan pencarian nafkah sebagai sebuah kutukan yang tercoreng di kening,
maka aku berkata,
bahwa tiada lain dari cucuran keringat jua
yang dapat membasuh suratan nasib manusia.

Selama ini kaudengar pula orang berkata,
bahwa hidup adalah kegelapan,
dan dalam keletihanmu
kau tirukan kata-kata mereka yang lelah.
Namun aku berkata,
bahwa hidup memang kegelapan,
kecuali jika ada dorongan.
Dan semua dorongan buta belaka,
kecuali jika ada pengetahuan.
Dan segala pengetahuan adalah hampa,
kecuali jika ada pekerjaan.
Dan segenap pekerjaan adalah sia-sia,
kecuali jika ada kecintaan.

Jikalau kau bekerja dengan rasa cinta,
engkau menyatukan dirimu dengan dirimu sendiri.
Kau satukan dirumau dengan orang lain dan sebaliknya.
Serta kau dekatkan dirimu kepada Tuhan.

Dan apakah yang dinamakan bekerja dengan rasa cinta?
Laksana menenun kain,
dengan benang yang ditarik dari jantungmu,
seolah kekasihmulah
yang mengenakan kain itu.

Bagai membangun rumah dengan penuh kesayangan,
Seolah kekasihmulah
yang akan mendiaminya di masa depan

Seperti menyebar benih dengan kemesraan,
dan memungut panen dengan kegirangan,
seolah kekasihmulah
yang akan makan buahnya kemudian.

Paterikan corakmu pada semua benda,
dengan nafas dari semangatmu pribadi.
Ketahuilah,
bahwa semua roh suci sedang berdiri mengelilingmu,
memperhatikan dan mengawasi serta memberi restu

Seringkali kudengar, engkau berkata-kata laksana menggumam dalam mimpi :
“Dia yang bekerja dengan bahan pualam
dan menemukan di dalamnya bentuk jiwanya sendiri
lebih tinggi martabatnya daripada dia
si pembajak sawah.

Dan dia yang menangkap pelangi di langit
untuk dilukis warnanya
menyerupai citra manusia di atas kain,
derajatnya lebih mulia dari dia
si pembuat sandal kita.”

Namun aku berkata,
tidak di dalam tidur,
melainkan di kala jaga sepenuhnya,
ketika matahari tinggi,
bahwa angin berbisik tidak lebih mesra di pohon jati raksasa
daripada di rerumputan yang paling kecil dan tanpa arti.
Dan hanya dialah sungguh besar,
Yang menggubah suara angin,
menjadi sebuah simponi,
yang makin agung karena kasih sayangnya.

Kerja adalah cinta yang mengejawantah.
Dan jika kau tiada sanggup bekerja dengan cinta,
hanya dengan enggan,
maka lebih baiklah jika engkau meninggalkannya,
lalu mengambil tempat di depan gapura candi,
meminta sedekah dari mereka yang bekerja dengan sukacita.

Sebab bila kau memasak roti dengan rasa tertekan,
maka pahitlah jadinya dengan setengah mengenyangkan.
Bilamana kau menggerutu ketika memeras anggur,
gerutu itu meracuni air anggur.
Dan walaupun kau menyanyi dengan suara bidadari,
namun hatimu tiada menyukainya,
maka tertutuplah telinga manusia
dari segala bunyi-bunyian siang
dan suara malam hari.

Tetapi bila kau bekerja dengan rasa cinta,
kau akan bisa mengangkat sebuah gunung
dengan sebuah jari.

(Kahlil Gibran)