Rabu, 07 Oktober 2009

Honeymoon Bukan Monopoli Pengantin Baru :)

(sebuah cerita)
Dari sahabatmu:
Mohammad Ihsan

Istri memang lagi sakit dan perlu opname. Seperti biasa, saya bisa membatalkan banyak agenda kalau keluarga butuh perhatian serius. Saat dulu anak saya opname, saya juga berhari-hari nginap di rumah sakit. Pekerjaan dan bos menjadi urusan kesekian. Lha kita kerja khan sebenarnya juga untuk istri dan anak-anak, tho?

Kembali ke laptop. Sakit itu kadang perlu :)
Agar manusia tidak sombong. Agar mereka menyadari bahwa dirinya itu makhluk lemah. Fir'aun menuhankan dirinya juga salah satunya karena dia sehat terus nggak pernah sakit. Lagipula, sakit juga kesempatan baik untuk kita bisa melebur dosa-dosa kita. Kami berdua kebetulan sepaham soal ini. Jadi tatkala "serangan" sakit datang bertubi-tubi, kami menjadi pasangan yang saling menguatkan agar bisa selalu sabar dan ikhlas menerima ujian ini. Sebaliknya, orang yang nggak sabar dengan sakitnya, mereka bisa rugi 2 kali: sudah kesakitan, eh berdosa pula. Apalagi kalau dalam sakitnya dia mengumpat Alloh. Naudzu billah min dzalik

Kami menghabiskan 4 hari di rumah sakit ini bukan hanya untuk berobat, tapi juga konsolidasi internal untuk makin memantapkan komunikasi kami berdua sebagai suami istri. Dulu, waktu muda (ehh... emangnya sekarang sudah tua apa? hehe.. pokoknya waktu masih awal pernikahan), perkara sepele saja bisa jadi urusan besar. Perbedaan pendapat sedikit bisa jadi prahara. Alhamdulillah, kami telah melewati fase-fase krusial itu dengan baik, insya Alloh.

Kini kami sudah kian mengerti posisi dan peran masing-masing. Mahligai pernikahan menjadi sangat indah ketika individu di dalamnya bisa hidup aman, tentram, dan bahagia. Selama di rumah sakit, kami juga menyempatkan diskusi soal 4 anak kami. Si ini nanti begini, si itu harus diperlakukan begini, agar hasilnya optimal maka perlu bla bla bla. Pendek kata, kami sungguh menikmati kebersamaan kali ini. Semuanya berasal dari Alloh... sakit dan sehat, suka dan duka, adalah bagian dari romantika hidup. Kalau jalannya lempeng tanpa pernah ada hambatan malah hidup serasa hambar, nggak ada seninya, hehe...

Makanya, ujian hidup itu perlu untuk bisa naik kelas. Salah satu yang selalu kami berdua ingat tatkala menghadapi ujian adalah sebuah hadits nabi: "Yubtalar rajulu 'ala hasabi diinihi... (seseorang akan diuji sesuai kadar agama atau keimanannya) ... "fa in kaana fii dinihi sholabah zuyyida 'an bala'ihi" (mereka yang imannya bagus/kuat tentu ujiannya akan terus ditambah/diperberat ), "wa in kaana fii dinihi riqqotun khuffifa 'anhu" (sebaliknya yang imannya lemah hanya akan mendapatkan ujian yang ringan).

Jadi, saat menghadapi ujian hidup yang berat, seharusnya kita malah bersyukur. Karena berarti Alloh akan memberi kesempatan kita untuk naik ke level yang lebih tinggi (tentunya jika sabar dan iklas menerima ujian tersebut). Ya seperti dulu saat kita sekolah, tanpa ada ujian akhir maka kita nggak akan naik ke jenjang SMP, SMA, atau kuliah khan?

Sebaliknya, saat hidup kita serasa lempeng terus... rejeki mengalir tanpa henti, tak pernah merasakan bagaimana sulitnya mendapatkan uang untuk sekedar beli susu atau bayar uang sekolah, atau nggak pernah merasakan bagaimana menderitanya saat sakit, atau bentuk-bentuk ujian lainnya, saat itulah kita perlu introspeksi. Jangan-jangan Alloh tengah membombong kita, apakah kita tetap menjadi hamba yang pandai bersyukur? Atau, ahh... percuma saja dikasih ujian, toh nggak akan lulus karena iman kita yang ringkih? Ah, tentu kita nggak mau seperti itu.

Perspektif yang benar tentang musibah akan membuat kita lebih tenang menghadapi ujian kehidupan ini. Lagian, Alloh nggak akan pernah ngasih beban hamba-Nya kecuali hamba tersebut mampu mengatasinya. Dalam Alqur'an, "Laa yukallifullohu nafsan illa wus'aha"... Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya (QS. Al-Baqarah, 2: 286)

Terakhir, saat ini, memasuki hari kelima di rumah sakit, kami berdua merasakan kian dekat satu sama lain. Kami menjadi pasangan yang lebih mengerti.. Dan ini merupakan modal yang baik untuk membawa bahtera keluarga kami mengarungi samudera kehidupan yang penuh ombak dan badai. Bukankah perasaan seperti itu yang diharapkan dari bulan madu berdua?

Selamat ber-hanimun ria. Tapi jangan di rumah sakit lah... masih banyak tempat lain yang lebih baik kok, hahaha...

RSUD Dr. Soetomo, 7 Oktober 2009
Mohammad Ihsan and Family