Rabu, 05 Agustus 2009

Sang pembentuk karakter Obama

Pada diri kedua putri saya,” demikian tutur Barack Obama, “setiap hari saya melihat keceriaan Ibu, kemampuannya mengagumi hal-hal. Saya tidak akan menggambarkan lebih jauh betapa dalamnya dukacita saya sepeninggal Ibu. Saya tahu bahwa dia adalah jiwa yang teramat baik dan murah hati yang pernah saya kenal, dan bahwa saya berutang padanya atas hal-hal terbaik yang ada di dalam diri saya.”

Tuturan Obama tersebut dapat kita baca di edisi kedua Dreams from My Father yang duterbitkan lagi pada 2004—edisi pertama terbit pada 1995—dan edisi Indonesianya diterbitkan pada 2009 oleh Penerbit Mizan. Dreams from My Father adalah satu-satunya buku yang ditulis Obama sendiri yang menuturkan secara lengkap masa-masa awal kehidupannya. Buku karya Obama ini meraih “British Book Award for Best Biography 2009” dan Joe Klein, kolumnis majalah Time, menyebutnya sebagai “salah satu memoar terbaik yang pernah ditulis politikus Amerika”.

Pak Efendi, guru-SD Barack Obama

Pada Jumat, 26 Juni 2009, malam sekitar pukur 20.00 WIB, di Graha Nandika-Graha Sucofindo, Jakarta Selatan, buku karya Barack Obama, Dreams from My Father, itu diluncurkan dengan meriah dan penuh haru. Bapak Abdillah Toha, Presiden Komisaris Kelompok Mizan, didampingi Ibu Lisa Trisulo, istri dari adik Lolo Soetoro—ayah kedua Barack Obama—berkesempatan membuka selubung yang menutupi sampul buku Dreams from My Father sebagai tanda secara resmi buku Barack Obama edisi Indonesia diluncurkan ke masyarakat luas.

Tampak para tamu undangan ikut menyaksikan peluncuran buku Obama tersebut. Di antaranya, Stanley Harsha, Mike Anderson yang mewakili Kedutaan Besar Amerika Serikat, Dr. Gisela Webb, Pak Efendi yang pernah mengajar Obama ketika Obama bersekolah di Sekolah Dasar (SD) Menteng, Teguh Santosa yang mengenal secara baik Maya Soetoro (adik tiri Obama), Ikhwanul Kiram, dan Julia Suryakusuma. Beberapa tamu undangan berkesempatan memberikan kesan-kesannya atas kehidupan Barry—nama kecil Barack Obama—dan ibu Obama, Ann Dunham.


Julia Suryakusuma, sahabat Ann Dunham
Pak Efendi, misalnya, mengisahkan tentang kenangannya ketika mengajar Barry. Menurut Pak Efendi, karena tubuhnya yang besar, Barry tampak menonjol. Barry suka bergaul dan termasuk sosok yang pemberani. Suatu ketika, demikian kisah Pak Efendi, di kelas Barry diajarkanlah lagu “Syukur” oleh sang guru, Pak Efendi. Setelah lagu itu cukup dikuasai oleh anak didik Pak Efendi, Pak Efendi pun menantang para murid untuk maju di depan kelas agar mencoba menyanyikannya. Tidak dinyana, Barry mengangkat tangan dan menyanyilah Barry di depan kelas dengan suara dan nada yang tidak karuan.


Yang cukup membuat keharuan tumpah tak terbentung di acara peluncuran tersebut adalah kisah yang disampaikan oleh Julia Suryakusuma tentang ibunda Obama, Ann Dunham. Julia adalah sahabat Ann ketika Ann berada di Indonesia. “Bayangkan,” kata Julia, “suatu ketika Ann menyampaikan penyesalannya kepada saya bahwa dia gagal mendidik anaknya, Barry. Padahal yang disesali Ann itu hanyalah kegagalannya dalam mendidik Barry untuk membersihkan giginya dengan tali.”