Rabu, 07 April 2010

Use It or Lose It !

“Gen adalah batu bata pembangun otak. Lingkungan adalah arsiteknya.” -CHRISTINE HOHMANN-

Jalaluddin Rakhmat, secara menarik, mendasarkan hukum “use it or lose it” untuk menumbangkan mitos otak bahwa kecerdasan itu merupakan keturunan. Menurut Kang Jalal (demikian panggilan akrabnya)—setelah mengutip hasil-hasil mutakhir tentang penelitian otak—lingkungan pada akhirnya lebih menentukan daripada keturunan. Memang betul, gen dan pengaruh orangtua ikut membentuk otak. Tetapi, gen tidak menentukan nasib. Diet, pendidikan, dan tantanganlah yang menentukan berfungsi-tidaknya pikiran kita.

Menurut Christine Hohmann, ilmuwan saraf dari The Kennedy-Kriger Institute di Baltimore, “Gen adalah batu bata yang merupakan bahan bangunan untuk otak. Lingkungan adalah arsiteknya.” Buat orang yang berusia lanjut, sebuah hasil penelitian—yang dilakukan oleh John Rowe, peneliti di Mount Sinai Medical Center New York—juga menunjukkan kepada kita bahwa 30 persen karakteristrik ketuaan ditentukan secara genetis dan 70 persennya ditentukan oleh lingkungan.

Dr. Bruce Lipton

“Otak bekerja berdasarkan prinsip use it or lose it,” tegas Kang Jalal dalam karyanya, Belajar Cerdas. Jika Anda tidak menggunakan otak Anda, Anda akan kehilangan dia. Prinsip ini juga perlu menjadi perhatian kita sebelum menumbangkan mitos otak yang lain terkait bahwa usia merusak otak. Bukan usia yang merusak otak, tetapi penyakitlah yang merusak otak.

Semakin kita bertambah umur dan menjadi tua, otak malah semakin hebat bekerjanya asal otak dihindarkan dari pelbagai penyakit. Tentu, bukan hanya menjaga otak dari serangan penyakit, kita pun harus terus menggunakannya secara berkala dan konsisten. Sekali lagi, para peneliti otak kemudian mengunggulkan kegiatan membaca untuk menjelaskan kata harfiah “menggunakan otak”.

Kang Jalal juga pernah bercerita kepada saya tentang hasil penelitian Bruce Lipton yang kemudian dibukukan dalam The Biology of Belief. Lipton adalah seorang profesor dan peneliti yang terkenal dalam bidang biologi sel. Dia bekerja di Stanford University dan merupakan pioner di bidang epigenetik—ilmu yang mempelajari bagaimana lingkungan mempengaruhi aktivitas gen.

Penelitian Lipton ini—selain mendukung penelitian sebelumnya bahwa kecerdasan bukan dipengaruhi oleh keturunan saja tetapi lebih banyak malah dipengaruhi oleh lingkungan—memberikan penegasan bahwa bukan hanya otak (kecerdasan) yang dapat diubah oleh prinsip “use it or lose it”, tetapi juga gen! Saya iseng-iseng googling dan menemukan sedikit tentang Bruce Lipton dan hasil penelitiannya. Di bawah ini, saya coba sajikan-kembali dua potongan pendapat—yang menurut saya menarik—lewat bahasa saya (lihat lebih jauh di http://www.shvoong.com/books/guidance-selfimprovement/1839945-biology-belief/):

“Sudah berapa sering Anda mendengar bahwa takdir ditentukan oleh gen atau merupakan warisan orangtua Anda? Jika Anda adalah anak pemain basket hebat yang pernah dilahirkan di muka bumi, Michael Jordan, atau anak seorang genius yang telah mengubah dunia lewat komputer, Bill Gates, bisa jadi Anda merasa tertekan. Tapi, mungkin itu dulu. Kini, jangan putus asa karena berdasarkan The Biology of Belief karya Dr. Bruce Lipton, keberadaan diri Anda tidak sepenuhnya ditentukan oleh gen.

“Jika Anda seorang intelektual namun hati nurani Anda menolak teori Darwin, maka buku Lipton cocok untuk Anda. Jika anda sangat religius sehingga merasa perlu menolak ilmu pengetahuan karena bertentangan dengan yang Anda yakini tentang Tuhan, maka buku Lipton tepat untuk Anda. Dalam pertarungan sengit antara ilmu pengetahuan dan agama, buku Lipton adalah jalan terang menuju bagian baru ilmu pengetahuan dan agama yang, ternyata, keduanya dapat berjalan bersama-sama.”

Salam
Hernowo