Senin, 05 April 2010

Brain Story Part 2


Neuron

“Membaca adalah sebuah keterampilan yang sangat kompleks. Keterampilan itu melibatkan pendengaran, penglihatan, ingatan, dan ujaran.” PROFESOR SUSAN GREENFIELD

Mungkin karena kita sudah terbiasa membaca teks—meskipun kadang teks yang kita baca tidak kita maknai secara sungguh-sungguh—kegiatan membaca seakan-akan biasa-biasa saja. Padahal, kegiatan membaca adalah kegiatan yang luar biasa rumitnya. Ia banyak melibatkan fungsi-fungsi penting otak kita.

Tayangan menarik tentang kegiatan membaca yang rumit ini ditunjukkan oleh salah satu serial VCD Brain Story yang berjudul “Growing the Mind” (Menumbuhkembangkan Pikiran). Seorang anak bernama Cassie mengalami disleksia atau kesulitan membaca. Cassie kemudian dibantu oleh seorang psikolog untuk dapat memaknai apa yang dibaca.

Ketika saya menyaksikan tayangan tersebut, saya teirngat penafsiran Ustad Quraish Shihab atas makna “iqra’”. Menurut Ustad Quraish, “iqra’” tidak sekadar membaca atau mengeja huruf dan kata. Jika Anda diberi empat huruf yang terdiri atas huruf-huruf “a”, “y”, “s”, dan “a”—kira-kira apa yang Anda baca? Secara refleks, kita akan membaca susunan keempat huruf itu menjadi AYSA atau YASA, atau AYAS. Nah, menurut Ustad Quraish, “iqra’” kemudian akan bertanya kepada Anda, “Apa arti AYAS itu?”

Jika tak ada makna atas kata AYAS atau ketika kita membaca susunan itu dan kita tidak memahami apa yang kita baca, sesungguhnya kita belum “iqra’” meskipun kita sudah berhasil membaca. “Membaca dalam konteks iqra’ adalah menghimpun makna bukan sekadar huruf,” ujar Ustad Quraish lebih jauh. Keempat huruf itu harus Anda baca menjadi sebuah konfigurasi kata yang bermakna. Dan jika kita menggunakan metode “iqra’” dalam membaca, semestinya kita mengolah empat huruf itu sehingga muncullah kata SAYA yang sudah sangat kita pahami dalam khazanah kebahasaan kita.

Saya kemudian merenung dalam-dalam, “Itu baru membaca empat huruf. Bagaimana jika kita membaca buku dengan ketebalan 300 halaman?” Bukankah di dalam buku tersebut tidak hanya ada ribuan huruf, tetapi juga ratusan kata? Bukankah ratusan kata itu akan membentuk banyak sekali kalimat dan paragraf? Dan bukankah di sebuah buku akan kita jumpai sub-bab, bab, dan juga bagian-bagian yang mengelompokkan bab-bab tersebut. Bagaimana kita membaca-makna (“iqra’”) atas semua itu?

Neuron yang saling berkoneksi

“Selama bertahun-tahun manusia telah berusaha untuk memahami cara kerja otak,” demikian Profesor Susan Greenfield menyampaikan narasinya. “Dengan kehadiran teknologi modern dan perkembangan dalam ilmu pengetahuan saraf saat ini, sebuah dunia baru dalam penelitian otak terbuka dan pemahaman atas pikiran telah menjadi sebuah keniscayaan.” Dalam episode “Growing the Mind”, Profesor Susan Greenfield menyelidiki perubahan di dalam otak saat pertumbuhan dan perkembangan dari masa bayi hingga dewasa.

Tak berhenti di situ, Profesor Susan Greenfield juga menjelaskan pandangannya bahwa proses belajar, mengingat, dan menjadi individu yang unik seharusnya dapat dilihat sebagai proses adaptasi otak terhadap lingkungannya dari menit ke menit. “Otak (brain) atau benak (mind) akan tumbuh dan berkembang secara luar biasa jika pengetahuan dan pengalaman yang Anda jalani bermakna.

“Cara neuron berkoneksi yang kemudian dikonfigurasi sedemikian rupa dan diatur sepanjang hiduplah yang membuat setiap orang berkembang menjadi pribadi-pribadi yang unik,” tutur Profesor Susan Greenfield.

Salam
Hernowo