Rabu, 07 April 2010

Triune Brain

Paul MacLean, penggagas “triune brain”. “Molekul-molekul emosi juga menjalankan setiap sistem di dalam tubuh.” CANDACE B. PERT, Molecules of Emotion: Why You Feel The Way You Feel.

Paul D. MacLean (1 Mei 1913-26 Desember 1997) dikenal sebagai neurolog andal. Dia disebut-sebut juga sebagai pendukung “microgenesis”—sebuah pandangan yang menyatakan bahwa struktur otak manusia itu berevolusi sesuai zaman. Karya terkenalnya yang terbit pada 1990 adalah The Triune Brain in Evolution. Menurutnya, otak manusia terdiri atas tiga bagian—oleh sebab itu dia menyebutnya sebagai “triune brain”—yang setiap otak itu berkembang pada waktu yang berbeda dalam sejarah evolusi manusia. “Triune brain” itu adalah (1) batang otak atau “otak reptil”, (2) sistem limbik atau “otak mamalia”, dan (3) neokorteks atau saya menyebutnya sebagai “otak bahasa”.

Kedua jenis otak yang pertama dimiliki oleh hewan, sementara neokorteks hanya dimiliki manusia dan otak ketiga inilah yang membedakan manusia dengan hewan. Neokorteks berada persis di atas sistem limbik. Inilah, sekali lagi, yang membuat manusia menjadi spesies yang unik. Neokorteks adalah juga tempat bersemayamnya kecerdasan Anda. Otak inilah yang mengatur pesan-pesan yang diterima melalui penglihatan, pendengaran, dan sensasi tubuh Anda. Proses yang berasal dari pengaturan ini adalah penalaran, berpikir secara intelektual, pembuatan keputusan, perilaku waras, bahasa, kendali motorik sadar, dan ideasi (penciptaan gagasan) nonverbal.

Di bawah neokorteks ada otak tengah yang berisi “sitem limbik” yang pada tahun 1990-an dipopulerkan oleh Daniel Goleman dengan merujuk ke sebuah jenis kecerdasan-baru. Namanya “emotional intelligence”. Menurut Goleman, di otak tengah inilah bersemayam kecerdasan emosi (EQ) yang kemudian ditandingkan dengan kecerdasan rasional (IQ). Otak tengah ini menyimpan juga perasaan, pengalaman, memori, dan kemampuan belajar Anda. Ini adalah bagian otak yang diprogram untuk memerintahkan seorang bayi—atau seekor anak domba atau anjing—secara naluriah untuk menyusu kepada ibunya segera setelah lahir. Otak ini memang dimiliki oleh hewan mamalia. Dan, janga lupa, sistem di otak tengah ini juga mengendalikan bioritme Anda, seperti pola tidur, rasa haus, tekanan darah, detak jantung, gairah sesksual, temperatur dan kimia tubuh, metabolisme, serta sistem kekebalan.

Otak paling tua berada di batang otak, di bawah otak tengah, yang disebut sebagai “otak reptil” karena memamg dimiliki oleh kadal, buaya, dan burung. Di otak inilah bersemayam insting untuk mempertahankan hidup dan dorongan untuk mengembangkan spesies. Perhatiannya adalah pada makanan, tempat tingggal, reproduksi, dan perlindungan wilayah. Ketika Anda merasa tidak aman, otak ini spontan bangkit dan bersiaga atau melarikan diri dari bahaya. Inilah yang disebut reaksi “hadapi atau lari” yang sangat terkenal itu. Dalam beberapa hal, otak ini sangat bermanfaat bagi manusia karena dapat melindungi manusia dari marabahaya secara refleks. Sayangnya, jika fungsi otak ini dominan, manusia tak dapat berpikir di tingkat yang lebih tinggi.

Menarik sekali untuk melihat mekanisme bekerjanya ketiga otak ini. Kendalinya ternyata ada di otak tengah atau di “sistem limbik” yang terkait dengan emosi. Apabila Anda sedang dilanda emosi negatif—Anda marah, kesal, dan sebal—kegiatan pemikiran Anda pun akan turun ke bawah ke “otak reptil”. Akibatnya, Anda tidak dapat berpikir jernih. Ketika Anda diliputi emosi negatif, Anda kemudian akan berperilaku bak binatang. Bayangkan pula jika Anda sedang menulis tetapi yang Anda akan tulis tidak Anda sukai. Anda akan diliputi oleh emosi negatif dan Anda pun menjalani kegiatan menulis dengan perasaan yang tersiksa. Hasilnya sudah sangat jelas: buruk. Ini dikarenakan Anda menulis dengan otak kadal!

Sebaliknya, apabila Anda berhasil mengubah emosi negatif menjadi emosi positif—Anda gembira, bersemangat, dan bergairah—apa pun yang Anda lakukan akan dibantu dengan pemikiran otak yang paling tinggi, yaitu “otak bahasa”. Bahkan bukan hanya itu yang Anda akan peroleh. Ronald Kotulak—penulis sains yang pernah meraih penghargaan Pulitzer—menunjukkan bahwa ketika secara emosional Anda sedang “bersemangat”, otak Anda akan melepaskan endorfin—bahan kimia yang mirip morfin. Ini pada gilirannya akan memicu asetilkolin, “neurotransmitter” vital yang meminta memori baru untuk ditanam di berbagai bagian otak. Menurutnya, asetilkolin ini bagaikan “minyak yang membuat mesin memori berfungsi; dan jika mengering, mesin (otak) akan membeku”.

Salam
Hernowo