Senin, 05 April 2010

Brain Story Part 1

Koneksi antarsel-sel otak (neuron) hanya terjadi bila kita dapat menciptakan makna pada apa yang kita pelajari.
--DAVID A. SOUSA dalam, How the Brain Learns?

Pernahkah Anda membayangkan apa yang sedang bergolak di kepala Anda—tepatnya di otak Anda? Saya pernah. Itu berkat video Brain Story yang diproduksi oleh BBC. Video ini dibuat berseri. Pemandunya seorang ilmuwan ahli saraf otak, Profesor Susan Greenfield.

Ketika menikmati gambar-gambar yang diberi narasi oleh Profesor Susan, saya kadang tidak bisa berkomentar apa-apa selain membatin, ”Amazing!!!” Dalam salah satu seri videonya, saya menyaksikan bagaimana neuron-neuron itu berkembang akibat kegiatan belajar.

Bahkan, di video yang lain, dikisahkan ada seorang anak yang belahan otak kirinya cacat ketika lahir. Lewat bantuan belahan otak kanannya yang tidak cacat, si anak itu memperbaiki belahan otak kirinya. “Luar biasa,” batin saya sekali lagi.

Profesor Susan Greenfield mengenakan alat pemindai otak.

Coba Anda simak apa yang dikisahkan oleh Colin Rose dalam bukunya yang dahsyat, M.A.S.T.E.R It Faster (1999), berikut ini: “Pada saat tumbuh di rahim, embrio manusia yang berusia 12 minggu mampu mengembangkan sekitar 2.000 sel otak per detik. Lebah dewasa—yang dapat melakukan pekerjaan canggih seperti membangun sarang lebah, mengukur jarak, dan memberi isyarat mengenai letak serbuk sari kepada teman-temannya—memiliki sekitar 7.000 sel otak atau neuron. Itu sama dengan jumlah sel otak yang ditumbuhkan embrio manusia selama hanya 3 detik!”

Apakah Anda juga pernah mendengar istilah neurogenesis? Saya pernah membahasnya di catatan saya di fesbuk beberapa waktu lalu ketika menunjukkan pentingnya membaca secara mendalam (deep reading). Mari kita baca yang satu ini, ”Kemampuan otak untuk merespons perubahan lingkungan dengan melakukan pengkabelan (rewiring) otak berulang kali menunjukkan kelenturan otak (plasticity).

Profesor Susan Greenfield


”Kita akan segera mengetahui bahwa neurogenesis—melahirkan neuron-neuron baru—bisa terus terjadi sepanjang hidup kita.” Dahsyat bukan? Kalimat di atas saya peroleh dari sebuah buku yang terus menginspirasi saya hingga sekarang, Belajar Cerdas: Belajar Berbasiskan Otak karya Jalaluddin Rakhmat, tepatnya di halaman 179.

Berbahagialah Anda yang terus belajar. Belajar tak mengenal batas waktu dan usia. Apalagi jika Anda berhasil mengisi hari-hari Anda yang kosong—dan di hari itu, Anda memang sedang tidak melakukan kegiatan apa-apa—dengan membaca dan menuliskan apa yang Anda baca.

Menurut sang pembedah otak Einstein, Marian C. Diamond, ”...neuron berkembang perlahan dengan cara meraih neuron lain yang memiliki ranting dendrit yang sama. Ketika kita menyerap informasi baru (lewat kegiatan belajar tentunya), dendrit kita membuat cabang-cabang baru. Setiap cabang ini akan mengembangkan lagi ranting-ranting lainnya...

Salam
Hernowo