Kamis, 10 Desember 2009

Wanita Pemberi Cahaya

“Guru saya, Anne Mansfield Sullivan, telah bersama saya selama hampir satu bulan, dan dia mengajari saya nama-nama sejumlah benda. Dia meletakkannya di tangan saya, mengejakan nama benda itu dengan tangannya, dan membantu saya membentuk huruf-hurufnya.

“Namun, saya tidak mengerti sama sekali apa yang sedang dilakukannya. Saya tidak tahu apa yang saya pikirkan. Saya hanya punya ingatan dari sentuhan jari-jari saya melakukan gerakan itu dan berubah dari satu posisi ke posisi lain.

“Suatu hari, dia menyerahkan kepada saya sebuah cangkir dan mengejakan kata untuk benda tersebut. Kemudian, dia menuangkan cairan ke dalam cangkir itu dan mengejakan huruf-huruf: A-I-R.

“Dia bilang bahwa saya tampak bingung. Saya mempertukarkan kedua kata itu, mengeja cangkir untuk air dan air untuk cangkir.

“Akhirnya, saya jadi marah karena Nona Sullivan terus saja mengulangi kata-kata itu. Dengan nyaris putus asa, dia membawa saya keluar dari rumah yang terbungkus semak ivy itu dan menyruh saya memegang cangkir di bawah keran, sementara dia memompa air.

“Dengan tangannya yang satu, dia mengejakan A-I-R perlahan-lahan. Sembari air yang dingin itu mengalir di atas tangan saya, sekonyong-konyong, ada getaran aneh dalam diri saya, sebuah kesadaran yang berkabut, perasaan teringat akan sesuatu.

“Rasa-rasanya, saya kembali hidup setalah mati.”

Helen Keller dan Annie Sullivan

Apa jadinya, Helen Keller tanpa Annie Sullivan?
Kisah di atas, kisah yang diceritakan sendiri oleh Helen yang merasakan betapa sangat bermanfaatnya kehadiran sang guru Annie Sullivan di dalam kehidupannya, dapat kita baca di buku The Creative Spirit, hasil karya bareng Daniel Goleman, Paul Kaufman, dan Michael Ray. Buku ini memang bercerita tentang pentingnya “spirit” kreativitas. Dan “spirit” itu ada pada Annie Sullivan ketika dia mengajar Helen Keller, muridnya yang buta-tulis-bisu.

“Kreativitas dimulai dengan kecintaan pada sesuatu. Mirip dengan jatuh cinta,” tulis Daniel Goleman, Paul Kaufman, dan Michael Ray. Kemudian Howard Gardner, penemu teori multiple intelligences, menambahkan, “Hal yang paling penting pada awalnya adalah sejenis keterikatan emosional seorang individu terhadap sesuatu.” Dan kisah hubungan guru-murid antara Helen dan Annie ada kemungkinan besar berlatar belakang kreativitas yang dimulai dengan sebuah kecintaan".