Minggu, 06 Desember 2009

"Jalan Pena"

(sharing ide dan cerita)
Oleh Hernowo

Kalau di Musashi dikenal istilah ”Jalan Pedang”, di Mengikat Makna Update ada istilah “Jalan Pena”. Nah, temukan “Jalan Pena”-mu dengan mencari pengetahuan sebanyak-banyaknya tentang membaca dan menulis. ENDIANTO MASSEH

Tulisan ini ingin saya tujukan secara pribadi kepada sahabat saya, Endianto. Ketika dia memberitahu kepada saya bahwa kegiatan membaca buku Mengikat Makna Update-nya telah selesai—lewat status saya di Facebook—saya pun membalasnya dengan memberikan komentar sebagai berikut:

“Alhamdulillah, aku bahagia mendengar kabar ini Ndi. Di era yg serba instan seperti saat ini, tak mudah untuk membaca secara dalam (deep reading). Ini kegiatan yang sangat mahal. Bukuku itu kuciptakan agar siapa saja dapat bertahan dengan deretan kata-kata yang kuciptakan. Tentu untuk bisa bertahan, banyak faktor yang memengaruhinya: mood, selera, kecocokan, dsb. Aku berharap kamu benar-benar mendapatkan sesuatu yang berharga dan penting untuk dirimu.

Setelah saya menunggu beberapa waktu, sahabat saya ini pun kemudian mengirimkan pesan pribadi—lagi-lagi lewat Facebook—kepada diri saya. Lewat pesan pribadi itu, dia pun mengirimkan “ikatan makna” atas buku saya, Mengikat Makna Update. Dan ajaib, kebahagiaan saya menjadi berlipat-lipat gara-gara “ikatan makna”-nya. Saya menemukan sesuatu yang tidak saya duga. Apa itu? “Jalan Pena”-nya Musashi—eh, maksud saya “Jalan Pena”-nya milik Hernowo—di “ikatan makna”-nya Endianto.

Jika Anda sempat membaca tentang apa yang saya tulis terkait dengan “Jalan Pena”—yang ada di buku Mengikat Makna Update—yang dipadankan oleh Endianto dengan “Jalan Pedang”-nya Musashi, Anda akan merasakan bahwa Anda, sebagaimana diri saya, dapat membangun kehidupan Anda yang BERMAKNA lewat kegiatan membaca dan menulis yang memberdayakan.

Apa itu kegiatan membaca dan menulis yang memberdayakan yang dapat membangun sebuah kehidupan yang bermakna? Tentang membaca dan menulis yang memberdayakan, saya persilakan Anda untuk membaca jawaban saya atas pertanyaan seseorang di bawah ini, yang akan dimuat di rubrik “Klinik Baca-Tulis” di www.mizan.com edisi 1 Desember 200:

Pak Hernowo, apa yang Pak Hernowo maksud dengan ungkapan “membaca dan menulis yang memberdayakan” itu? Saya membaca ungkapan itu di buku Pak Hernowo terbaru, Mengikat Makna Update. Mohon pencerahannya, Pak. Salam.

Saya akan memulai menjawab pertanyaan Anda dengan merujuk ke arti kata “daya”. Dari kata “daya” inilah kata “memberdayakan” itu berasal. Menurut kamus bahasa, “daya” berarti “kemampuan melakukan sesuatu atau kemampuan bertindak”. “Daya” bisa juga diartikan sebagai “kekuatan” atau “tenaga” atau “muslihat” atau “ikhtiar” atau “akal”.

Nah, mari kita persempit makna kata “daya” sebagaimana yang saya inginkan. Saya mengaitkan kata “memberdayakan” dengan “daya” dalam arti “kekuatan”. Jadi, “memberdayakan” yang saya maksud dalam ungkapan yang Anda sampaikan itu berarti “menjadi kuat” atau “menjadi mampu bertindak”. Membaca dan menulis yang memberdayakan adalah kegiatan membaca dan menulis yang menjadikan si pelakunya kuat alias tidak lemah.

Mengapa saya mengeluarkan ungkapan itu dan kemudian saya pajang di judul kecil buku terbaru saya, Mengikat Makna Update? Saya memajangnya karena banyak saya jumpai pelaku kegiatan membaca dan menulis yang tidak berdaya alias menjadi lemah atau loyo baik dikarenakan oleh membaca maupun menulis. Lewat buku Mengikat Makna Update, saya ingin setiap orang, siapa saja, mau dan mampu menjalankan kegiatan membaca dan menulis secara berdaya atau menjalankannya secara bersemangat dan bergairah.

Bagaimana caranya? Pertama, jalankanlah “mengikat makna”, yaitu kegiatan yang menggabungkan membaca dan menulis dalam satu paket. Kedua, temukan segera pelbagai manfaat langsung dan nyata ketika menjalankan membaca dan menulis. Ketiga, rumuskan tujuan secara sangat jelas ketika ingin membaca dan menulis (saya menamakan tujuan membaca dan menulis itu sebagai AMBAK (Apa Manfaatnya Bagiku).

-bersambung-