Kamis, 10 Desember 2009

Takut Kepada Allah

Mungkin kita sering mengucapkan kalimat seperti judul di atas. Lalu apa pemahaman kita tentang maksud kalimat yang kita ucapkan itu? Takut seperti apa? Apakah seperti takut melihat hantu, takut seperti orang yang sedang dikerjar kejar debt collector, khawatir, stress, depresi, takut disadap KPK karena perasaan bersalah telah melakukan korupsi? Atau takut seperti orang yang sedang berhadapan dengan anjing galak? atau takut mati?

Kata takut dalam kamus besar Bahasa Indonesia edisi online di katakan:
takut, yaitu (1) merasa gentar (ngeri) menghadapi sesuatu yang dianggap akan mendatangkan bencana: anjing ini jinak, engkau tidak perlu; (2) takwa; segan dan hormat: hendaklah kita -- kepada Allah; (3) tidak berani (berbuat, menempuh, menderita, dsb): hari sudah malam, aku -- pulang sendiri; (4) gelisah; khawatir (kalau ...): ...”

Dari keempat arti kata yang terdapat dalam kamus tersebut hanya satu yang wakili, yaitu takut dalam pengertian takwa. Kata yang lebih mendekati tepat dari pengertian takwa adalah tunduk, patuh dan taat dengan dasar nalar, kesadaran, pengenalan dan cinta, bukan karena paksaan atau ketidak berdayaan. Takut dalam arti takwa akan melahirkan sebuah sikap/perilaku yang selaras, harmonis, ikhlas, dan rasa nyaman yang muncul secara otomaits inilah akhlakul karimah.

Jika kita merasakan rasa bahasanya, kata takut itu berhubungan dengan perasaan. Jika perasaan itu dasarnya adalah keinginan / hasrat, maka gambarannya seperti berada di tengah kebun/taman bunga di atas bukit yang berudara sejuk lagi segar. Hal seperti ini yang hadir dalam diri adalah kenikmatan dan kesenangan. Sebaliknya takut dasarnya adalah kekhawatiran, kecemasan, maka gambarannya seperti berada pada sebuah tebing yang curam dengan ketinggian 1000 meter di bawahnya terdapat sungai yang dangkal serta dihuni oleh buaya-buaya lapar dan liar. Tapi jika kenikmatan dan kesenangan yang kita rasakan tidak dibarengi oleh kesadaran, nalar dan pengenalan yang berujung cinta akan keterbatasan kenikmatan tersebut saat ini (di dunia), maka yang ada adalah ketakutan dan kekhawatiran akan kehilangan apa yang sedang dirasakannya saat itu. Maka ini tak ubahnya sebagaimana hal yang sebaliknya, yang akan berakhir dengan penderitaan, karena kekhawatiran dan ketakutan.

Jadi agar yang kita dapatkan dari rasa takut adalah kebahagiaan, maka takut itu harus didasari oleh kesadaran, nalar dan pengenalan yang berujung cinta. Maka ungkapan kata takut kepada Allah maksudnya adalah cinta kepada-Nya. Sebuah ketundukan, kepatuhan dan ketaatan yang hadir karena kesadaran, nalar dan pengenalan akan eksistensi-Nya.

Wallaahu a’lam.