Rabu, 04 Maret 2009

Ponari dukun cilik "selebriti"


Pekan ini, semua stasiun TV berlomba lomba menyiarkan fenomena baru bangsa Indonesia yang beduyun duyun meminta "pengobatan" dari dukun cilik Ponari di sebuah desa di Jombang-Jatim.

Konon Ponari memperoleh sebuah batu yang bersamaan datangnya dengan sambaran petir. Dengan batu "petir" di tangan dan dicelupkan ke air yang dibawa pasien dan air ditenggak, sembuhlah penyakit pasien. Jadilah Ponari sang penyembuh "sakti" bak Nabi Isa a.s.

Puluhan ribu warga mengantri di depan rumah Ponari meminta "berkah" untuk disembuhkan penyakitnya, bahkan antrian itu menyebabkan beberapa pengantri tewas. Ketika polisi kewalahan mengatur pengantri "berkah", maka diumumkan, sang dukun sakit dan diam diam diungsikan.

Bubarkah pengantri? Tidak. Mereka justru berebut air comberan bekas mandi Ponari, menyendok lumpur comberan itu, meminum air comberan tersebut. Luar biasa, ...... akal sehat sudah raib saat itu.

Program TV "Silet" yang selalu menampilkan artis selebriti, ahad pagi 15/2/09 menampilkan laporan Ponari lengkap. Ponari sudah menjadi selebriti, ketika disorot bocah usia SD kelas 3 itu tangannya memegang batu "petir" digilir memasuki stoples berisi air pengantri. Panitia sibuk memungut uang "alakadarnya" dan TV melaporkan Ponari memperoleh uang sekitar 50 jt dari prakteknya.

Tokoh nasional yang merasa berfikir sehat mulai menyalahkan rakyat yang tidak berfikir rasional. Dimata rakyat, rasionalitas tidak laku, ketika biaya sakit dimata mereka harganya tak rasional pula. Jika ada air celupan batu "petir" sanggup mengobati penyakit mereka hanya dengan 1.000 perak, mengapa tidak mencoba, bukankah tak ada resikonya, kecuali sakit perut? Irasionalitas rakyat ternyata sudah mewabah dari manusia kota hingga jauh di ujung Jombang sana.

Meski pendekar hak anak sudah berteriak-teriak tentang eksploitasi anak tanpa mengerti sesuatu dibalik peristiwa itu, tokoh agama belum berteriak-teriak menyatakan ke musyrikan rakyat yang menyendok air bekas mandi Ponari itu. Ponari yang sudah bak wali keramat syech siti jenar yang mengganggu iman umat tetapi belum dinyatakan "halal darahnya".

Gus Dur pernah menyebut beberapa manusia "ajaib" dari Jombang, ternyata Gus Dur salah dalam jumlah, karena satu lagi manusia "ajaib" dari sana, Ponari si selebriti.

Ketika rasionalitas sudah makin mapan, irasionalitas akan menjadi pilihan baru. Itu terjadi di negeri dengan rasionalitas berfikir kuat. Tetapi, ketika rasionalitas (dokter, puskesmas, obat dan jamu) tidak mampu menjawab persoalan sehari hari (sakit), maka irasionalitas seperti Ponari akan laku keras.

Namun, bukankah NU juga memiliki tradisi pengobatan dengan membacakan do'a ke air putih sebagai pengobatan dan ada rujukan sunnahnya? Apakah Ponari sudah dianggab sebagai wali yang memiliki karomah seperti Kyai besar yang dihormati kaum NU.

Saya pernah menyaksikan air sisa minuman alm Cak Nur di gelas plastik kemasan diperebutkan santri, saat usai diskusi agama yang dahsyat di sebuah pesantren di Situbondo, mereka berkata "air minum bekas ulama itu penuh berkah", artinya "bisa ketularan pinternya Cak Nur".

Hanya Allah yang maha tau, karena rasionalitas dan irrasionalitas itu juga milik Dia