Rabu, 26 Mei 2010

Tangisan Sri Mulyani

Saat melepas jabatannya ibunda Sri Mulyani menangis, ia menyimpan fakta dan menyembunyikan kebenaran tuk kemaslahatan bersama. Satu guyonan lama, yang masih tepat dalam situasi dalam negeri saat ini. Orang Indonesia itu bisa dilihat dari gabungan dua hal dari tiga hal berikut. Kalau ada pejabat jujur, pasti dia tidak pandai, karena terus dibodohi. Kalau ada pejabat pandai, pasti dia tidak jujur, karena kepandaiannya untuk membodohi yang lain. Yang jujur dan pandai, tidak mau jadi pejabat, karena harus bekerja dalam ketidakjujuran atau mengabaikan kepandaiannya.

Saya tambahi sedikit rumusnya:

Pejabat + jujur + berani + vokal + tegas + sederhana = apes.

Contohnya, idola saya: mantan Kapolri Jenderal Pol Hoegeng Iman Santoso. Almarhum Gus Dur pernah melontarkan joke. Di Indonesia hanya tiga polisi yang tak bisa disuap. Yakni, polisi tidur, patung polisi, dan Jenderal Hoegeng.

Karena kejujurannya, dia justru dimusuhi oleh Orde Baru. Karena mengungkap kasus Robert Tjahjadi yang menyelundupkan mobil mewah ke Indonesia pada 1970-an, Hoegeng dicopot sebagai Kapolri oleh Soeharto. Ini disebabkan kasus itu diduga melibatkan Soeharto.

Hal yang sama dilakukan Soeharto pada Mayjen TNI (anumerta) D.I. Pandjaitan. Pandjaitan pernah membongkar kasus penyelundupan di Kodam IV Diponegoro yang dipimpin Soeharto. Alhasil, meski Soeharto tahu ada rencana kup oleh Letkol Untung pada 1 Oktober 1965, dia membiarkannya dan bertindak setelahnya seolah pahlawan. Akibatnya, Pandjaitan gugur setelah diculik dan ditembak di kediamannya pada subuh berdarah tersebut.

Saya sangat merindukan sosok Hoegeng di zaman edan seperti saat ini. Namun, seperti kata pujangga Ronggowarsito, yen ora melu edan, ora keduman!

Selamat Jalan Ibunda Sri Mulyani
Selamat Berjuang di Negeri Orang
Harumkanlah Negeri Bumi Pertiwi Ini