Kamis, 06 Mei 2010

Keseimbangan dan Kebimbangan

Satu ciri dari kehidupan yaitu adanya proses. Manusia adalah makhluk yang berproses, karena adanya proses itulah manusia hidup. Dalam proses kehidupan penuh dengan dinamika, dinamika juga bagian dari hidup. Maka agar proses kehidupan berjalan baik kita harus senantiasa mengupdate hidup ini, satu lagi tanda adanya kehidupan adalah update agar kita bisa upgrade sehingga hidup ini semakin berkualitas.

Maka agar proses kehidupan itu berjalan baik sesuai dengan keinginan dan harapan kita, maka kita memerlukan keseimbangan. Keseimbangan dalam hidup sangatlah dibutuhkan agar tidak terjadi kebimbangan, sebab kebimbangan akan membuat sebuah proses berjalan lambat, lambat laun jika kebimbangan itu semakin menguat maka akan terjadi stag nation, kebekuan, hambatan atau ketersendatan. Pahamlah kita apa yang akan terjadi, seumpama sebuah system, satu saja organnya tak berfungsi. Maka proses itu akan terhenti, tak ayal produktifitaspun terhenti, jika dalam hidup tidak ada produktifitas, mayatlah sebutannya.

Jika kita ingin membuat sebuah keseimbangan dibutukan adanya pegangan yang pas, tidak berat sebelah, butuh keajegan, keteguhan. Inilah yang saya sebut dengan keyakinan. Tak ada keyakinan yang mampu menopang keseimbangan hidup seeorang selain Tuhan, Allah SWT. Walau secara teori orang bisa berkata lain, atau tidak setuju dengan pendapat ini, itupun keyakinan, biarlah, jangan saling menggangu, lakum diinukum waliyadiin. Sebab result dari kehidupan ini masih abstract bagi yang tidak meyakini-Nya, dan amatlah jelas bagi mereka -mereka yang menyakini-Nya.

Hidup yang seimbang menurut versi saya adalah taqwa, yang dalam bahasa sederhananya yaitu menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, only that, very simple, isn’t?. Ya memang sangat sederhana, tapi tidak sesederhana saat melaksanakannya, karena untuk melaksanakannya dibutuhkan keyakinan.

Lalu bagaimana cara mengahadirkan keyakinan?

Pertama; Lihatlah dirimu dari jarak satu meter, sepuluh meter, seratus meter, satu kilometer, dua kilometer, sepuluh kilo meter, duapuluh kilometer, dst..dst, adakah dirimu, masih namp akkah kita? Siapa kita? Adakah kita? Sebentuk apa kita diantara jagat raya ini? Subhanallaah.

Kedua; lihatlah keteraturan tubuh kita dengan segala fungsinya, kerumitan organ-organ dalam systemnya, subhaanallah, terjadikah itu begitu saja tanpa ada yang merancangnya? Itu baru bagian tubuh kita, bagaimana dengan keteraturan dalam jagat raya? Subhaanallaah, masihkan kita ingin menampakan keakuan/kesombongan ?

Andai kita tahu sesungguhnya penyebab ketidak seimbangan hidup ini adalah kesombongan. Very simple, right?

Salam
Sri Rahayu