Minggu, 30 Mei 2010

Belajar Beradab dari Kera

(sebuah intermezo dari video)

Kera bisa belajar satu sama lain, mengamati dan mengambil kesimpulan, bertindak bersama. Mereka mampu berburu menggunakan lembing buatannya sendiri, lengkap dengan metode kerjanya yang sangat rumit. Tak hanya di situ, kera bisa menciptakan budaya, bekerjasama, bahkan berkabung bersama.

Kera tak hanya bisa hanya meminta bantuan... tapi juga mampu berinisiatif menawarkan bantuan. Kera juga bisa merasa frustasi dan sengaja melakukan sabotase sewaktu merasa diri tidak mendapat keadilan. Semakin jauh, video ini kemudian memperlihatkan sebagian kera yang memiliki kemampuan intelenjensia luar biasa -- layak disebut
jenius ala kera. Ada yang mengenali ribuan kata bahasa dan bunyi kalimat manusia, memahami angka-angka latin, bahkan menentukan jumlah satuan makanan yang seekor kera rela untuk dibagikan ke kera lainnya. Persis seperti di dalam kelompok manusia, ada sebagian kera yang memiliki kemampuan intelejensia lebih tinggi dibanding sebagian besar lainnya.

Kita jadi bisa membayangkan, dengan seluruh kemampuan berpikir dan bersosialisasi, bangsa kera mampu mengembangkan peradabadan seperti manusia. Namun mengapa kera sampai sekarang tak kian berkembang seperti bangsa manusia?

Emosional Tanda Tak Beradab


Nyatanya, tak seperti manusia, simpanse paling pintar sekalipun tidak sering mempergunakan akalnya, paling tidak jauh lebih jarang dibanding kita. Video ini memperlihatkan bahwa kera memiliki masalah emosional. Mereka sangat mudah marah, bertindak mengikuti hawa nafsu dan emosinya.

Dengan kebiasaan cepat bertindak secara tiba-tiba menurut gerak hati, impulsif, kera tak mampu belajar dengan tekun. Tidak seperti manusia, bangsa kera tidak pernah bertambah pintar mengelola perasaan hati. Yang menarik, kera bisa jadi jauh lebih mengendalikan emosi, bersikap tenang, sewaktu diajak menggunakan keterampilan yang diajarkan manusia. Ini mengingatkan kita bahwa kalangan terpelajar mampu bertindak secara lebih beradab, taktis, dan akhirnya menguasai berbagai keterampilan dengan lebih banyak.

Manusia pun akhirnya menunjukkan keunggulannya, yaitu karena sangat menyukai kegiatan belajar. Apa yang telah diketahui oleh seekor kera, akhirnya belum tentu akhirnya akan dipelajari oleh kera lainnya. Sedangkan manusia tak hanya menyukai belajar, namun memiliki keunggulan penting: memiliki keinginan untuk mengajarkan suatu keahlian ke manusia lainnya.

Sejak bayi, seorang ibu mengajarkan hal sebanyak-banyaknya pada anaknya. Hasrat ingin mengajarkan sesuatu pun akhirnya menjadi insting wajar manusia. Seterusnya hingga dewasa, manusia pun terus menghidupkan kebiasaan mengajar, membuat berbagai keahlian berkembang oleh proses ajar-belajar. Monyet, simpanse, orangutan, seluruh bangsa kera barangkali memiliki kemampuan kerjasama. Namun, mereka tak memiliki hasrat untuk mengajarkan keahliannya satu sama lain.

Mereka tak seperti manusia yang ingin mendorong orang lain untuk aktif belajar dari dirinya. Jadi, ingat saja. Bila tak mau belajar, maka kita akan seperti bangsa kera yang mudah dikuasai emosi. Kalau tak mau mengajarkan orang lain, kita tak membantu orang lain untuk bisa hidup lebih beradab.