Senin, 17 Mei 2010

Metode Berpikir Kritis

Dalam mengorganisasi sebuah proses pembelajaran seorang guru harus mampu menggunakan berbagai macam metode. Penggunaan beragam metode ini dimaksudkan agar siswa tidak jenuh, dan juga disesuaikan dengan sifat dan karakteristik materi pembelajaran itu sendiri.

Dalam menggunakan metode pembelajaran guru sering terjebak dalam kebiasaan yang monoton, artinya tidak mau menggunakan variasi gaya mengajar sehingga hanya metode-metode tertentu yang digunakan. Hal ini didasarkan pada alasan yang bermacam-macam, mulai dari terbatasnya sarana pembelajaran, waktu yang tidak mencukupi, siswa yang belum siap, dan bahkan gurunya sendiri yang tidak memiliki kemampuan untuk itu.

Alasan-alasan tersebut seharusnya dapat dihilangkan jika guru mengedepankan prinsip kreativitas mengajar dan tujuan pembelajaran yang hendak menjadikan siswa sebagai manusia unggul yang kompetitif di masa yang akan datang.

Belajar atau pembelajaran merupakan sebuah kegiatan yang wajib dilakukan dan diberikan kepada anak-anak kita karena ia merupakan kunci sukses untuk mencapai masa depan yang cerah, mempersiapkan generasi bangsa dengan wawasan ilmu pengetahuan yang tinggi, yang pada akhirnya akan berguna bagi bangsa, negara, dan agama.

Melihat peran yang begitu vital tersebut, maka menerapkan metode belajar yang efekif dan efesien adalah sebuah keharusan. Dengan harapan proses belajar mengajar akan menyenangkan, tidak membosankan, dan penuh dengan tantangan baru.

Ada banyak metode pembelajaran efektif yang dikemukakan para ahli pendidikan. Di antaranya adalah metode critical thinking (berpikir kritis) yang dalam aplikasinya sering diistilahkan dengan debat (mujadalah).

Urgensi Berpikir Kritis

Debat merupakan implementasi dari berpikir kritis (critical thinking). Seorang siswa harus dilatih sejak awal untuk terbiasa berani mengkritisi segala sesuatu, sebab hanya dengan kebebasan berpikirlah manusia akan maju dan berkembang. Sejarah sudah membuktikan betapa masyarakat yang terkungkung oleh kekuasaan yang otoriter dan menghalangi kebebasan berpikir mengakibatkan bangsa itu menjadi bangsa yang terbelakang.

Siswa, sebagai calon pemimpin masa depan, harus dibiasakan untuk belajar mengkritisi fenomena yang ada dalam kehidupannya. Langkah ini diharapkan akan menanamkan dalam dirinya keberanian untuk mengkritisi segala sesuatu, belajar berargumentasi, dan berani untuk mengemukakan perbedaan pendapat.

Menerapkan Metode Debat di Kelas


Dalam menggunakan metode debat ini guru memilah materi pelajaran menjadi dua paket, yaitu paket pro dan kontra. Siswa dibagi dalam beberapa kelompok dan tiap kelompok bisa terdiri atas empat atau enam orang. Di dalam kelompoknya, siswa dikelompokkan menjadi posisi pro dan kontra. Selanjutnya siswa melakukan perdebatan tentang topik yang ditugaskan dengan batas waktu yang ditentukan. Guru bertindak sebagai juri dari jalannya debat tersebut.

Yang menjadi titik tekan penilaian adalah kemampuan siswa untuk mengemukakan argumentasi yang logis dan keterampilan dalam mengungkapkan pendapatnya. Langkah berikutnya adalah siswa diberi tugas untuk mencatat laporan jalannya debat dalam kelompoknya masing-masing dan diberikan kepada guru.

Ada beberapa macam format debat yang dapat digunakan. Perbedaan format yang dipakai ini menentukan peraturan teknis yang berkenaan dengan waktu pembicara menyampaikan argumennya serta kesempatan untuk menyampaikan interupsi pada kelompok lawan.

Di antara format debat tersebut adalah, pertama, format lomba debat SMA sedunia. Ciri format ini adalah memberlakukan interupsi di tengah pidato, dan tidak memberikan interupsi pada pidato penutup. Kedua, format debat parlemen Asia. Format ini memberikan kesempatan interupsi di tengah debat. Ketiga, format debat Australia-Asia. Format ini tidak memberlakukan interupsi di tengah debat. Dan keempat, format debat parlemen Inggris. Format ini tidak mengenal adanya pembicara penutup, tapi memperbolehkan adanya interupsi di tengah jalannya debat.

Mosi adalah topik atau materi debat. Sarat utama sebuah mosi adalah harus kontroversial, artinya mengundang perbedaan opini dari dua sisi (pro dan kontra). Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyusun mosi adalah harus bersifat kasuistik tanpa menggunakan kata-kata yang ambigu atau multiinterpretatif, tidak bias ke salah satu pihak, dan tidak bersifat faktual atau truistik. Contoh topik yang dapat dijadikan perdebatan adalah "siswa perokok" dan "siswa pacaran", disesuaikan dengan mata pelajarannya.

Metode debat ini dapat dijadikan alternatif bagi guru meningkatkan kreativitas siswa dalam mengelola sebuah argumentasi. Titik lemah metode ini antara lain adalah membutuhkan waktu yang banyak sehingga guru harus sebaik mungkin dalam mengalokasikan waktu yang ada.

Kemampuan untuk berdebat dengan baik diharapkan dapat menjadi bekal anak-anak kita agar kelak ketika mereka dewasa tidak menunjukkan gaya debat yang kasar dan tidak tahu aturan. Selamat mencoba!

Salam
Abdul Wahid