Minggu, 03 Januari 2010

Writing Toolbox

Ini kisah yang diceritakan oleh sang pengarang novel thriller nomor wahid, Stephen King. Kisah King ini dapat kita baca di buku nonfiksi-menariknya , On Writing: A Memoir of the Craft, tepatnya mulai halaman 145 edisi bahasa Indonesianya. King berkisah tentang kehidupan pamannya, Oren, seorang tukang kayu, yang memiliki kotak perkakas (toolbox) bernama “big ‘un”.

Dengan rinci, King menggambarkan kotak perkakas, dengan segala isinya, milik pamannya itu. Lantas, pada suatu ketika, King mengalami suatu peristiwa yang membuatnya heran dan kemudian bertanya kepada pamannya. ”Aku patuh, tetapi juga bingung,” tulis King. ”Kutanyakan kepadanya mengapa dia membawa-bawa kotak perkakas keliling rumah padahal yang dia perlukan hanya satu obeng.”

”Ya; tapi Stevie,” kata pamannya, sambil membungkuk untuk memegang pegangan kotak tersebut, ”aku tidak tahu apa lagi yang akan kutemukan begitu aku sampai di sini, iya kan? Yang paling tepat adalah membawa semua peralatan itu. Jika tidak, kau biasanya akan menemukan sesuatu yang tidak kauharapkan dan akhirnya kecewa.”

”Aku ingin menyarankan,” tulis King setelah mendengar kata-kata pamannya, ”bahwa untuk menghasilkan tulisan terbaik sesuai dengan kemampuanmu, kau harus menyediakan kotak perkakasmu sendiri dan kemudian mengerahkan seluruh tenagamu agar kau bisa mengangkat kotak perkakas itu. Selanjutnya, bukannya melihat betapa sulitnya pekerjaan yang harus kaulakukan dan menjadi tidak bersemangat menulis, sebaiknya kau segera mengambil peralatan yang tepat dan langsung mulai bekerja.”

Dalam On Writing, King menyebut beberapa ”peralatan” menulis yang perlu disediakan di dalam kotak perkakas menulis. Nah, berpijak pada saran King, saya kemudian mempersiapkan kotak perkakas menulis dan mengisi kotak tersebut dengan pelbagai ”peralatan” menulis yang saya kumpulkan selama tahun 2009. Berikut adalah isi kotak perkakas menulis milik saya:

1. AMBAK

Ini akronim dari ”Apa Manfaatnya Bagi-Ku?”. Setiap kali ingin menjalankan kegiatan menulis, saya tentu bertanya kepada diri saya sendiri, apa manfaat yang akan saya peroleh dengan kegiatan menulis saya ini. Meskipun kadang di benak saya sudah jelas tergambar manfaat itu, saya tetap bertanya dan berusaha merumuskan manfaat yang akan saya peroleh tersebut secara tertulis.

2. Membaca

Saya harus rajin membiasakan diri membaca teks-teks yang bergizi agar diri saya kaya raya dengan kata. Menulis, bagi saya, adalah mengeluarkan apa yang tersimpan di dalam ”ruang batin” saya dengan bantuan hanya—sekali lagi hanya—kata-kata. Apabila saya miskin kata, saya pun akan kerepotan ketika menulis.

3. Mengikat Makna

Ini kelanjutan dari AMBAK dan juga sarana ampuh untuk nengefektifkan kegiatan membaca. ”Peralatan” menulis nomor tiga ini sangat sering saya gunakan ketika saya dihadang oleh problem-problem menulis yang sangat menjengkelkan. ”Peralatan” ini memiliki sub-”peralatan” lain dalam bentuk: membaca ”ngemil”, membaca yang menghasilkan, menulis bebas, menulis dengan otak kanan, menulis subjektif, menulis mencicil, dan menangkap ide.

4. Mind mapping

Ini ”peralatan”penting saya ketika saya mengalami kebuntuan, kemalasan, dan kejenuhan menulis. Kadang ”peralatan” ini juga amat berguna ketika saya ingin mengembangkan ide. Menemukan dan memiliki ide tentu sangat penting, namun—bagi saya—mengembangkan ide jauh lebih penting.

5....

Saya belum tahu nama ”peralatan” kelima ini. Yang jelas, ”peralatan” kelima ini mampu membantu saya dalam mengintegrasikan dan menyinergikan seluruh ”peralatan” yang saya miliki. Semoga nanti, di tahun 2010, saya dapat mengidentifikasi ”peralatan” kelima ini dengan lebih jelas dan rinci.

Apakah Anda juga memiliki ”peralatan” menulis di writing toolbox Anda?

Salam
Hernowo