Selasa, 14 Juli 2009

“Stop Dreaming, Start Action”

Itulah kira-kira yang sedang banyak dikampanyekan berbagai blog saat ini. Pencetusnya adalah Jokosusilo.com

Stop dreaming? Apakah maksudnya berhentilah bermimpi? Bukankah bermimpi itu wajib, kalau kita ingin hidup di atas rata-rata? Bukankah hanya impian yang membuat diri kita kuat, bertahan, tak mudah menyerah, tak takut badai, terus bangkit lagi, walau apapun yang menghalangi? Bak Alif tak izin mati…

Bukankah impian adalah rahasia besar yang menggerakkan perubahan di berbagai belahan dunia ini? Bukankah impian adalah syarat nomor satu yang ditulis buku-buku suci para praktisi MLM dan Network Marketing?

Apa sebenarnya maksud Joko Susilo dengan stop dreaming start action? Apakah tak boleh kita bermimpi? Apakah bermimpi itu buruk? Bukankah bermimpi itu gratis? Mengapa perilaku dreaming harus kita stop! Siapa orang yang disuruh oleh Joko untuk stop dreaming itu? Apakah saya termasuk?

Bukankah sebenarnya yang saya lihat justru malah sebaliknya? Betapa banyak orang malah “takut bermimpi”, mengubur impiannya, memadamkan nyala nya yang mungkin sempat sesaat menyinari jalan hidupnya. Lalu hanya karena merasa gagal, akhirnya ia membunuh impiannya, lalu menguburnya dalam-dalam. Kepada kelompok ini ‘kan gak perlu disuruh stop dreaming … lha wong dreaming nya aja nggak pernah?

Kalau begitu pada siapa? Saya sempat juga memperhatikan ada sekelompok orang yang dreaming terus. Mereka selalu “memberi makan” dreaming nya, merawat dreaming nya begitu rupa, sehingga dreaming nya makin menyala, menggelegak, menggetarkan seluruh nadi dan ototnya, mendesakkan energi yang tiara tara. Orang-orang akan melihat mereka ini ia seperti “orang gila”.

Mereka tampak aneh di mata kebanyakan manusia. Mereka sering meracau sendirian, bicara begitu semangat, tak kenal lelah, lupa waktu, lupa makan, lupa istri, lupa anak …. bahkan! Yang ada dalam ruangan hidupnya adalah dreaming nya. Mereka terus berjalan, walau terseok-seok, bergerak terus menuju impiannya. Namun memang jumlah”orang gila” ini amat sangat sedikit. Pada umumnya mereka tergolong orang yang tak puas berada dalam zona “good life” (kehidupan yang baik) … mereka terus berenang menuju “great life” (kehidupan yang luar biasa).

Jadi, kalau begitu … berarti ‘kan dreaming itu penting! Tanpa dreams, kita sama saja dengan manusia rata-rata, dan hidup kita pun akan biasa-biasa saja. Lantas mengapa Joko susilo mengampanyekan stop dreaming? Sebenarnya apa makna stop dreaming yang dia maksud? Sebagai salah satu tokoh kunci pebisnis online ulung yang malang melintang di jagad dunia internet Indonesia ini, tentulah ia punya pandangan khusus sehingga ia bisa sampai pada sari kesimpulan yang begitu mengkristal: STOP DREAMING START ACTION!

Barangkali, ia melihat begitu banyak orang hanya punya impian saja, tapi tak pernah berusaha meraihnya. Banyak sekali orang punya banyak keinginan, banyak kemauan, tapi tak pernah memulai langkah pertama. Tak mau membayar harganya. Banyak orang ingin sukses, tapi takut untuk gagal. Banyak orang ingin kaya, tapi tak pernah belajar bagaimana tumbuh menjadi personal yang “kaya”. Banyak orang ingin punya tubuh ideal, tapi tak pernah konsisten merawat tubuhnya. Banyak orang ingin freedom, ingin bebas dari masalah waktu dan finansial … tapi sangat kikir untuk menginvestasikan waktu dan uangnya. Banyak ibu yang ingin punya anak yang shaleh, tapi tak pernah memberi contoh bagaimana menjadi manusia yang shaleh. Ya, banyak sekali contoh-contoh disekitar kita …. Anda pasti tahu siapa-siapa saja orang-orangnya.

Kalau konteks nya seperti itu, saya kira Joko Susilo ada benarnya juga. Karena itulah ia seolah menghardik, “START ACTION!” Mulailah bekerja. Mulailah ambil tindakan. Ambil keputusan. Jangan tunda lagi. Lakukan dalam tindakan nyata. Jangan ngimpi doang, lakukan aja!