Kamis, 02 Juli 2009

Dilema peningkatan mutu siswa

Diakhir tahun ajaran dalam dunia pendidikan setiap guru dan para wali kelas, sibuk dalam pengolahan nilai nilai pelajaran, hal ini serempak diseluruh Indonesia pada setiap tingkatan sekolah.

Penghitungan nilai-nilai yang diperoleh setiap anak akan diolah, dalam bentuk berbagai rumus yang telah ditentukan oleh pihak dewan guru pada setiap sekolah, yang akhir perhitungan diharapkan mendapatkan minimal nilai 6 ( enam ) atau ketentuan lain yang dinamakan nilai ketuntasan belajar yang nilainya telah ditentukan atas kesepakan Guru masing-masing Bidang study dengan melihat berbagai macam pendukung yang ada disekolah tersebut

Misalkan :
Bid Study
Nilai
SKM
Ketuntasan
Agama
6,0
6,5
Tidak tercapai

Nilai 6.0 bagi anak ini menandakan belum tercapainya pelajaran tersebut dan artinya anak tersebut tidak berhak untuk naik kelas, ini baru ditinjau dari segi perolehan nilai hasil ulangan ulangan dan latihan latihan, juga hasil penilaian tingkah laku si guru tersebut. Belum termasuk impormasi yang dihimpun para Wali kelas dan para guru BP.

Di dalam sidang kenaikan kelas, banyak peristiwa yang bagi si guru harus benar benar mengolah pikiran dan perasaan, disisi lain Guru juga harus tetap terhadap harapannya untuk meningkatkan mutu pendidikan, mutu hasil belajar dan mutu sekolah tersebut. Bila menemukan kasus yang sangat dilematis sebagai contoh ;

Satu anak memperoleh nilai yang semua pelajaran tidak tuntas, kasus seperti ini jelas tidak naik, namun begitu dibuka factor factor pendukung sianak sangatlah dilematis, faktor-faktor tersebut adalah :

1. Anak yatim piatu dengan biaya hidup sendiri ( ada bantuan Orang tua asuh) untuk keperluan sekolah.
2. Setiap hari mencari nafkah kehidupan sampai larut malam. Apa yang dia peroleh dalam kehidupan jalanan.
3. Jarang masuk sekolah, Sering kesiangan, malas, disisi lain agresik ( ini terkait dengan factor 1 dan 2 )

Kasus ini bagi setiap Guru atau, siapapun orang tua, dan bagai mana perasaan orang tua asuh, jelas dalam posisi dilema, yang harus menggunakan perasaan, dan bagai mana terhadap anak anaka yang memilki nilai setara namun daya dukung yang dimilki lebih baik.

Selamat berjuang para Pencerdas bangsa, selamat berpikir untuk menggunakan perasaan dan selamat untuk meningkatkan mutu pendidikan, walaupun masih banyak masyarakat yang belum menghargai bagai mana susahnya mendidik, mengasuh, mengarahkan, dan menerapkan disiplin. Bahkan dalam menerapkan disiplin sering berhadapan dengan kesalahpahaman dari pihak masyarakat, yang akhirnya guru selalu disisi yang salah, dan lain sebagainya yang sangat memojokkan guru.