Kamis, 19 Februari 2009

Recollection and Hypnoteaching

Sebuah lompatan besar pada proses penyadaran sudah dilakukan oleh 180 guru se-JABODETABEK plus. Plusnya adalah karena kami didatangi oleh 4 orang peserta dari Kalimantan. Mengusung dua pembicara handal dan sedikit berbeda dari pakem kelaziman yang biasa dilakukan oleh para guru dalam mengikuti kegiatan seminar. Kali ini Klub Guru Jabodetabek menawarkan sebuah program yang dibawakan dengan cara yang sangat professional. Berkaitankan dengan metodologi mengajar? Mungkin ya, mungkin juga tidak. Namun dari kehadiran guru-guru terlihat bahwa antusiasme ini menunjukkan rasa keingintahuan para guru akan materi yang ingin disajikan.

Bagi para peserta, hal yang paling membuat penasaran adalah materi hypnoteaching. Image tentang guru bisa menghipnotis siswa rasanya menjadi salah satu alasan bagi para guru untuk bisa hadir. Namun, tentu bukan hanya itu yang terjadi. Komitmen untuk maju dan menjadi lebih baik dan professional adalah lebih utama.

Diawali dengan nyanyian “Padamu Negeri” di awal acara membuat suasana syahdu begitu terasa. Titik awal motivasi dan mengingatkan kembali akan nilai-nilai internal bahwa peran guru adalah salah satu peran penting dalam pengabdian. Tidak peduli guru negeri atau swasta, sekolah terkenal atau biasa-biasa saja. Semuanya adalah demi nusa dan bangsa. Sambutan yang disampaikan oleh Pak Bagiono selaku Pembina Klub Guru Indonesia yang mewakili Ketua Klub Guru Jabodetabek cukup menghentak dan menjadi berbeda dari sambutan yang biasanya dilakukan oleh para birokrat. Beliau yang menjelaskan betapa pentingnya peran guru dalam membina watak anak bangsa melalui pendidikan. Peserta diajak menyadari betapa semua tindakan yang dilakukan di kelas akan berimbas pada perilaku siswa dilapangan. Contoh yang diambil memang sangat ekstrim, tawuran mahasiswa! Uniknya, beliau tidak mau berada di podium, alasannya ia tidak mau menjadi pembicara yang membosankan.

Sambutanpun dilanjutkan kepada perwakilan dari Indosat. Seperti biasanya, penjelasan produk dan dukungan terhadap kegiatan ini ia paparkan dengan singkat dan jelas. Seminar ini disponsori oleh Indosat, Hotel Primagrup, dan Indonesia Power.

1. Recollection

Materi ini dibawakan oleh Bapak Agung Webe. Seorang motivator muda berbakat dan penuh dengan gairah mampu mengajak para peserta untuk melihat kembali semua potensi yang dimilikinya. Semua ilustrasinya mengarahkan para guru untuk bangkit dan menunjukkan semua potensi dirinya yang bisa menjadi luar biasa dan tidak hanya sekedar rutinitas yang membosankan. Beliau mengilustrasikan pada orang yang hanya terjebak pada rutinitas dalam mencari nafkah, punya rumah, dan member makan anggota keluarga itu tidak lebih dari perilaku lebah yang hanya memiliki sel otak sebesar 167.000. Padahal manusia memiliki sel otak 1 triliyun sel. Besarnya potensi yang dimiliki manusia ini harusnya mampu melakukan sebuah aksi yang melebihi sekedar rutinitas yang bisa juga dilakukan oleh lebah.

Diantara presentasinya, peserta disuguhi lagu yang diiringi oleh gitar akustik dengan lirik yang cukup menggugah.
Mimpi…
Mas Webe mengajak para peserta untuk bangun dan memulai bermimpi untuk memberikan yang terbaik bagi dunia pendidikan yang sekarang digeluti. Peserta dari awal sering dikejutkan dengan berbagai informasi dan fakta-fakta yang sebelumnya dianggap sederhana namun ternyata sangat luar biasa. Potensi Indonesia yang besar masih belum dapat dianggap membanggakan oleh sebagian penduduk Indonesia. Salah satu contohnya adalah bagaimana konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara yang diadopsi oleh High Scope School Amerika. Sekarang konsep itu franchise nya dibeli di Indonesia. Ironisnya lagi, kurikulum Indonesia malah dijejali oleh beragam kepentingan yang semakin menjauhkan generasi muda menjauh dari akarnya.
Ironis…
Disitulah Mas Webe terus menekankan… “Recollection” atas semua potensi yang dimiliki oleh setiap individu, komunitas, dan bangsa ini supaya menjadi besar dan bangga akan jati dirinya sendiri.

Satu kunci yang ia tekankan dengan mengajak peserta menonton video tentang analogi otak. Di sana peserta diajak untuk menyadari bahwa untuk berubah itu memerlukan proses yang berat, lelah, dan menyakitkan. Namun jika ditempuh akan berdampak luas pada dirinya, keluarganya, lingkungan, bahkan dunia. Semua itu baru bisa dicapai jika dilatih, dilatih, dan dilatih.

Sesi pertama ditutup dengan door prize berupa pembagian enam buah buku hasil karya Mas Webe.

2. Hypnoteaching
Materi pada sesi kedua dilanjutkan setelah makan siang dan sholat dzuhur. Pembicaranya adalah Bapak R. Imanudin Juli Triharto, CH. CHt. CI. dari Transformind- Institute. Sungguh mengejutkan ternyata Mas Iman pun masih sangat muda, kalau saya melihatan cara dan gaya dia mirip dengan ilusionis Damian. Ia menyajikan banyak kejutan dan selalu memancing penasaran para guru. Bahkan banyak yang waswas jika ia melakukan interaksi dengan para peserta. Takut dihipnotis katanya!

Ada delapan asumsi dalam komunikasi yang ingin ia jelaskan sebagai pembuka acara, salah satu titik tekan dari kedelapan asumsi itu adalah: The one who set the frame for communication controls the communicating. Guru diajak untuk melakukan sebuah tindakan yang cerdas dalam mengontrol dan mempengaruhi siswa. Ada peserta yang bercerita di sesi akhir bahwa dengan ia berdiri semua siswa bisa diam. Namun tentu bukan karena siswa antusias untuk mengikuti pelajaran. Ia bilang, siswa takut kepada dirinya.

Beberapa contoh bagaimana membuka pelajaran dengan titik-titik yang mampu menghipnotis siswa. Misalnya: “Selamat pagi semua, hari ini kalian terlihat bermuka cerah dan bahagia. Ibu percaya kalian semakin rajin. Kita mulai kegiatan hari ini dengan lebih konsentrasi. Suara bising yang ada di sekitar kalian adalah alat untuk menjadi lebih konsentrasi”. Sungguh luar biasa!!! Intinya para guru diajak berbicara dan bertindak positif sehingga tertanam dalam imaginasi siswa bahwa ia adalah anak yang pintar, rajin, bahagia, dan mampu berkonsentrasi ditengah gangguan lingkungan sekitar.

Hal inilah yang sering terlupakan oleh para guru, memberikan semangat kepada murid dan menanamkan kepercayaan kepada mereka. Seringkali guru-guru terlalu sombong dan merasa paling tahu atas segala macam informasi yang disampaikan. Padahal, bisa jadi apa yang disampaikan oleh guru tidak berdampak apa-apa kepada siswanya. Karena siswanya sudah lebih tahu bahkan mengalami apa yang dijelaskan oleh para gurunya. Sesi yang paling ditunggu pun berupa hypnotis demo tidak dilewatkan. Sehingga semua peserta tetap bersemangat walau batas waktu kegiatan sudah mulai terlewat. Seharusnya para guru sudah pulang pukul 15.00 WIB namun semunya tetap antusias.

Setelah acara selesai, ditutup dengan refleksi yang dipimpin oleh Mas Iman. Di tengah lampu yang digelapkan diiringi oleh music yang syahdu didorong oleh panduan Mas Iman untuk maju guna mencapai cita-cita dan harapan yang selama ini hanya dianggap mimpi. Sungguh proses hipnotis yang luar biasa sehingga banyak para peserta meneteskan air mata. Bahkan salah satu peserta ketika diminta sharing dengan antusias ia berkata “Saya sudah 32 tahun mengajar, dari mulai sekolah swasta paforit sampai menjadi PNS tidak pernah mendapatkan pelatihan yang spektakuler. Saya berjanji akan terus mendukung klub guru dan berada dibelakang untuk terus mendorong”.

Acara ditutup dengan pertukaran cenderamata dari Klub Guru Jabodetabek kepada Mas Iman dan sebaliknya dari Transformind Institute kepada Klub Guru Jabodetabek. Ibu Nunny selaku bagian dari tim Transformind Institute berjanji untuk terus bekerja sama memajukan dunia pendidikan bersama-sama klub guru. Tanggapan dari Pak Bagiono adalah menagih janji agar Transformind Institute siap untuk berbagi demi kemajuan pendidian di Indonesia bersama Klub Guru Indonesia.

Maju terus Klub Guru Indonesia!