Minggu, 15 Februari 2009

"My Way" Menulis Yuk.?!

Paul G. Stoltz, Ph.D, dalam karyanya Adversity Quotient (1997), secara menarik mengabari kita bahwa kita memiliki semacam potensi kecerdasan yang dapat kita manfaatkan untuk “turning obstacles into opportunities”. Lewat buku Stoltz tersebut, kita dapat mendeteksi seberapa hebat AQ (ukuran untuk mendeteksi kemampuan kita dalam mengubah hambatan menjadi peluang). Apakah kita hanya memiliki AQ sebatas quitter? Atau camper? Atau malah sudah climber?

AQ yang dimiliki quitter masih rendah karena cenderung mudah menyerah dan patah semangat. Sementara itu, camper kadang cepat puas dan gampang terlena ketika sudah mencapai target tertentu. Dan climber adalah orang-orang yang berani menghadapi tantangan, tidak mudah putus asa, serta tidak pernah merasa puas dengan kesuksesan yang telah dicapainya. Menurut Stoltz, para pengubah hambatan menjadi peluang adalah bagaikan para pendaki gunung.

Nah, pada saat saya menciptakan semacam “jalan” untuk menulis, saya menggunakan konsep AQ-nya Stoltz untuk mengukur sudah seberapa tinggi kegigihan dan keberanian saya mengalahkan tantangan dan hambatan menulis. Bagi saya, menjadi mudah, ringan, dan senang menulis adalah semacam gunung-tinggi yang harus saya daki dan kemudian taklukkan. Saya bisa saja mengikuti “jalan” orang lain untuk mencapai gunung bernama “kemampuan menulis” itu. Atau, dalam kesempatan lain, apakah mungkin saya malah menciptakan sendiri “my way” dalam mendaki gunung-tinggi itu?

Mula-mula, selama bertahun-tahun, saya memang menjadi quitter. (Tantangan dan hambatan untuk mampu menulis dengan enak, lancar, dan menyenangkan kan luar biasa hebatnya bukan? Kadang mengeluarkan materi yang sudah ada di pikiran saja sulitnya luar biasa, gampang menghadirkan rasa frustrasi. Belum soal mood, belum soal ketidak-PD-an, dsb.). Namun, perlahan-lahan, saya meningkatkan AQ saya menjadi camper. Akhirnya, saya mencapai tingkat climber ketika secara berani menciptakan “my way” bernama “mengikat makna”.

Mark Levy (jejak-jejak pikiran), Tony Buzan (memetakan pikiran), Colin Rose (menulis super), Roger Sperry (menulis dengan menggunakan otak kanan lebih dahulu, baru kemudian otak kiri), Gabriele Luser Rico (mengelompokkan tulisan), dan Mihalyi (menulis mengalir) adalah beberapa climber yang saya ikuti sarannya ketika saya menciptakan “my way” menulis. Tak lupa, tiga penulis Indonesia, Ustad Quraish Shihab (orang yang ahli dalam mengeksplorasi makna kata), Emha Ainun Nadjib (contoh konkret bagaimana menulis-mengalir itu), dan Jalaluddin Rakhmat (bagaimana menulis dengan cara tetap setiap kepada kaidah-kaidah reasoning) adalah juga pemandu saya dalam mendaki tantangan dan hambatan menulis.

Semoga Anda, pada suatu saat, entah kapan, berhasil menciptakan semacam “jalan” yang Anda bangun sendiri untuk dapat menyelenggarakan kegiatan menulis secara enak, nyaman, mudah, dan memberdayakan diri Anda.
Salam Pena..Tuk Sahabat-sahabatku.