Senin, 08 Juni 2009

Manusia,, Mengapa angkuh?

Orang beriman itu, menurut Alquran surat Al-Anfal ayat 2, adalah “idza dzukirallahu wajilat qulubuhum”, mereka yang apabila disebutkan nama Alloh gemetarlah hati mereka, “wa idza tuliyat alaihim ayatuhu zaadathum imanan” dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya).

Hari ini, sejatinya bukan kunjungan pertama saya ke Aceh. Sebelumnya saya sudah beberapa kali menginjakkan kaki di serambi Mekkah ini untuk urusan pekerjaan kantor. Tapi kali ini sungguh berbeda. Saya menyempatkan diri melihat-lihat bekas tsunami di Aceh yang terjadi 26 Desember 2004 yang lalu.

Saat baru mendarat di bandara Aceh

Allahu Akbar.
Sungguh merinding menyaksikan kapal berbobot ribuan ton bisa berada di tengah-tengah daratan berjarak beberapa kilometer dari bibir pantai. Kala tsunami terjadi, dengan kekuasaan Allah, kapal pembangkit listrik apung itu didorong gelombang air yang dahsyat, lalu menerjang apa saja yang dilaluinya. Rumah dan bangunan hancur lebur, pepohonan tumbang, tak ada yang tersisa. Oupss... ada yang tetap berdiri kokoh beberapa meter dari kapal tersebut: sebuah masjid. Jika Allah berkehendak semua bangunan rata dengan tanah, maka itulah yang terjadi. Jikapun Allah menginginkan “rumah-Nya” tetap megah berdiri, maka itu pulalah yang terjadi. Subhanallah. .. alhamdulillah. .. Allahu Akbar.

Saya menyesal tak sempat bawa kamera tadi. Tapi saya sudah berjanji pada abang becak besok ingin kembali. Saya akan memotret kapal raksasa itu. Saya ingin menceritakannya pada anak-anak sebagai dongeng menjelang tidur mereka, agar anak-anak saya bisa membayangkan betapa kuasanya Allah, Dzat Yang Maha Perkasa. Saya juga ingin kembali besok, Insya Allah, untuk menunaikan sholat di masjid yang menjadi tanda kemurahan Allah.

Ketika sholat di masjid Nabawi di Madinah, getaran yang saya rasakan adalah saya sedang sholat diimami oleh Nabi, karena di dekat shof tempat saya berdiri terletak makam baginda yang mulia, Rasulullah SAW. Saya sudah membayangkan, ketika besok saya sholat di masjid “tsunami” itu, saya bisa merasakan bahwa kehancuran dan keselamatan itu batasnya sungguh tipis. Yaitu, jika dan hanya jika Allah menghendakinya. Perasaan yang mudah-mudahan membuat saya tak bisa lagi angkuh. Jika Alloh sudah sedemikian besar, kuat, perkasa, kita adalah makhluk yang kecil, kerdil, dan lemah, yang sama sekali tak pantas untuk sombong.

Sebelum ini mungkin banyak orang beranggapan Aceh telah dihukum Allah melalui tsunami terdahsyat. Hari ini saya percaya yang sebaliknya, justru Aceh sangat dicintai dan dikasihi Allah. Di sana terdapat banyak “monumen” tanda kekuasaan Alloh, yang jika kita melihatnya, dan kemudian sungguh-sungguh mau memikirkannya, maka kita bisa masuk dalam golongan “zaadat-hum imanan”, orang-orang yang imannya terus bertambah. Bukankah itu yang kita inginkan?

M. Ihsan Abdul Djalil

Mungkin akan ada banyak cerita di Aceh, Insya Alloh saya memuatnya di: www.mohammadihsan.com