Rabu, 10 Juni 2009

Cerita di Kebonwaru


Sudah lebih dari empat bulan kami melakukan pendampingan anak di Rutan Kebonwaru, Bandung, pada caturwulan antara Januari-April 2009 ini. Seyogyanya hari ini kami akan melakukan evaluasi keseluruhan proses pendampingan selama caturwulan ini. Dan sekarang kami mencoba melakukan evaluasi dan refleksi bersama anak-anak di rutan. Hal ini kami lakukan dengan persepsi bahwa anak-anak adalah subjek dari keseluruhan proses pendampingan ini, sehingga mereka mesti dilibatkan dalam merumuskan dan mengevaluasi aktivitas ini. Perlu diketahui, dalam kegiatan pendampingan ini, anak-anaklah yang merumuskan dan menentukan kebutuhan bahkan silabus kegiatan, meski tentu saja tetap kami pandu dan olah kembali.


Evaluasi bersama anak-anak disampaikan dengan sebuah simulasi Ular Tangga. Anak-anak dibagi kepada beberapa kelompok yang terdiri dari 5-6 orang anak. Anak-anak dibimbing para pendamping, diminta untuk membuat lembar Ular Tangga yang menceritakan tentang kronologis mereka sebelum, selama dan setelah mengikuti kegiatan pendampingan. Anak-anak pun diminta memberi pandangan, evaluasi dan refleksi melalui media Ular Tangga tersebut.

Pembuatan Ular Tangga itu sendiri terdiri dari sekurang-kurangnya 5 kolom. Kolom pertama bercerita tentang saat-saat pertama anak-anak masuk rutan dan belum terlibat dalam kegiatan pendampingan. Kolom ke-2 dan ke-3 berisi pandangan dan evaluasi anak ketika mereka mulai ikut serta dalam kegiatan pendampingan. Kolom-kolom selanjutnya bercerita tentang refleksi, harapan dan cita-cita anak setelah mengikuti kegiatan pendampingan.


Di samping kolom-kolom tadi, anak-anak menempelkan gambar-gambar dari klipingan majalalah dan koran. Gambar-gambar ini menunjukkan pandangan, sikap dan perasaan anak terhadap proses pendampingan. Selain itu, lembar Ular Tangga ini pun dilengkapi dengan symbol-simbol ular, tangga dan lain-lain untuk menunjukkan naik atau turunnya pandangan, sikap dan perasaan anak.

Ternyata, pembuatan lembar Ular Tangga ini cukup menyita waktu. Hanya beberapa kelompok saja yang bisa menyelesaikan pembuatan Ular Tangga ini. Anak-anak harus merembukkan bersama pandangan, sikap dan perasaan tentang proses pendampingan. Mereka pun harus mencari gambar-gambar yang bisa mewakilinya. Di samping itu, sebagian besar anak malah asyik membaca dan melihat gambar-gambar yang terdapat dalam majalah dan koran. Maklum selama di tahanan, mereka sangat sulit untuk membaca majalah dan koran.

Di sela-sela kegiatan, seperti biasa saya menyapa dan mengajak bicara beberapa orang anak. Hari ini saya mencoba menyapa dan mengajak ngobrol Ag (15 tahun) yang dalam beberapa pendampingan tampak murung dan kurang bersemangat mengikuti kegiatan. Sebenarnya Ag cukup sehat, tapi ia selalu tampak murung karena selama berada di rutan, keluarganya belum pernah menjenguknya. Saya pun menawarinya untuk mengabari keluarganya baik lewat surat maupun telepon. Akhirnya, Ag memberi saya satu nomor telepon orang tuanya. Ia meminta saya mengabari orang tuanya tentang keberadaannya di rutan dan memohon agar orang tuanya menjenguknya. Tampaklah sedikit senyum di bibir Ag, meski ia masih agak murung.

Saya pun berbicara dengan E (16 tahun). Sebelum ditahan untuk kedua kalinya ini, E telah bekerja sebagai kenek (kondektur) truk yang setiap hari mengangkut barang-barang seperti batu dan pasir. Ia bisa mendapatkan upah harian sampai Rp. 50.000,-. Sayang, ia mesti meringkuk di tahanan karena ia dianggap mencuri accu truk yang sering ia tumpangi. Ternyata, ia mengambil accu itu dalam keadaan mabuk, setelah ia mengonsumsi beberapa butir leksotan. Accu tersebut tidak ia jual, malah disimpan begitu saja di halaman rumah tetangganya. Kebiasaan E mabuk-mabukan telah menjerumuskannya kembali masuk bui.

Akhirnya, kami sampai di penghujung kegiatan. Meskipun kami belum melakukan refleksi secara keseluruhan, tetapi beberapa gambar dan symbol telah memberi gambaran umum evaluasi proses pendampingan.
Wallahu a’lam..