Senin, 04 Mei 2009

Petani Yang Miskin

Assalamu’alaikum
Sahabat Kehidupan yang baik…

Kemarin saya menghadiri acara Cinta Rasul bersama AMALIA (Anak Muslim Insan Mulia) di daerah Ciledug. Kegiatan Alhamdulillah berjalan dengan lancar. Dimana peserta yang berjumlah 40 orang itu, bermain, dan belajar dengan penuh keceriaan. Acara demi acara mereka ikuti dengan baik…

Ada kejadian yang sangat mengelitik perasaan saya. Kejadian itu membuat saya merenung. Tumbuh pertanyaan mengapa ini bisa terjadi? Bukanlah hal yang aneh itu bisa terjadi. Dan barangkali itu tidak hanya mereka yang masih usia emas, Adik-adik kelas II - VIII. Bisa jadi kita pun seperti mereka…

Pada sesi kedua. Peserta AMALIA mendapat tugas kelompok untuk membuat drama tentang tauladan Rasulullah. Setiap peserta melakukan dengan antusias, mengikuti intruksi dan batuan dari Kakak pemandunya. Tampil kedepan dengan penuh Keceriaan. Ada yang membuat kisah Kerajaan Amalia, ”Dicari Pangeran yang Cerdas (tauladan Rasul Fathonah), Drama tentang sekolah (Amanah) dll”. Setelah selesai Drama. Ketua pelaksana meminta saya untuk menyampaikan refleksi dari tugas ini. Saya memulai dengan metafora. Mencerita tentang seorang anak desa Jadi Milioner.

”Adik-adik, kakak akan bercerita tentang Anak Desa Jadi Milioner. Suatu hari, disekolah Sukses Mulia. Pak Guru memberi tugas kepada siswanya, untuk menuliskan cita-cita mereka. Besok dikumpulkan dan dibacakan didepan kelas. Kemudian siswa ini, pulang kerumah untuk mengerjakan tugasnya. Mereka meminta bantuan kepada orang tuanya, yang sebagiannya berprofesi sebagai PETANI”

Tiba-tiba salah seorang peserta AMALIA menyahut ” PETANI yang MISKIN”… sahutannya membuat saya terkejut. Inilah yang menjadi tanda tanya bagi saya, barangkali anda juga. Ternyata dialam bawah sadar generasi emas, telah terukir rapi. Petani adalah orang miskin. Mungkin juga beberapa profesi lainya.

Sahabat Kehidupan…

Saya mengajak diri saya khususnya juga anda semua. Bagaimana kalau kita berfikir sejenak. Langkah apa saja dapat kita lakukan untuk merubah mindset yang tertanam dalam bawah sadar ; Anak, Keponakan, Adik, Siswa dan generasi bangsa kita? Apakah itu disekolah, rumah dan Lingkungan …

Langkah-langkah pembentuk mindset baru bagi generasi Emas.

Pertama , Saran saya bagi anda para pendidik (Konteks dan Kondisi sekolah). Bagaimana kalau mulai sekarang, setiap kali kita memberikan contoh, kita buat gambaran dalam mindset baru. Katakanlah anda mengajarkan matematika. Dengan contoh soal cerita ;

Jika Spongbob membuat 10 burger. setiap burger dia “Jual” dengan harga Rp.3.000,-. Modal bahan untuk membuat burger Rp.1.000,-. Berapakah keuntungan yang diraih Spongbob, jika bisa menjual semuanya ?

Kata “Jual” saya berikan (”), karena dengan harapan. Dari semenjak kecil kita bisa menanamkan mindset untuk Menjual. Bukan lagi “Membeli”. Mungkin yang selama ini pernah kita dapatkan dibuku-buku matematika anak-anak kita. ” Ibu pergi kepasar membeli” gantilah dengan “MENJUAL”. Barangkali ini bisa merubah budaya “konsumtif”.

RAHMADSYAH, C.MNLP
Motivator & Trauma Therapist I
081511448147
I
www.rahmadsyah.co.cc