Senin, 04 Mei 2009

Antologi Mahabah


Teduh

yang melukis di antara ranting patah

yang melambai angin sepi di bawah rindang ara

yang menerpa suka di atas onggok sampah

yang menyapu daun-daun gembira di hamparan duka

sehening salma, aku membaca sungai yang mengalir di jalan dewa-dewa

menunjuk jalan yang lurus, di bawah bulan sabit

di atas kota kami, lewat lembaran-lembaran suci

(2008)

*******

Galau

aku terjang ombak datang di kesahajaan rindang bunga

sebelum kau pijak malam di kredo musim dingin

sebelum kau peluk hangat dentam meriam

sebelum kau kulum bibir rembulan

sebelum kau hina liturgia kitab para nabi

kerna hujan tak sedangkal hegemoni

desahku jauh sepanjang ketidaktahuan

merindukan sayap, getir menyukai fana-Mu

(2008)

*******

Puspa

dik, terpapah senja-senja kosong; basah

takkala kau rapikan rambutmu mengurai

kisah lawas tentang sepotong roti

lantas aku saksikan parodi malaikat di balik menara sore

yang membawa siang pada malam

di antara gerimis sajak pagi,

memapah tubuhmu rindu

(2008)

*******

Sajak Pemulung

1

kisah-kisah sampah yang kau tuturkan dengan secobek bumbu lambe

lewat liuk goresan pena merah menyala seperti bubur matahari

tak bakal mampu merayu senja yang mulai bosan

tenggelam bersama cerita usang

tentang negeri malang yang tak henti dirudung coba

tempat kita berdiri mengais plastik-plastik

penuhi karungmu itu lebih penting

ketimbang mendengar celoteh janji kemenangan

untuk kaum pinggiran seperti kita

2

maka tong-tong bergrafiti di bangunan-bangunan megah itu

tak lagi jadi sumber rezeki kita

kadang senyum konyol menyembul di pipi-pipi kurusmu

sebab apa kadang kita harus berebut dengan waktu

sekilo lima ratus, sedangkan nasi kucing mustahil setara

karena harga-harga kebutuhan ikut gagap

ah!

2008

*******

Sedap Malam

jarak langkah kakimu tak berbau, dekat

aku tiupkan terompah di atas nafsu dan tarian sinis dari kelopak matamu

gaun malam merah marun yang kau pakai tak lagi sedap aku pandang

lewat hentak irama soul kau bisikkan mesra nada-nada panjang keresahan

lalu, kutelan kebisuan di bibirmu lewat malam yang basah, beku

di antara hamparan kuning bunga pohon trembesi,

di tepi sungai berair hangat: lidahku kelu

terlambat memapah kesedihan

di bahuku.

2008

Biografi Penyair:

Y. Eko Prasetyo, lahir di Malang, 11 Desember 1981. Aktif di Komunitas Tabayun dan Komunitas Castralokananta. Puisi-puisinya pernah dibacakan di beberapa forum sastra dan dimuat di beberapa media massa. Menelurkan Antologi Mahabah pada 2008. Sekarang mengembara dengan menjadi tukang delik aksara. "Be are the kill young pen thing she near gi" adalah umpatannya.