Minggu, 10 Mei 2009

Bag of Tricks


Ada yang sudah pernah mencoba bermain berhitung cepat dengan menggunakan pencil, stik es krim atau alat tulis lain dengan karet? Atau ada yang pernah mencoba melatih konsentrasi anak dengan bermain "Native Indian Rain"? Atau pernahkah teman-teman mengajari anak2 belajar berfikir kritis dengan Six Thinking Hat? Kalau belum, ini cerita ketika kemarin saya berbagi dengan guru-guru perempuan di Banda Aceh.

Sejak sebelum saya berangkat dari Jakarta menuju Banda Aceh, Pak Tabrani, Direktur CCDE sudah berpesan kepada saya agar dalam memberikan seri Teaching Methodologi guru2 di Banda Aceh diberikan trik2 baru, permainan dan berbagai metode mengajar yang asyik. Bukan melulu disediakan alat tetapi mereka tidak diberikan trik bagaimana cara menggunakannya atau malah diberikan tetapi setengah-setengah sehingga alat peraga yang harganya jutaan rupiah menjadi sia-sia. Beliau berpesan agar saya bisa memberikan tips dan metode asyik dengan alat dan cara yang sederhana, bisa ditemukan di mana pun di lingkungan sekolah.

Jadilah saya memutar otak, membawa semua peralatan 'rongsokan' saya dari Jakarta dan setumpuk buku agar saya dapat berbagi dengan maksimal. Lumayan berat, apalagi untuk ukuran tubuh saya yang mini ini, tetapi entah kenapa, saya begitu bersemangat membawa semua "garupak" (bahasa melayu, artinya juga rongsokan) itu ke dalam koper saya.

Bermain dengan Stik Es Krim

Ini permainan pertama yang dimainkan guru2 perempuan yang jumlahnya sekitar 20 orang. Mereka berasal dari 3 sekolah dari berbagai daerah di sekitar Banda Aceh. Guru yang 20 orang itu saya minta membuat dua baris. Ini menandakan 2 grup. Masing2 memegang satu stik es krim. Kemudian, guru yang berdiri paling depan saya beri satu karet. Karet gelang ini diestafetkan dari guru pertama ke guru kedua, guru kedua ke guru ketiga, guru ketiga ke guru ke empat dan seterusnya sampai guru terakhir. Guru terakhir yang menerima karet harus berlari maju ke depan dengan membawa karetnya dan memberikan ke temannya yang tadi berada di depan. Begitu seterusnya sampai guru yang tadi berada di depan kembali ke depan lagi. Grup yang menang tentulah grup yang peserta pertamanya berhasil kembali ke tempatnya semula.

Lalu, dimana pembelajarannya bagi anak kalau begitu? Kegiatan cuma estafet karet saja, cuma seru2an. Oh, tentu tidak. Saya selalu menyisipkan sesuatu di dalam setiap permainan. Untuk ini pun begitu. Saya minta guru2 berhitung penjumlahan setiap kali mereka estafet karet gelang itu ke temannya. Misalnya, guru pertama membuka jalan dengan menyebutkan 2+3, maka sambil menerima karet, guru kedua akan menjawab 5. Ketika dia memberikan karet kepada peserta ketiga, dia akan memberi soal 5+7. Demikian peserta ketiga akan menjawab 12. dan seterusnya.

Seru, teriakan, luapan kegembiraan jelas memenuhi ruangan WTC (Bukan di Amerika Serikat ya, karena ini Women Training Center). Guru seakan kembali ke masa kecil mereka. Mereka tertawa lepas dan gembira. Di ssetip pelatihan yang saya berikan, selalu ada saja trik guru agar mereka menang. Begitu pula dengan pelatihan kali ini. Para guru perempuan melakukan trik dengan penjumlahan 1. Wah, tentu saja saya buat agar mereka jadi di berpikir dan memutar otak. Saya minta mereka berhitung penjumlahan tetapi dengan berbahasa Inggris. Hehehehe...mereka lumayan kerepotan.

Apakah bisa permainan ini dipakai untuk pelajaran lain? Tentu bisa, hanya seperti tadi, guru harus menentukan topiknya terlebih dulu. Seperti tadi, saya menentukan berhitung penjumlahan. Bagaimana permainan ini bisa dimainkan di kelas besar? Bisa. Biasanya saya bermain ini di lapangan sekolah apabila kelas saya memiliki jumlah murid di atas 30 anak. Waktunya juga sangat fleksibel.

Selamat Mencoba!
Nina