Senin, 27 Juni 2011

Berhenti Merokok

Dulu saya adalah perokok kelas berat. Setiap hari paling tidak dua bungkus rokok kretek saya habiskan. Dan itu saya mulai ketika saya masih duduk di SMP klas 3! Seorang teman ’menjerumuskan’ saya dengan memasok saya rokok gratis dengan mencuri dari warung neneknya setiap hari dan ketika neneknya tahu saya sudah terjerat!

Bagaimana cara saya untuk bisa tetap merokok? Banyak jalan menuju Roma kata orang. Apalagi kalau cuma mau merokok. Artinya, seorang yang sudah kecanduan merokok tidak akan keberatan diminta jalan kaki ke Roma asal dibekali rokok. hehehe…! Kalau sudah ketagihan dan benar-benar tidak punya rokok saya dan teman saya tidak segan-segan ’ngutis’ alias memunguti puntung rokok orang lain yang masih panjang untuk kami teruskan. ”Lanjutkan!” mungkin kira-kira demikian motto kami. ’Lebih panjang lebih baik’ dan ’demi wong cilik’ seperti kami.

Karena ‘karir’ merokok saya sudah cukup panjang maka saya sudah pernah menghisap hampir semua merk dan jenis rokok. Bahkan jenis yang dari Aceh juga pernah saya coba. Saya pernah lama setia pada rokok Bentoel Biru. Tapi saya juga menyukai rokok Jarum 76. Meski demikian saya paling lama ’berkomitmen’ pada merk Gudang Garam. Salah satunya adalah rokok GG yang dalam kaleng.

Karena kalengnya cukup bagus maka saya simpan di kamar dan tak lama kemudian kamar saya sudah jadi gudang tumpukan kaleng rokok GG. Mungkin kalau ada petinggi perusahaan rokok GG datang ke kamar saya mereka akan terinspirasi untuk memberi saya penghargaan sebagai ’The Best GG Smoker of the Year’ saking kagumnya melihat tumpukan kaleng rokok GG di kamar saya tersebut.

Setiap teman yang masuk pertama kali di kamar saya akan terbelalak melihat begitu banyaknya (dan mungkin begitu rapihnya) tumpukan kaleng rokok GG tersebut.
“Beli di mana kaleng sebanyak ini?” kata seorang teman.
“Kaleng ini hanya bonus.” jawab saya. “Saya beli rokoknya.”
“Jadi kamu sudah menghabiskan rokok di semua kaleng ini?” tanyanya tak percaya.
“Hard to believe, memang. Tapi ini baru sebagian. Saya tidak suka mengumpulkan bungkus rokok yang terbuat dari kertas. Lagipula saya mungkin perlu kamar tiga kali lebih besar kalau saya mengumpulkan setiap bungkus dari rokok yang saya hisap.”

Apakah saya tidak tahu bahayanya merokok? Don’t be silly. Setiap perokok tahu tentang bahayanya merokok bagi kesehatan mereka. Masalahnya adalah saya belum mendapat ‘hidayah’ untuk berhenti merokok. Lho berhenti merokok saja kok perlu hidayah? Iyalah! Kita sebetulnya selalu membutuhkan ‘hidayah’ agar berhenti melakukan hal-hal yang buruk, tercela, membahayakan diri sendiri, macam merokok misalnya. Jangankan saya, sedangkan para dokter saja banyak yang merokok. Para dokter yang merokok itu ibarat ulama yang suka asbun. Dia tahu bahwa itu sesuatu yang harus ia hindari tapi ia tidak bisa berhenti karena kecanduan.

Apa bahayanya merokok? Kalu ingin benar-benar tahu sila cari saja di Google. Insya Allah kita akan menemukan begitu banyak bahaya merokok, baik bagi si perokok maupun orang-orang yang tinggal di dekatnya. Tapi untuk saya bahaya pertama datang dari ayah saya. Beliau tidak segan-segan menempeleng saya jika beliau mencium bau rokok dari mulut saya. Beliau adalah orang tua yang waras dan orang tua yang waras tentu akan melarang anaknya untuk merokok. Jadi saya harus hati-hati benar dengan bau nikotin yang menempel di tubuh saya jika saya masuk rumah selepas menikmati asap rokok kretek.

Untungnya di depan rumah saya ada tumbuh pohon jeruk nipis dan aroma daunnya cukup kuat untuk melawan bau nikotin yang menempel di tubuh dan pakaian saya. Saya ambil beberapa lembar, remas-remas dan oleskan pada bagian tubuh khususnya di mulut dan muka. Cara ini cukup efektif sehingga suatu hari saya lupa melakukan ritual itu karena ayah saya memanggil saya dengan tiba-tiba.

Baru saja saya mendekat tiba-tiba ayah saya menempeleng pipi saya. “Plak!” Telinga saya berdenging. Saya langsung bengong dalam beberapa detik, :”Ada apa ini?” dalam hati saya. Belum sempat saya bertanya ayah saya sudah menghardik,:”Kamu merokok lagi rupanya!” Saya langsung tersadar dan mengeluh dalam hati, “Oh, My God! Mengapa saya begitu ceroboh!” Saya menyesali kecerobohan tersebut. I should have been more cautious next time.

“Sampai kamu bisa punya penghasilan sendiri jangan harap kamu akan Bapak perkenankan merokok.” Begitu kata beliau pada saya yang masih terbengong-bengong

Mungkin maksud beliau baik, tapi larangan ini tidak cukup efektif untuk saya. Saya justru terobsesi dengannya. Saya tetap merokok, di belakang beliau tentunya. Dan ketika saya pertamakali mendapat beasiswa kuliah di PGSLPYD (nanti lain kali saya ceritakan tentang ini) saya langsung membeli dua bungkus rokok dan secara demonstratif saya merokok di hadapan ayah saya!

Ketika ayah saya hendak meradang dan menerjang saya buru-buru mengingatkan koimitmen beliau bahwa mulai saat itu saya sudah punya hak untuk merokok karena sudah mendapatkan penghasilan sendiri (meski dari beasiswa). Beliau tidak berdaya, tentu saja. Tak mungkin beliau akan menelan sendiri ludahnya.

Jadi berhati-hatilah kalau membuat batasan dengan anak Anda. Saya belajar dari kesalahan ayah saya dan saya melarang anak saya merokok tanpa embel-embel’kecuali kamu sudah punya uang sendiri’. Pokoknya ya tidak boleh merokok (kapan pun).

Like father like son, anak saya merokok sembunyi-sembunyi di luar rumah, juga ketika masih kelas 3 SMP! (Tobaaat… Gusti! Kok saya kena karmanya anak saya!)
Saya bisa membaui asap yang menempel di bajunya meski hanya sedikit. (ingat, saya seorang veteran). Tapi menempeleng anak saya kalau ketahuan merokok kayaknya nggak deh! Saya sudah ’bertobat’ dengan cara mendidik dengan kekerasan. Maksimum saya marah menghardik dengan bersuara keras dan mata melotot. Tapi sebaiknya Anda tidak menjumpai saya ketika marah. Kata istri saya bahkan tanaman di pot bisa mati kalau saya marahi. Konon di Amazon ada suku tertentu yang punya teknik untuk merobohkan sebuah pohon tanpa menebangnya. Pohon itu cukup diteriaki oleh beberapa orang berjam-jam, berhari-hari dan pohon itu akan mati dengan sendirinya.dengan akar membusuk (mati ngenes, kata orang Jawa). Jadi berhati-hatilah dengan teriakan dan hardikan Anda. Kita tidak pernah tahu akar mana yang kita bunuh dengannya.

Merokok adalah kesenangan saya (dulu). Rokok adalah teman yang setia (dulu). Semua momen adalah tepat untuk merokok jika Anda sudah jadi pecandu. Ketika Anda butuh inspirasi, rokok sungguh tepat untuk dijadikan penyulut (meski belum tentu juga Anda akan dapat inspirasi). Begitu Anda dapat inspirasi maka rokok yang Anda beri penghargaan atau Anda mengganjar diri Anda dengan rokok juga (makanya ada iklan rokok yang berbunyi ”Kenikmatan Sukses’). Kalau sudah merokok berbungkus-bungkus tapi belum dapat inspirasi juga maka biasanya kita menyalahkan yang lain, dan bukan rokoknya. Biasanya kita menyalahkan otak kita yang mampet.

Kalau Anda stress, rokok juga yang kita sulut. Bangun tidur, mata kita sudah mencari rokok. Mau lancar BAB? Merokok resepnya. Habis makan? Tak ada yang lebih nikmat ketimbang merokok. Ini kenikmatan sejati! Buka puasa perlu yang manis-manis? Tidak bagi perokok. Mereka perlu yang berasap! Cari teman? Rokok. Banyak kerjaan? Perbanyak jumlah rokok yang Anda hisap. Dimarahi bos? Merokok saja. Mendapat pujian dari Bos? Nikmati dengan sebatang rokok dong!

Ingin nampak macho? Datangi cewek yang Anda taksir. Cabut sebatang rokok dengan gaya tertentu dan selipkan di bibir dengan ekspresi tertentu (acuh tak acuh tapi khidmat). Letakkan rokok di posisi tepi bibir dan gulirkan dengan lidah ke tengah. Pastikan bahwa cewek yang Anda taksir memperhatikan Anda meski jangan sampai ia tahu bahwa Anda nampang sebenarnya. Nyalakan dengan korek api Zippo yang berbunyi ‘Cling!’ (dulu saya punya banyak koleksi korek Zippo ini). Dekatkan nyala api ke ujung batang api. Pandangan kita mesti penuh konsentrasi tertuju pada ujung rokok walau sebenarnya perhatian kita pada cewek yang kita taksir. Hisap dalam-dalam, tengadahkan kepala dan hembuskan perlahan. Fiuh…!Bukan main gayanya…! (paling tidak, begitulah perkiraan kita) Saya belum pernah melihat ada orang yang bisa bergaya begitu ‘macho’ dengan cara minum kopi, makan ‘French fries’, atau nenggak Cocacola!

Ada berapa banyak cewek yang berhasil saya gaet dengan gaya ‘macho’ ini? Saya lupa menghitungnya tapi yang penting saya merasa melambung tinggi dengan gaya saya tersebut. Untungnya ini tidak saya praktekkan pada istri saya dulu karena ternyata ia membenci perokok.

Apakah saya pernah berusaha untuk berhenti merokok sebelumnya? Banyak kali! Berbagai metode sudah saya lakukan. Kalau dada saya terasa sakit dan napas saya tersengal-sengal tiba-tiba saya mendapat ‘hidayah’ untuk berhenti merokok. Sayang ‘hidayah’ tersebut melemah ketika saya dalam keadaan sehat. Rokok kembali mengajak saya ‘melewatkan hari dan masa dengan penuh selera dan gaya’. (Lagipula banyak perokok berusia tua yang nampaknya bahkan lebih sehat ketimbang yang tidak merokok. Banyak juga orang yang meninggal karena kanker paru-paru padahal tidak pernah merokok. Pokoknya banyak alasan deh!). Saya selalu kalah oleh rokok. Saya benci dengan fakta ini tapi saya harus mengakuinya.

Jadi bagaimana saya bisa berhenti merokok secara total? Begini ceritanya.

Pada tahun 1990 saya merasa bosan dengan pekerjaan dan usaha yang saya rintis. Pekerjaan tersebut sudah terasa rutin, monoton dan tentu saja membosankan. Saya ingin perubahan pada hidup saya dan saya melamar ke Bontang International School jauh di pedalaman Kalimantan Timur. Saya butuh tantangan baru dan bekerja di lingkungan ekspatriat nampaknya menarik.

Pada awalnya perkerjaan saya cukup menyibukkan saya karena mesti menyesuaikan diri dengan perubahan yang ada. Tapi lama-lama pekerjaan menjadi semakin ringan dan semakin ringan. It’s just a repetition of what we have been doing before lagipula jumlah siswa saya merosot hingga tinggal belasan anak saja. Jam mengajar saya hanya sekitar 2 jam sehari dan sisanya saya harus berusaha untuk mencari berbagai hal agar saya tidak mati bosan. Saya sangat benci ‘doing nothing’ dan percaya bahwa orang bisa mati karena menganggur.

Oleh sebab itu saya harus mencari tantangan dalam hidup saya sehari-hari selama di Bontang. Saya perlu mencari ‘lawan’ untuk saya kalahkan. Dan tiba-tiba saya melihat bahwa ini kesempatan baik bagi saya untuk mengalahkan kebiasaan merokok saya.

Jadi saya tetapkan tantangan untuk menghentikan kebiasaan merokok. Situasi membantu saya karena saya memang sudah tidak merokok di depan siswa bule saya. Merokok di depan siswa adalah ’tercela’ dan saya harus masuk ke gudang atas sekolah untuk bisa menikmatinya. Saya banyak menganggur sehingga rokok tidak lagi menjadi ’a friend in need’ tapi saya juga tidak bisa berhenti karena sudah jadi pecandu. Saya tegaskan pada diri saya jika saya tidak bisa berhenti total sekarang maka saya tidak punya harapan. It’s now or never!

Untuk memperkuat tekad saya maka berhenti merokok tersebut maka program tersebut saya gabung dengan latihan jogging setiap sore sepulang kerja. Saya mengambil sebuah program jogging dari sebuah majalah yang lengkap petunjuknya hari perhari secara bertahap dan saya mengikutinya dengann tekun. Saya ingin menjadi ‘Satria’ yang baru!

Apakah saya berhasil berhenti merokok? Tentu saja. Saya akan mengutuki diri saya setiap saat jika saya kalah lagi dalam kondisi demikian. Saya punya jiwa pemenang dan berhenti merokok bukan tantangan terberat dalam hidup saya. Masih banyak hal yang ingin saya kalahkan dalam hidup ini dan masih banyak juga hal yang belum berhasil saya kalahkan. Hidup masih penuh dengan pertarungan-pertarungan dan itu yang membuat saya bergairah dalam hidup!

Salam

Satria Dharma

Tidak ada komentar: