Minggu, 09 Januari 2011

Telaga Warna

(sebuah cerita)

Alif, Bocah gendut, dg pipi tembem. Berambut cepak dan periang. Aku memanggilnya;
Cemplon. Awal masuk kelas 3, Cemplon adalah anak jagoan. Jagoan di kelas, juga jagoan di kampung (untuk teman sebaya-nya).

Bocah periang itu, tiap pagi harus bersaing dengan temannya untuk berebut tas yang kubawa setiap hari. Disaat aku datang ke sekolah dg sepeda motor, dan kerumunan anak-anak yang berlarian menyerbu ke arahku. Memaksa berebut membawakan tas yang menggantung di sepeda dan pundakku. Hingga kunci sepeda juga helm-nya. Dan Alif, si Cemplon, selalu berhasil membawa tas-ku. Dibawanya keliling kelas, sebelum ditaruh dimejaku.

Jika istirahat tiba, tak jarang Si Cemplon makan sebungkus makanan yang dibawanya dari rumah. Dari mejaku, ku lihat lahapnya bocah itu makan. Tak jarang, kugoda dg mengambil satu lauknya. Tak marah. Hanya tertawa. Membiarkan lauknya kumakan di depannya.

Jika sudah selesai, ganti ku kerjai dg meminta tolong padanya. Membelikan sosis goreng atau tempura versi anak-anak di kampung. Terengah-engah sambil berlari, Si Cemplon membawa sebungkus plastik berisi 4 tusuk. Kumakan satu, dan sisanya pasti diserbu oleh Si Cemplon n the gank.

Jika belajar di kelas, Si Cemplon bukan termasuk golongan brilian. Agak malas, dan cepat menyerah. Tapi, semangatnya, .....jangan diragukan.

Tulisannya besar-besar dan tidak rapi. Sering kumarahi. Jika tulisannya tak bisa kubaca, kusuruh menulis lagi. Tak pernah takut padaku meski kumarahi. Malah balik ngledek jika ku omeli.

"Bu Diana bawel, cerewet. Pegel aku, Bu" katanya jika kusuruh menulis ulang.
"Biarin. Emang Bu Diana cerewet. Ngapain? Iri ta?" Jawabku.
Jawabannya mesti bikin aku tergelak. Tak ada rasa takut sedikitpun, meski aku gurunya.
"Dasar Bu Diana jelek" ejeknya kesal.
Aku ketawa dan kubalas;
"Kok mau kamu punya guru jelek, hayo?"

Cemplon dan kawan-kawannya pun riuh tertawa semua. Sekelas. Heboh. Ramai.
"Iya gak pa-pa" jawabnya sambil ketawa.
"Bu Diana tak apa jelek, bawel, dan cerewet" ujarnya sambil meringis.
Tapi, tak lupa. Tugas dariku dikerjakannya juga.

Si Cemplon ini, tak begitu hebat dalam berhitung. Tapi, jika disuruh mengarang. Wuiih....jago. Karangan khas anak-anak membuatku kagum. Ceritanya tentang pengalaman puasa membuatku tertegun. Bahkan ketika menjelaskan cara-cara membuat makanan yg mereka kenal. Sungguh, membuatku heran. Anak laki-laki seumur itu. Menjelaskan tiap langkah membuat makanan dengan bahasa mereka yang sederhana. Luar biasa.

Ketika waktunya matematika tiba, pastilah Si Cemplon akan terlihat murung. Dia memang terlambat dalam berhitung. Sering nyerah dengan mengerjakan ngawur. Nilai jelek, pastilah diterimanya dengan ngomel.

"Cemplon, kalau kamu mengerjakannya ngawur, Bu Diana akan ngoreksinya ngawur juga lho ya?" Kataku suatu hari.
"Gak iso Bu. Sulit." Jawabnya lesu.
"Dicoba! Terus berlatih. Sini. Berlatih lagi di papan tulis." Kataku

Dengan terpaksa, Cemplon pun menurut. Maju ke depan kelas, dan mengambil sebuah spidol. Menulis soal yang ku berikan. Memperhatikan contoh yang ku kerjakan. Lama. Diam. Tangannya bergerak-gerak menghitung.
Sehari. Sekali. Besok lagi. Lagi. Dan lagi. Semangat.

Jika beberapa waktu yang lalu aku memaksanya. Sekarang tak lagi. Ganti dia yang menantangku.
"Bu Diana, kasih aku soal Bu" ujarnya setiap waktu istirahat.
Kuberi satu, dan dikerjakan dengan cepat.
"Benar Bu?" Ujarnya?
Aku ternyum. "Benar" jawabku.

Cemplon bersorak riang. Minta soal lagi. Hingga hari terakhir kami bertemu di kelas itu. Sama. Selalu minta soal untuk dikerjakan di papan tulis.

Semuanya sudah usai. Kenangan saat Cemplon n the gank menyembuyikan sepatuku. Membawa lari tasku. Makan kerupuk bersamaku. Hampir menangis ketika kumarahi jika mengganggu temannya. Tertawa gembira makan jajan pasar bersama. Dan riang bernyanyi, sambil berteriak kala berjalan-jalan bersama keliling kampung.

Alif yang lucu. Alif yang cemplon.

Tetap semangat belajar. Riang selalu dalam kegagalan. Terima kasih buat otak-otak bandeng buatan ibumu.

Alif si Cemplon. Jendral-ku sayang.

Sampai jumpa...
Diana Dwi

Tidak ada komentar: