Rabu, 01 September 2010

Kasus Negeri Jiran jadi Pelajaran

TEMPO Interaktif, Jakarta - Kisah si kembar botak asal negeri jiran, Upin dan Ipin, di televisi Indonesia mulai jadi pelampiasan kekesalan orang. Kemarahan sejumlah orang di Tanah Air terhadap pemerintah Malaysia akhir-akhir ini membuat mereka gelap mata, menuntut semua yang berbau negara serumpun itu cabut dari bumi Indonesia.

Sebuah aksi yang digelar di Tegal, nun di Jawa Tengah, menuntut dihentikannya penyiaran film kartun itu. “Ipin-Upin salah satu simbol membawa budaya Malaysia, yang haram hukumnya kita tonton,” ujar Fatur Rahman, koordinator aksi yang tergabung dalam Simphoni Bangsa, kemarin.

“Kita dipaksa memahami omongan gaya Malaysia kayak Ipin-Upin yang tak memiliki mutu seni, padahal tontonan anak seperti Si Unyil lebih mendidik anak Indonesia,” ujar Fatur.

Bahkan Wakil Ketua DPR Taufik Kurniawan pun setuju penghentian penayangan film Upin-Ipin itu. "Tentunya paling tidak pemerintah Indonesia harus mencoba gertakan diplomasi yang enteng-enteng, seperti memblokir film seri Upin-Ipin yang dibuat Malaysia," ujar Taufik kepada Detikcom.

Film yang diproduksi Les' Copaque ini memang banyak mempengaruhi anak-anak Indonesia. Tidak sedikit dari mereka yang mencoba berbicara dengan logat Melayu. Para pengusaha dan pedagang pun memanfaatkan kepopuleran film ini dengan mencetak kaus bergambar Upin-Ipin serta mengedarkan jutaan keping DVD bajakannya.

Stasiun TPI, yang menyiarkan film ini, pun mendapat berkah. Berkat tayangan ini, TPI berhasil meraih gelar sebagai televisi peringkat wahid untuk tayangan anak. “Sejak setahun lalu, rating tayangan anak TPI meningkat drastis,” ujar Nana Putra, Managing Director TPI.

Tapi ramainya unjuk rasa yang mempersoalkan keberadaan si botak membuat TPI waswas juga. Corporate Secretary TPI, Wijaya Kusuma, menyatakan pihaknya akan menghentikan tayangan film itu setelah ada putusan resmi dari pemerintah ihwal boikot terhadap produk Malaysia di Indonesia.

Meski diakuinya, tidak mudah menghentikan pemutaran film tersebut begitu saja. “Ini kaitannya dengan bisnis. Tidak mungkin disetop gitu aja karena kita sudah punya komitmen dengan banyak pihak,” katanya. Betul, betul, betul.

Tidak ada komentar: