Senin, 07 Februari 2011

Pidato Obama vs SBY

Minggu ini kita disuguhi drama dua pemimpin negara yang begitu kontras. Drama datang dari pemimpin negeri kaya raya dengan nyaris setengah milyar jiwa penduduknya: Indonesia. Drama kedua datang dari negara superpower dengan kekuatan ekonomi terbesar dunia meski masih belum pulih terkena krisis: Amerika.

Rakyat Indonesia disuguhi sebuah pidato presidennya tentang keluh kesah karena selama tujuh tahun gajinya tidak pernah naik. Pidato ini diungkapkan di depan para pemimpin dan jenderal militer juga kepolisian. Sedangkan rakyat Amerika disuguhi pidato presidennya tentang semangat, optimisme, potensi dan tantangan yang akan dihadapi Amerika di masa depan dengan menunjukkan kebangkitan dua raksasa Asia: China dan India sebagai pemicu motivasi rakyatnya.

Presiden Indonesia SBY bicara tentang dirinya, Presiden Amerika Barrack Obama bicara tentang rakyatnya. Presiden SBY menuntut haknya, Presiden Obama melaksanakan tugas dan kewajibannya. Presiden SBY menjadi bagian problem rakyatnya, Presiden Obama menjadi solusi masa depan rakyatnya. Presiden SBY menurunkan semangat rakyat, Presiden Obama membangkitkan dan memotivasi rakyatnya. Presiden SBY diam, tapi Presiden Obama mengajak rakyatnya berkompetisi dengan perubahan dunia yang terus terjadi.

Obama menunjukkan kepada rakyatnya bahwa dunia telah berubah. Perubahan itu datang dari Asia ketika China dan India bangkit sebagai kekuatan ekonomi baru dunia dan pada saat yang sama Amerika masih berjuang keras keluar dari resesi.

Berdasarkan naskah pidato yang didapat stasiun televisi MSNBC, Obama menyatakan, "Dunia telah berubah dan, bagi banyak orang, perubahan itu menyakitkan. Saya melihat banyak jendela bangunan pabrik yang dulunya berkembang pesat namun telah tutup dan banyak toko telah kosong."

Obama menyadari kondisi rakyatnya dan ia tidak buta realita dan tidak membuat seolah-olah semua situasi aman, beres, ekonomi baik, pengangguran turun, dan lain-lain. Obama mengaku, "Saya juga mendengar ungkapan frustrasi orang-orang Amerika yang pendapatan mereka berkurang atau tidak ada lagi pekerjaan, mereka yang merasa aturan telah berubah di tengah permainan."

Obama menunjukkan kepada rakyatnya bahwa perubahan itu justru membangkitkan kekuatan baru di belahan dunia lainnya. "Sementara itu, negara-negara seperti India dan China menyadari bahwa perubahan yang turut mereka rasakan telah membuat mereka mampu berkompetisi di dunia," kata Obama. China dan India menekankan pendidikan kepada anak-anak bangsanya lebih dini dan lebih lama tentang matematika dan sains. China dan India juga berinvestasi pada riset dan teknologi baru. China bahkan menjadi rumah bagi fasilitas penelitian tenaga surya terbesar dan juga komputer tercepat di dunia.

Namun, bukan Obama jika tak membangkitkan semangat rakyatnya. Obama mengajak rakyatnya terlibat dalam perubahan dan menghadapi perubahan ini dengan ikut berkompetisi "Jadi, ya, dunia telah berubah. Kompetisi mendapatkan kerja merupakan realita. Namun, ini jangan membuat kita patah semangat, justru harus membuat kita tertantang," tegas Obama.

Obama menunjukkan potensi Amerika untuk bisa berkompetisi dengan negara-negara di dunia. "Amerika masih menjadi ekonomi yang terbesar dan paling makmur di dunia. Tidak ada yang lebih produktif dari kita. Tidak ada negara yang punya banyak perusahaan yang sukses seperti kita. Negeri kita juga menjadi rumah bagi universitas dan kampus terbaik di dunia."

Dalam pidato ini, Obama melakukan apa yang semestinya dilakukan oleh seorang presiden. Obama bicara tentang pendidikan, penelitian dan transportasi. Obama juga berkomitmen untuk menekan utang, melakukan reformasi birokrasi. Sesuatu yang selama ini menjadi perdebatan di parlemen karena berbagai paket bantuan keuangan dan regulasi.

Yang juga disampaikan Obama adalah mengajak seluruh kekuatan bangsa bersatu padu untuk membangun Amerika. Obama mengajak kubu oposisi bersatu memulihkan Amerika Serikat dari krisis ekonomi. "Masalah bangsa jauh lebih penting daripada masalah partai masing-masing."

Pidato Obama ini merupakan sekuel penting tidak hanya bagi rakyat Amerika tetapi juga dunia, termasuk Indonesia. Obama telah menginspirasi kita bagaimana laiknya pemimpin mengatasi persoalan, membangkitkan semangat rakyatnya, menyatukan perbedaan demi bangsanya, dan menunjukkan konstelasi kekuatan dunia agar bangsanya bisa mengukur kekuatan untuk berkompetisi.

Tentu kita tidak ingin membanding-bandingkan Obama dengan SBY. Selevel atau tidak, kita ingin menunjukkan bahwa di era globalisasi dan kemajuan teknologi komunikasi seperti ini, semua orang, semua elemen, semua negara di dunia saling mempengaruhi. Kita tidak bisa menutup mata, membungkam telinga, dan membisu. Apa yang dilakukan Obama akan mempengaruhi kita. Apa yang dilakukan atau didiamkan SBY juga mempengaruhi Amerika.

Kita menjadi bagian warga dunia yang saling mempengaruhi maka kita mau tidak mau akan terus terlibat dalam perubahan dan terus berkompetisi. Jika kita, rakyat Indonesia, tidak siap, jika pemimpin negeri ini tidak siap, dan hanya bisa berkeluh kesah, hanya bisa menuntut hak dan mengabaikan kewajiban, maka tunggulah kehancurannya. Kita, negeri ini, akan digilas oleh perubahan. Kita tidak ingin hal itu terjadi. Kita hadapi perubahan dunia, kita tingkatkan kemampuan dan keterampilan anak bangsa melalui pendidikan dan kita akan siap berkompetisi.

Ayo SBY, kamu bisa...!!!

Salam
Mohammad Ihsan

Tidak ada komentar: