Rabu, 17 November 2010

Orang-Orang Idealis Biasa

Barusan saya ngobrol dengan seorang teman kos yang juga seorang alumni ITB lulusan 77, pernah di PT Dirgantara Indonesia selama 19 tahun. Gaji dia di PT DI pernah senilai $15.000 tapi sekarang sebuah mobil pun tidak punya. Dulu dia punya banyak anak buah tapi sekarang untuk tinggal pun harus menyewa di Jakarta. Sebelumnya saya sempat beberapa kali mengobrol dengan dia, dari beberapa ceritanya saya bisa menyimpulkan kalau orang ini lebih memilih jalur yang relatif lurus dari orang-orang sekualitasnya.

Beberapa tahun yang lalu saya sempat aktif menjadi tim sukses di pemilihan ketua alumni ITB, saya bertemu dengan beberapa alumni ITB yang karena idealismenya tidak punya apa-apa, bahkan ada yang saya rasa agak sakit jiwa. Salah satunya adalah mantan pegawai negeri yang merasa muak dengan sistem yang ada lalu memilih mengundurkan diri dan yang satu lagi saya tidak paham apa yang dia kerjakan sebelumnya.

Beberapa tahun yang lalu saya juga sempat memiliki teman kos pegawai pajak lulusan STAN tahun 90-an tapi masih juga menyewa di tahun 2005 atau sekitar 15 tahun masa kerja, orang yang sangat rajin datang ke masjid dan tidak banyak omong, keluarganya masih di Surabaya, tapi nasibnya mulai membaik setelah perbaikan gaji di depkeu, dan berkat bantuan kakaknya yang bekerja di perusahaan asing, si pegawai pajak ini akhirnya memiliki rumah di Cibubur.

Beberapa tahun yang lalu saya juga bertemu dengan seorang alumni ITB yang masih mau berjuang walau telah lulus kerja dari perusahaan asing yang mapan, mau berjuang membantu salah seorang tokoh yang terkenal idealis di sebuah pergerakan. Dia memiliki sebuah usaha dan juga mengajar sebagai dosen.

Mungkin kisah mereka tidak seheroik orang-orang yang ada di KICK ANDY, mereka orang-orang idealis biasa saja akan tetapi orang-orang seperti ini cukup banyak kita jumpai di masyarakat, kemampuan dan semangat mereka mungkin tidaklah sedahsyat para perintis besar di KICK ANDY, ada yang berhasil dalam arti punya kehidupan yang layak ada juga yang harus cerai dengan istri dan tidak punya apa-apa. Kisah ini selalu berulang-ulang, ada banyak mahasiswa idealis yang tetap bisa idealis ketika bekerja tapi tidak sedikit yang hanyut dalam sistem yang korup ala indonesia. Padahal menurut saya orang-orang idealis ini adalah aset berharga bangsa, kalau seandainya mereka bisa tetap idealis hingga akhir hayat, betapa beruntungnya negara kita karena semakin memperbanyak kelas menengah yang mandiri.

Kalau saya amati dari cerita keberhasilan dan kegagalan orang-orang idealis ini ada beberapa pelajaran agar orang-orang idealis bisa tetap idealis :

1. Pilih tempat kerja yang tepat

Perusahaan asing terutama barat punya budaya yang bagus untuk memelihara idealisme. Tapi sekarang juga ada perusahaan swasta lokal yang punya budaya serupa walau masih sedikit. Bagi yang suka mengembangkan orang, pilihan menjadi guru atau dosen juga bukan pilihan buruk karena gaji guru dan dosen sekarang mulai menarik. Teman saya yang bekerja sebaga pekerja sosial di NGO asing juga punya gaji yang cukup untuk membayar pendidikan S2-nya di UI yang terkenal mahal.

2. Gaya hidup yang terkendali

Banyak kasus ketika seorang idealis bekerja di tempat yang tepat tapi tetap lupa dengan idealismenya karena penyakit OKB (Orang Kaya Baru), tiba-tiba punya aktivitas konsumsi berlebihan ketika banyak uang. Saya lihat orang-orang tetap mempertahankan idealismenya cukup pintar mengatur keuangannya untuk masa depannya.

3. Pasangan hidup yang tepat

Ada kalanya seseorang sudah punya tempat dan gaya hidup yang kondusif tapi masih gagal mempertahankan idelismenya karena faktor pasangan hidup yang tidak tepat, ada banyak kasus orang menjadi lupa daratan karena anjuran pasangan. Banyak yang jatuh karirnya karena kebiasaan belanja pasangan yang berlebihan.

Ada masukan ?

Salam
Rulan Kis

Tidak ada komentar: