Senin, 14 Maret 2011

Korban Nuklir Berjatuhan


Jepang menutup 11 reaktor nuklir dan hal itu mengakibatkan turunnya pasokan listrik nasional hingga 52,3%

DUA hari pascagempa bumi dahsyat yang di sertai tsunami meng guncang wilayah pesisir timur laut `Negeri Sakura', Jepang kini berjuang menghadapi krisis nuklir. Sedikitnya tercatat 22 orang positif terpapar zat radioaktif setelah meledaknya reaktor unit 1 pembangkit listrik tenaga nuklir di Fukushima pada Sabtu (12/3).

Itu merupakan ancaman radiasi nuklir pertama kalinya sejak Amerika Serikat menjatuhkan dua bom atom di Hiroshima dan Nagasaki pada 1945 yang menewaskan lebih dari 200 ribu orang. Hal itu juga memunculkan trauma rakyat Jepang akan penderitaan mereka pada akhir Perang Dunia II.

Dikhawatirkan, mereka yang terpapar zat radioaktif itu akan terserang penyakit kanker tiroid. Untuk mencegah dampak yang lebih buruk dan meluas, pemerintah telah mendistribusikan zat iodin untuk melindungi warga yang tinggal di sekitar lokasi reaktor.

Selain itu, petugas juga telah mengevakuasi sekitar 170 ribu orang yang berada di radius 20 kilometer dari lokasi reaktor ke tempat yang aman.

Pembangkit listrik tenaga nuklir milik Tokyo Electric Power Co (Tepco) itu meledak setelah gempa berkekuatan 9,0 pada skala Richter (sebelumnya disebut 8,9 pada skala Richter) mengguncang Jepang (11/3).

Sekretaris Kabinet Yukio Edano dalam jumpa pers, kemarin, menyatakan radiasi yang keluar akibat ledakan itu sangat sedikit sehingga tidak berbahaya. Namun diakui bahwa paparan radiasi nuklir di wilayah Fukushima, sekitar 240 kilometer di utara Tokyo, meningkat jika dibandingkan dengan sebelum ledakan.

Selain kedua reaktor itu, kemarin pemerintah Jepang juga menyampaikan kekhawatiran mereka akan meledaknya reaktor lainnya, unit 3, akibat yang sama, gagalnya fungsi pendingin.

Untuk menghindari hal-hal buruk lainnya, pemerintah akhirnya menutup 11 reaktor di empat pembangkit listrik tenaga nuklir yang dioperasikan oleh tiga perusahaan yang berbeda.

Penutupan itu otomatis menurunkan pasokan listrik yang diperoleh dari pembangkit tenaga nuklir hingga 25.622 megawatt atau sekitar 52,3% dari total pasokan listrik nasional.

Korban bertambah Sementara itu, petugas terus mendata jumlah korban yang meninggal dan hilang akibat bencana tersebut. Menurut Kepala Kepolisian Prefektur Miyagi, Naoto Takeuchi, korban tewas di wilayahnya saja mencapai 10 ribu orang. Diperkirakan, korban masih akan bertambah karena belum tercatatnya seluruh korban di semua kawasan yang terparah terhantam gempa dan tsunami.

Hingga kemarin, gempa susulan yang cukup kuat masih mengguncang Jepang. Karena itu, ribuan orang dievakuasi ke pusat-pusat penampungan darurat yang aman di sepanjang pesisir timur laut.

Perdana Menteri Jepang Naoto Kan menyatakan bantuan air bersih, makanan, dan selimut telah didistribusikan untuk korban gempa dan tsunami. Ia menam bahkan pemerintah berencana melipatgandakan jumlah tentara hingga 100 ribu personel untuk mempercepat proses pencarian korban hilang.

Menurut Survei Geologi AS (USGS), gempa terdahsyat sepanjang sejarah Jepang itu telah menggeser posisi negara kepu lauan tersebut sejauh sekitar 2,4 meter. "Angka itu masuk akal, pergeseran 2,4 meter tentu saja baru merupakan perkiraan kasar," kata ahli gempa USGS Paur Earle.

(AP/Reuters/*/Mps/X-5) maya@mediaindonesia.com BANTUAN dunia internasional berdatangan ke Jepang setelah `Negeri Sakura' tersebut diguncang gempa berkekuatan 9,0 pada skala Richter dan tsunami yang telah menewaskan ribuan orang.

Kemarin pagi waktu setempat, kapal induk USS Ronald Reagan milik Amerika Serikat (AS) tiba di perairan Jepang untuk menyuplai bantuan logistik kepada pasukan `Negeri Matahari Terbit'. Pihak Jepang telah meminta bahan bakar untuk helikopter mereka yang digunakan mengangkut regu penyelamat ke daerah yang parah tertimpa bencana.

Upaya tersebut disokong badan bantuan AS (USAID) yang mengirimkan 144 anggota tim penyelamat dan 100 ton peralatan penyelamatan ke Misawa, Jepang utara. Dalam tim itu terdapat 12 anjing yang dilatih khusus untuk menemukan korban yang terjebak di antara reruntuhan bangunan.

Dengan lebih dari 1.000 orang terancam meninggal dan petugas juga tengah berusaha mengatasi dua reaktor nuklir, pejabat Jepang meminta negaranegara lain mengirim anjing pelacak untuk mencari korban yang masih hidup. Australia, Korea Selatan, dan Singapura merespons permintaan itu. Ketiga negara tersebut berjanji mengirim anjing-anjing pelacak dan tim penyelamat sesegera mungkin.

Menteri Luar Negeri Australia Kevin Rudd mengatakan siap mengirimkan rumah sakit darurat dan tim pencari korban bencana untuk mencari dan merawat korban yang selamat. Australia juga menawarkan para ahli nuklir mereka untuk mengatasi ancaman dari pembangkit listrik tenaga nuklir yang mengalami kebocoran.

Dari pihak PBB, badan koordinasi urusan kemanusiaan (UNOCHA) akan mengirim tim berisi ahli penanganan bencana, termasuk sejumlah pakar lingkungan yang mampu berbahasa Jepang. "Kami akan menerjunkan sem bilan ahli yang paling berpengalaman dalaman menangani bencana," ujar Elisabeth Byrs, juru bicara UNOCHA.

Sementara itu, Amerika Serikat selaku sekutu dekat Jepang, telah memerintahkan armada kapal tempur ke perairan `Negeri Sakura' untuk membantu upaya penyelamatan korban gempa dan tsunami.

Lebih lanjut, pemerintah Swiss dilaporkan menerbangkan 700 pakar dari berbagai bidang, termasuk seismologi, telekomunikasi, dan kedokteran, ke Jepang. Sementara Inggris akan mengirim 63 personel SAR (Search And Rescue) dan 11 ton alat berat.

Bersikaplah sopan, tulislah dengan diplomatis, meski dalam deklarasi perang sekalipun seseorang harus mempelajari aturan-aturan kesopanan.” (Otto Von Bismarck)

"Lidah orang berakal dibelakang hatinya, sedangkan hati orang dungu di belakang lidahnya" (Ali bin Abi Talib)

"One Touch In BOX"
To post : koran-digital@googlegroups.com
Unsubscribe : koran-digital-unsubscribe@@googlegroups.com

Salam
Habe Arifin

Tidak ada komentar: