Jumat, 08 Agustus 2008

Menata Hati dengan Niat Yang Kuat

Dear All,
Hindari Perang Saudara
Setelah beberapa hari ini saya mengamati diskusi tentang peranan guru pasca sertifikasi dengan berbagai ragam tanggapan yang patut diapresiasi bersama satu hal yang perlu kita ingat bersama dan untuk kebaikan bersama adalah awalilah setiap tulisan yang kita muat di millis ini dengan niat untuk tidak saling menyakiti satu sama lainnya. Dari beberapa pengamatan yang saya ikuti melalui forum ini, ada satu hal sangat tidak patut kita kemukakan dihalayak ramai dunia maya ini, yakni adanya saling mencemooh antar saudara seprofesi, ada yang mencemooh, ada membanggakan diri dengan eksistensinya karena sudah mandiri, ada yang tidak menerima dengan kebijakan 24 jam, bahkan yang lebih ekstrem lagi adalah dengan membuka aib dan kedok orang lain sebagai guru dengan objekan lain selain mengajarnya.
Sungguh ironis memang disaat guru mencari jati diri untuk pengakuan sebuah profesi melalui sertifikasi ternyata kita sesama guru saling bertikai untuk mencari pembenaran. Saya memang baru menggeluti menjadi seorang guru, terhitung sejak 6 Februari 2008, saya resmi hijrah dari tenaga tata usaha di SMK Negeri 4 Malang menjadi tenaga guru KKPI dengan jumlah mengajar 24 jam. Dari hari ke hari, minggu ke minggu, bahkan saat ini sudah masuk pada 1 bulan 10 hari genap usia mengajar saya di KKPI. Angka Kesejahteraan. Kalau saya perhitungkan nilai kesejahteraannya diluar dugaan saya tekor sekali bahkan bangkrut alias gulung tikar hee....., maklum kan bukan PNS, karena kalau saya niatkan untuk mencari materi semata ternyata penghasilan saya jadi tata usaha lebih besar dari pada menjadi guru GTT, sekedar berbagi untuk kita renungkan bersama pada saat ini UMR di Kota Malang sekitar 800 rb/bln, tetapi sebagai tenaga tata usaha (PTT) bekerja selama 8 tahun lamanya sampai akhirnya hijrah menjadi guru upah yang diterima setiap bulannya sebesar 625 rb/bln, ini mungkin cukup kalau untuk saya sebagai seorang bujangan tapi ternyata saya juga harus menghidupi 1 orang istri dan 1 orang anak usia 2 tahun 2 bulan. Dan itupun saya awali bekerja saya pada tahun 2000 dengan upah perbulan 65.000,- rb walau pada saat itu kepala sekolahnya adalah Bapak Angkat saya sendiri. Seharusnya kan bisa kalau anak angkatnya dibayar 650.000,- inilah bukan KKN tapi Kompetensi.
Namun saya bersyukur berangkat dari 65.000,- itulah saya selesai sekolah SMK, Kuliah Diploma 1 dan Akhirnya mengantarkan saya menjadi seorang Sarjana Administrasi Pendidikan dengan program AK 4. Inilah dinamisme yang mengantarkan saya hijrah untuk menjadi guru PTT menuju GTT. Nah, sekarang sebagai guru murni dari PTT menuju GTT (maklum harus pilih, jadi guru lepas TU, jadi TU gak boleh jadi guru), berapa besar kesejahteraan yang saya terima? tebak saja dan bisa dihitung sendiri, coba dipikirkan dan renungkan kalau saya mengajar 24 jam dengan HR/Jam 15 rb/bln berapa coba, bisa dibayangkan bagaimana dengan anak dan istri saya memenuhi kebutuhan sehari-harinya? yah itulah itung-itungan manusia.... namun saya yakin bahwa Allah akan memberikan jalan terbaik bagi hambanya yang hijrah untuk kebaikan yang lebih baik.
Secara matematik langkah yang saya ambil itu terbilang cukup berani secara akal dan pikiran kita, tetapi karena Niat yang kuat dengan menata hati yang tulus untuk ikut mengantarkan anak bangsa menjadi generasi yang baik dan berakhlaqul karimah dengan penyebaran nilai-nilai moral disela-sela pembelajaran KKPI, maka inilah sejatinya seharusnya komitmen seorang guru dimasa yang akan datang, bahwa kewajiban seorang guru saat ini bukan lagi menjadi seorang yang hanya membagi informasi dari apa yang ada dalam buku pelajaran tapi tengoklah perilaku siswa yang sejatinya belum siap untuk belajar mulai dari ujung rambut sampai ujung kakinya.
Hari-hari pertama menjadi guru hari pertama saya masuk kelas, didampingi oleh Ibu Riska (sekarang cuti) saya dihadapkan pada beberapa perilaku egois para murid, yang asduk (asal duduk) seperti duduknya para orang cangkuraan dipasar, asmong (asal omong) dengan omongan yang tidak mencerminkan nilai-nilai pendidikan dan aneka ragam cemoohan seperti membanting kursi, menamakan file tugas dengan diberi paswoord jancuk, kurus dan lain-lain seabreg aneka ragam penolakan teradap perubahan pada kultur baru yang saya bawa dengan prinsip mengedapankan nilai moral berpadu pada kompetensi handal. Saya hanya menekankan pada siswa untuk mau berubah dari yang terkecil, dari saat ini dan dari diri mereka sendiri. Saya awali dari kesiapan mereka belajar yang indikatornya adalah cara mereka duduk, seragam, atribut dan kedisiplinan masuk kelas.
Hari demi hari berganti kelas, berganti minggu akhirnya sedikit demi sedikit hasilnya sudah mulai kelihatan. Beberapa siswa masing-masing kelas sekarang sudah mulai terbiasa untuk duduk rapi, tidak lagi asduk dan saya sudah jarang sekali mendengar celoteh anak yang tidak bernilai pendidikan. Ini tidak lain karena saya dalam mengembangkan konsep belajar pada siswa mengacu pada konsep pembelajaran yang berpusat pada partisipasi siswa dalam belajar secara bagaimana dengan sikap kita diawal yang ekstrem untuk suatu perubahan perlahan tapi pasti mereka sudah bisa diajak untuk menentukan pola belajar mereka kehendaki. Bahkan, saya memberanikan diri untuk membuat suatu model penilaian yang bersumber dari siswa sendiri (lain waktu dibahas tersendiri). Membuat soal-soal berasal dari siswa sendiri karena dengan demikian mereka merasa senang diikutkan secara langsung dalam menentukan kebutuhan belajarnya.
Hari menyenangkan hari jum'at 14 Februari 2008 saya mendapatkan kesempatan awal untuk merasakan kebahagiaan menjadi guru bukan karena siswa saya menjadi juara dalam suatu perlombaan, tapi karena siswa saya sudah bisa tersenyum dengan wajah yang ceria dan siap dengan segala sesuatunya untuk mau memulai pelajaran yang sebelumnya perlu diatur sekarang sudah mulai tidak lagi. Saya berfikir mungkinkah merekah sudah menyadari perubahan yang selama ini saya lakukan? Untuk itu saya memberikan hadiah kepada mereka untuk menonton suatu pertunjukan yang akan membawa insipirasi mereka untuk terus berpacu melakukan perubahan. Hadiah ini saya berikan setelah saya mendapatkannya dari seorang guru senior bidang Bahasa Inggris (Ibu Wiwik Niarti) beliau mendapatkan sebuah tayangan yang sangat luar biasa untuk membawa pengaruh bagi siapapun yang melihatnya itulah "USEREGE" kalo dak salah tulis yang saya dengar dari nyanyian yang ada dalam kisah "LENA DREAMS" seorang penyanyi cantik yang tidak memiliki tangan sejak usia bayi, punya kaki tapi panjang sebelah, namun berkat ketekunan dan bimbingan orang tuanya dia hidup normal seperti kita semuanya.
LENA DREAMS Inspirasi Perubahan Siswa
Sebagai seorang guru, saya selalu berusaha untuk memberikan yang terbaik kepada siswa saya dengan berbagai sumber yang ada dan belajar dari para senior saya untuk menjadi guru yang baik maka saya mencari dan mencari apa yang dapat diberikan kepada siswa untuk menjadi generasi terbaik bagi negeri ini. Maka ditemukanlah sebuah tayangan yang mengispirasikan saya untuk menjadi pembuka atau penyela dalam kegiatan pelajaran KKPI dikelas saya agar para siswa mampu dan termotivasi untuk belajar-belajar lagi bahwa mereka (siswa) yang memiliki jasmani yang sempurna bisa dikalahkan oleh seorang yang memiliki kekurangan jasmaninya. Bayang seorang wanita tidak punya tangan, kaki panjang sebelah tapi bisa berbuat dan membawa nama harum negaranya dengan meraih 4 mendali emas championship renang se dunia (bagi penderita cacat), menjadi seorang penyanyi profesional dengan mampu memainkan piano, menjadi seorang pendamping suami yang setia dengan menyediakan hidangan makannya, menjadi pengemudi mobil sendiri pada setiap aktivitasnya, makan dengan sumpit yang tidak semua orang bisa menggunakannya, melukis dengan indahnya bak seniman yang sudah mahir menghasilkan karya-karya terbaiknya. itulah "Lena Dreams" (nama aslinya Lena Maria) ini semua saya rilis untuk membangkitkan semangat dan tentu inilah "ayat-ayat Allah yang dipertunjukkan kepada kita semua untuk dapat mengambil hikmah atau pelajaran yang ada didalamnya bagi orang-orang yang mau berfikir", karena Lena juga manusia ciptaan Allah.
Nah diakhirnya mari kita menata hati dengan niat yang kuat untuk tidak saling mencaci dan mencari kesalahan orang lain, biarkan guru ikut sertifikasi selama sistem yang ditetapkan konsisten mau tidak mau 24 jam mengajar mereka akan dengan sendirinya menyadari akan tugas dan tanggung jawabnya apa lagi PNS. So, mari kita pikirkan bagaimana kompetensi yang diberikan pada siswa tidak hanya skill saja tapi nilai moral secara komprehensip. Mohon doa restu untuk bersama bapak/ibu guru senior bersama-sama mengantarkan anak didik kita menjadi generasi cerdas berakhlaqul karimah.
Syamsul Arifin, S.Pd
Teacher of KKPI SMKN 4 Malang and Secretary Of ICT
+62-81803841480

Tidak ada komentar: