Rabu, 14 Juli 2010

Kualitas Pendidikan di Malaysia

(sebuah cerita)

Kemana pilihan lulusan SMA yang ingin melanjutkan pendidikan tinggi ke negara lain. Mayoritas biasanya memilih Australia sebagai destinasi pendidikan.

SELAIN dekat, kualitas pendidikan di Australia juga tidak kalah dibandingkan Amerika ataupun Eropa. Padahal jika dibandingkan Australia, sebenarnya ada negara yang lebih menarik untuk dilirik sebagai tujuan menimba ilmu bagi mahasiswa. Negara serumpun Melayu, tapi berposisi sebagai negara persemakmuran karena bekas jajahan Inggris. Malaysia, negeri ini menempatkan 9.812 mahasiswa Indonesia dari 80.000 mahasiswa antarbangsa di negara ini.

Hingga 2020, Malaysia bercita-cita ingin menempatkan 200.000 mahasiswa di sana. Menurut Duta Besar Malaysia untuk Indonesia Dato Syed Munshe Afdzaruddin Syed Hassan, persamaan bahasa dan ras menjadi opsi menentukan banyaknya pelajar Indonesia di Malaysia. Unsur kedekatan juga ditambah dengan metode kerja sama universitas Malaysia dengan universitas ternama di luar negeri seperti Monas University, Newcastl e University, dan Nottingham University. Disebutnya Perjanjian Washington ialah kesepakatan yang dibuat oleh 13 negara termasuk Amerika dan Inggris untuk menyamakan standar akreditasi pendidikan tinggi Malaysia dengan mereka, ujarnya pada Pameran Pendidikan Malaysia di Le Meridien Hotel.

Dengan bisa diaksesnya pendidikan negara barat di negara Melayu, Afdzaruddin menyebut, pendidikan di Malaysia itu murah dan berkualitas, tapi tidak murahan. Direktur Pejabat Promosi Pendidikan Malaysia (MEPC) Jakarta Puan Yahurin Mohd Yassin bilang, secara rata-rata dengan biaya kuliah dan biaya hidup kurang lebih Rp180 juta seorang pelajar dapat menyelesaikan pendidikan strata satu (S-1) atau pascasarjana (S-2 dan S-3) termasuk sarjana MBA. Bandingkan dengan biaya pendidikan di Australia untuk S-1 selama empat tahun yang mampu menyedot dana hingga Rp1,7 miliar.

Ketua Sekolah Tinggi Institut Ekonomi (STIE) Bisnis Indonesia Muhammad Zilal Hamzah yang turut dalam pameran pendidikan kemarin, juga merupakan alumni Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM) yang mengambil bidang studi diferensiasi fiskal dan saat ini bergelar Phd, menyatakan bahwa masa studi untuk Phd bila dibandingkan antar kedua negara memang sama-sama tiga tahun. Namun, bila dibandingkan waktu lulus, Malaysia lebih cepat. Hal ini bisa terjadi karena suasana belajar di negara federasi ini membuat mahasiswa sangat aktif untuk bimbingan ke dosen pembimbing atau lebih disebut dengan promotor.

Berbeda dengan para dosen di Indonesia yang mempunyai pekerjaan sampingan sebagai pengamat atau pejabat publik sehingga tidak punya waktu banyak untuk bimbingan, promotor di Malaysia digaji hanya untuk mahasiswanya. Mereka lebih concern untuk membantu mahasiswanya, htambahnya. Biaya tidak ditampik sebagai salah satu gula dalam pendidikan di Malaysia. Bandingkan jika di Malaysia satu ringgit hanya Rp3.000 dan satu dolar Singapura Rp7.000 otomatis sekolah di Singapura lebih mahal. Saya juga membandingkan biaya pendidikan di UI juga lebih mahal dibandingkan di UKM, tandas pria kelahiran Padang ini.

Mengenai fasilitas, katanya, sangat jauh jika dibandingkan dengan yang ada di Indonesia. Dia mencontohkan, luas perpustakaan di kampusnya dulu itu 30 x 50 m2 di gedung yang mempunyai delapan lantai. Perpustakaan pun buka hingga tengah malam. Jauh sebelum Indonesia menerapkan gaya hidup ke dalam perpustakaan, kampusnya telah lebih dulu membuka kafe di dalam perpustakaan, bahkan ada ruangan tersendiri di dalam perpustakaan yang bisa disewa untuk istirahat. Dukungan pemerintah dalam pendidikan menjadi salah satu jawaban terjangkaunya biaya pendidikan di negeri lokasi menara Petronas ini berdiri. Menurut Afdzaruddin, 30 % dari gross domestic bruto (GDP) negara Malaysia disumbangkan ke dunia pendidikan.

Sementara berbagai kemudahan keimigrasian juga diberikan Pemerintah Malaysia. Dato Paduka Junaidy Abu Bakar Minister Counsellor(Education) menyatakan, setiap pelajar yang diterimadiuniversit asMalaysia akan mendapatkan kartu mahasiswa yang berlaku selama lima tahun. Kartu ini multifungsi dan hebatnya lagi bisa menggantikan posisi paspor.

Salam
Satria Dharma

Tidak ada komentar: