Rabu, 04 Maret 2009

with or without commitment

Anda tahu dia cinta dan perhatian, tapi dia selalu saja menghindar bila Anda mulai bertanya soal status hubungan. Apa sih yang membuatnya memilih bungkam soal komitmen?
1) No Bad Feelings
Setiap orang siap jatuh cinta, namun tak semua orang siap pula putus cinta. Apalagi jika cinta kandas setelah menjalani hubungan cukup lama. Mau putus secara baik-baik atau tidak, rasa kecewa dan sedihnya sama saja. lni yang membuat dia tidak gampang mengucap kata komitmen. Ketika didesak biasanya ia akan mundur, atau berkilah "Kita lihat nanti saja, sekarang kita jalani saja dulu." la menganggap menjalani hubungan tanpa komitmen lebih santai. Tidak menuntut banyak hal, termasuk keseriusan merencanakan masa depan. Sehingga bila suatu saat hubungan mesti berakhir, tidak ada yang merasa bersalah, dan menjadi kambing hitam atas kandasnya hubungan tersebut.
2) Pembosan
Mungin manis dan baik, tapi dia bukanlah pria yang bisa menjalin hubungan dalam waktu lama, karena dia tipe pembosan. la tak bisa bertahan berada dalam satu kondisi untuk waktu yang lama. la bukanlah pria yang betah bertahan-tahun menjalani hubungan hanya dengan satu orang perempuan. Rasa ingin tahunya yang besar membuat dia selalu ingin berpindah dari satu hati ke hati lainnya. Makanya, agar Anda tak sakit hati, sebelum menjalin hubungan dengan pria seperti ini, cobalah tanyakan di awal bagaimana hubungan Anda dengannya akan berjalan. Biasanya ia akan menjawab secara jujur keinginannya. Meskipun ia tahu akan langsung mendapat cap playboy dari Anda, namun ia menyadari kejujurannya malah akan membangkitkan rasa penasaran Anda kepadanya. Alih-alih mengatakan tidak, Anda mungkin malah kesengsem berat dan mengiyakan saja keinginannya. Itu sebabnya, pria seperti ini biasanya memiliki' penggemar' cukup banyak.
3) Takut Pasaran Turun
Alasan lain mengapa dia memilih hubungan tanpa status yang jelas adalah takut pasarannya turun di mata perempuan lain. la menganggap kalau orang tahu ia telah menjalin hubungan serius dengan Anda, maka ia tidak akan dilirik lagi oleh perempuan lain. Padahal, bisa dilirik oleh banyak prempuan adalah kebanggaannya. Makanya, ia selalu menghindari hubungan yang serius dengan seseorang. Jadi, ketika ada yang tertarik padanya dan bertanya, 'Kamu sudah punya pasangan?", maka dengan gampang dia akan menjawab, "Belum, kalau penggemar, banyak."
4) Bisa Menjaga Jarak
Hubungan tanpa komitmen membuat dia merasa tak perlu terlalu dekat dengan Anda. la merasa tidak punya kewajiban untuk menanyakan kabar Anda setiap saat, mengantar dan menjemput Anda, dan sebagainya. Selain itu ia juga tak ingin hubungannya dengan Anda mengganggu kehidupan pribadinya. la menganggap ketika dia mengatakan "Ya, kita serius," maka detik itu juga Anda akan merasa berhak memasuki dan mengatur hidupnya. lnilah yang dia hindari. Biasanya ia akan menghindar begitu Anda terlihat bernafsu untuk mengenal dirinya lebih jauh. Banyak perempuan yang menghindari pria tipe ini, tapi bagi sebagian perempuan pria tipe ini justru terlihat seksi dan misterius. Banyak pria melakukan hubungan ini, karena tak berani berkomitmen. Bagi mereka menjalin hubungan tanpa status merupakan cara sederhana untuk menghindari keterikatan dalam hubungan yang serius. Namun, tetap ada seseorang yang akan memerhatikan dan peduli padanya. Bagi pria yang takut komitmen, menikah seakan menjadi kata yang tak boleh sembarang diucapkan. Karena menurutnya, terlibat dalam suatu komitmen akan membuat ruang geraknya terbatas dan tak bisa menjalani hidup sesukanya.
Trim yah sahabatku:
(CHIC/Bestari Kumala Dewi)

10 keys to win his heart

Bingung mencari cara memenangkan hati pria? Ingin membuatnya tak mampu berpaling ke lain hati? Miliki 10 sifat berikut ini, dan malaikat juga tahu, Anda yang jadi juaranya!
1) Mandiri
Dalam batas-batas tertentu, sikap manja dan tergantung memang bisa menjadi bumbu penyedap hubungan. Namun, pria mana yang tak terganggu bila Anda selalu menerornya setiap kali tertimpa masalah yang sepele sekalipun? Atau selalu merengek minta dimana-mana, seolah ia adalah "supir pribadi"? Sikap mandiri justru menunjukkan kepadanya bahwa Anda seorang partner hidup berharga dan bisa diandalkan.
2) Perhatian
Anda bingung mengapa kekasih pelit mengumbar kata-kata mesra? Itu karena dia lebih menghargai ungkapan cinta dalam bentuk perhatian ketimbang kalimat "I love you". Tentu ia juga berharap Anda melakukan hal serupa. Bukan berarti Anda menghujani si dia dengan telepon dan SMS untuk bertanya sudah makan atau belum, lho! Perhatian bisa diungkapkan dengan cara membelikannya dompet baru ketika dompet kesayangannya sudah sobek di sana-sini.
3) Feminin
Dalam buku The Male Brain, Michael Gurian menulis bahwa pria tergila-gila pada sisi feminin seorang perempuan. Feminin yang dimaksud Gurian bukannya Anda mesti berlagak kemayu dan memakai rok setiap hari. Tetapi, mengurangi sikap agresif dan dominan yang diartikannya sebagai karakter maskulin. Menurut Gurian, kian agresif dan dominan seorang perempuan, maka kian besar pula peluangnya untuk "menenggelamkan" minat pria.
4) Cinta anak-anak
Tak mudah memenangkan hati anak-anak, kecuali Anda punya jiwa tulus dan pembawaan ceria. Jangan curiga dulu bahwa pria yang senang melihat perempuan bersama anak-anak akan segera menyeret Anda ke perkawinan. Mereka sekadar memenuhi keinginannya untuk (lagi-lagi) melihat sisi feminin seorang perempuan. Menyaksikan seorang pria yang sedang bercengkerama dengan buah hatinya tentu juga bisa membuat Anda berkomentar,"So cute!" bukan?
5) Setia
Hari gini, kesetiaan mungkin sudah bisa dikategorikan sebagai barang langka dan sangat tinggi nilainya. Bukan hanya mereka yang sudah menikah, di saat masih berstatus pacaran pun pria mengharapkan seorang pasangan yang hanya membuka hati untuk dirinya. Dan, salah satu alasan pria enggan meninggalkan pasangan adalah karena kesetiaannya.
6) Positif
Pria adalah mahluk "achiever" dan membutuhkan seorang pendamping yang mampu mendukung segala sepak terjangnya. Perempuan yang terlampau sering terjebak dalam suasana hati melankolis dan cenderung pesimis tentunya tak mampu menjadi seorang "sparring partner" yang tepat baginya.
7) Percaya diri
Punya rasa percaya diri akan membuat seorang perempuan mampu menghargai dirinya sendiri dan orang lain. Biasanya, seseorang yang percaya diri cenderung mudah bergaul dan mampu membuat nyaman orang-orang yang berada di sekelilingnya, termasuk pasangan. Bukan itu saja, kepercayaan diri yang tinggi juga akan tercermin dalam penampilan dan cara Anda bersikap di depannya.
8) Easygoing
Orang dengan karakter easygoing selalu mampu memandang dunia sebagai suatu tempat yang indah. Dia tak suka membesar-besarkan masalah, dan bahkan berusaha menyederhanakan masalah besar yang sedang dihadapinya. Jika semua perempuan memiliki karakter easygoing, tak ada lagi cerita seorang pria yang mengeluh telinganya gatal mendengar omelan pasangannya.
9) Sense of humor
Berdasarkan survei yang dilakukannya, Prof John Czepiel dari New York University Stern School of Business menyatakan bahwa sense of humor adalah salah satu faktor terpenting yang menentukan keberhasilan suatu hubungan. Banyak ahli bahkan juga menghubungkan sense of humor dengan kecerdasan seseorang. Makanya, pria sangat betah berada di samping perempuan yang memiliki sense of humor.
10) Nggak jaim
OK, masa-masa pacaran memang saat yang paling tepat untuk "menjual diri" di depan pasangan. Tetapi, bukan berarti Anda harus jaim dan malah berakting menjadi orang lain. Misalnya, jika Anda doyan makan, jangan sok-sok memesan salad setiap kali pergi kencan dengannya. Sesekali tampil tanpa make-up juga bisa memberinya kesempatan untuk melihat diri Anda apa adanya. Pria akan lebih menghargai seorang perempuan yang tidak malu menjadi dirinya sendiri.
From sahabat baikku:
CHIC/Nayu Novita

Penelitian Tingkat Pendidikan vs Kemiskinan

Penelitian Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan (PSKK) Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, menyebutkan bahwa kondisi pendidikan dan kesehatan seseorang mempengaruhi penilaian tentang kemiskinan subyektif. "Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka mereka akan merasa tidak miskin begitu pula orang yang sehat, dan sebaliknya," kata peneliti PSKK UGM, Amelia Maika, dalam seminar Mengukur Kemiskinan Subyektif di Indonesia, di Yogyakarta, Kamis.
Berdasar penelitian, seseorang yang berpendidikan menengah dan tinggi akan mengurangi kemungkinannya merasa miskin dibanding mereka yang berpendidikan rendah. Begitu pula dengan responden yang bekerja dan berstatus pelajar juga akan mengurangi kemungkinan mereka untuk merasa miskin. Sebaliknya, seseorang yang melaporkan diri dalam keadaan tidak sehat, kemungkinannya untuk merasa miskin meningkat dibanding dengan mereka yang merasa sehat. "Tidak ada perbedaan pandangan di kalangan responden dengan beragam latar belakang dan karakter sosio demografi," katanya.
Dalam penelitiannya, ia menyebutkan karakteristik responden dapat digambarkan sebagai berikut, yaitu rata-rata usia adalah 36,3 tahun, sebanyak 52,6 persen perempuan. Jumlah komponen pendidikan rendah dan menengah hampir sama yaitu 39,1 persen serta 40,6 persen. Sebagian besar responden yaitu 59,3 persen berstatus bekerja, ibu rumah tangga 20,6 persen dan bersekolah 8,5 persen. Namun demikian, Amelia menyatakan masih terdapat bias dalam pengukuran subyektif yaitu kecenderungan orang timur untuk memberi jawaban aman.
Setiap konsep kemiskinan yang berbeda memiliki metode pengukuran tersendiri dan kemiskinan tidak dapat diukur hanya dengan menggunakan satu variabel saja. "Karena banyak faktor mampu menjelaskan mengapa seseorang dikategorikan sebagai miskin atau tidak miskin," lanjutnya. Amelia juga menegaskan, kondisi perekonomian bukan salah satu alasan apakah seseorang hidup dalam rumah tangga yang memiliki pengeluaran per kapita di bawah garis kemiskinan, tidak membuat seseorang merasa miskin atau tidak miskin. Tingkat kesejahteraan masih memiliki pengertian yang sempit dan tidak selamanya berasosiasi dengan kesejahteraan individu, katanya.